Liputan6.com, Jakarta - Olivia adalah salah satu dari 80 siswa beruntung yang mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke Amerika Serikat dalam program YES tahun ini. Selama satu tahun ia akan belajar di Negeri Paman Sam dan tinggal bersama dengan keluarga asuh (host family).
Pemilik nama lengkap Olivia Charis Kusuma ini bukan siswa biasa. Gadis yang bersekolah di SMAN 10 Surabaya ini adalah murid yang berprestasi meski memiliki keterbatasan, yakni tuna netra.
Baca Juga
Advertisement
Olivia mengaku awalnya tidak diizinkan keluarga untuk mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.
"Karena khawatir saya perempuan, terus juga hidup di sana seperti apa," kata Olivia saat ditemui di Kediaman Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Senin (5/8/2019).
Namun akhirnya, kakak-kakak di Bina Antar Budaya yang menyeleksi, telah meyakinkan keluraga dan akhirnya diperbolehkan.
Saat ditanya persiapan apa saja yang telah dilakukan, Olivia menjawab "persiapan diri sendiri" adalah hal yang paling penting.
Ia menuturkan, saat ini telah mendapatkan keluarga asuh di Texas, Amerika Serikat.
Menurut penuturan pihak Bina Antar Budaya, Olivia telah lolos seleksi secara akademis dan telah mendapatkan surat rekomendasi dari sekolah. Namun memang ia direkrut khusus, karena siswa penyandang difabel mendapatkan porsi khusus dalam program YES.
Olivia juga telah diamati oleh penyeleksi apakah siap untuk melakukan pertukaran pelajar. Perlu diketahui, ia dulu belajar SMP di Sekolah Luar Biasa.
Simak video pilihan berikut:
Pemerintah AS Mencarikan Keluarga Asuh yang Sesuai
Pemerintah AS melalui program YES memiliki kualifikasi khusus bagi calon keluarga asuh yang akan menerima para siswa dari Indonesia. Khsusu untuk Olivia, keluarga penerima dipilihkan yang siap dan mampu memberikan kebutuhan khusus yang dimiliki.
Olivia adalah pertama kalinya siswa YES yang merupakan tuna netra. Sebelumnya, terdapat peserta difabel lain yakni tuna daksa tiga orang dan satu orang yang memiliki keterbatasan di bagian tangan.
Para siswa yang merupakan penyandang disabilitas tidak perlu takut menjadi peserta pertukaran pelajar di program YES. Mereka akan diajarkan mandiri termasuk belajar huruf braile.
Selain itu, mereka akan diajarkan mengenal kehidupan seperti orang normal di AS, sebagai negara yang relatif ramah terhadap difabel. Mereka akan melakukan kegiatan yang seolah tidak bisa dilakukan oleh penyandang kebutuhan khusus seperti naik kuda, mendaki bukit, dan kegiatan luar rumah lainnya.
Menurut pihak Antar Budaya, ada seorang alumni YES yang juga seorang difabel korban gempa yang beraktivitas dengan kursi roda. Ia bercita-cita menjadi ahli teknologi yakni programmer. Akhirnya, ia membuat tugas akhir saat kuliah yakni sebuah aplikasi yang mempermudah penyandang kebutuhan khusus.
Advertisement
Siswa Beruntung Lain
Siswa beruntung lain yang berhasil mendapatkan beasiswa YES adalah Alan Porajow dari Manado. Ia mengaku sangat senang mendapatkan kesempatan yang akan mengantarkannya belajar di AS.
"Sangat excited dan menegangkan. Ini pertama kalinya saya pergi ke luar negeri dan ke Amerika Serikat khususnya ... saya sangat menantikan semua pengalaman yang saya bisa lakukan dan alami di sana," kata Alan.
"Dan semoga apa yang saya alami di sana bisa berguna di Indonesia," lanjut siswa asal SMA Katolik Rex Mundu Manado yang akan tinggal di Iowa, AS itu.
Ia mengaku sudah mengetahui bagaimana keadaan Iowa secara umum dari penuturan keluarga asuhnya. Menurutnya, ia akan menemukan banyak persawahan dan ladang jagung di sana.
"Menurut host family saya, tetangga-tetangga sangat mudah bersosialisasi dan pasti mereka akan menyambut saya dengan hati yang terbuka," lanjut Alan.