Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,05 persen pada kuartal II 2019. Secara spasial Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi 13,12 persen, lebih dalam dari kuartal I 2019 yang terkontraksi 10,44 persen.
Meski demikian, kontribusi Pulau Maluku dan Papua terhadap perekonomian Indonesia tercatat rendah yakni hanya 2,17 persen. Adapun perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II 2019 mencapai Rp 3.963,5 triliun.
"Pulau Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan yang negatif, karena ada dua provinsi yang tumbuh negatif yakni Papua Barat dan Papua," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sementara Pulau Sulawesi mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 6,76 persen. Meski demikian kontribusinya terhadap ekonomi nasional juga rendah hanya sebesar 6,34 persen.
Berbeda dengan Pulau Jawa yang tercatat memiliki sumbangan terhadap perekonomian nasional sebesar 59,11 persen. Lebih dari separuh perekonomian Indonesia berasal dari pulau tersebut, meski pertumbuhan ekonominya sebesar 5,68 persen.
"Jadi secara spasial, struktur ekonomi memang tidak banyak berubah. Ini memang butuh waktu yang sangat panjang," kata dia.
Adapun untuk Pulau Bali dan Nusa Tenggara mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen, kontribusinya terhadap perekonomian nasional juga hanya sebesar 3,06 persen. Lalu Pulau Kalimantan tercatat ekonominya tumbuh 5,33 persen dengan kontribusi terhadap ekonomi nasional sebesar 8,01 persen.
Sementara itu, Pulau Sumatera mengalami pertumbuhan ekonomi 4,62 persen, berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusi Sumatera masih menjadi salah satu yang terbesar pada perekonomian nasional sebesar 21,31 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menko Darmin Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi Bisa Tercapai
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan bertahan di kisaran 5 persen. Pada tahun ini, pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,2 persen, atau meleset dari perkiraan awal 5,3 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap bisa kita pertahankan meningkat terus walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang tidak termasuk tinggi kalau dibandingkan beberapa negara lain," kata Darmin dalam dalam rapat koordinasi nasional Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah di, Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7/2019).
Darmin mengambil contoh, pada tahun lalu atau 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa terjaga di kisaran 5 persen. Padahal kondisi ekonomi pada saat itu tengah dihantam berbagai kondisi eksternal seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Pada 2018 pertumbuhan kita 5,17 persen dan pada triwulan I 5,07 persen," imbuhnya.
Pertumbuhan relatif tinggi tersebut diiringi dengan kualitas yang semakin baik, sebagaimana tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran, dan penurunan ketimpangan serta penurunan inflasi.
Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan pemerintah sepakat prognosis semester II 2019 dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan berada di angka 5,2 persen.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penyesuaian angka pertumbuhan ekonomi tersebut dilihat dari sisi permintaan dan produksi. Di mana dari sisi permintaan investasi dan konsumsi masih belum menunjukan hal positif.
Advertisement
Syarat Agar Ekonomi Bisa Tumbuh 6 Persen
Sebelumnya, pemerintah tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 2020-2024. Dalam RPJMN ini, target pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,4 persen sampai dengan 6 persen.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa untuk mengejar target pertumbuhan tersebut ada beberapa hal yang harus didorong. Salah satunya mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur.
"Sektor manufaktur harus bisa tumbuh lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional, itu aja syaratnya karena dia adalah kontributor PDB yang lebih besar hampir 20 persen," ujar Bambang di Jakarta, pada Rabu 24 Juli 2019.
"Jadi kalau manufaktur tumbuh lebih tinggi daripada nasional, maka dia akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasionalnya sendiri," tambahnya.
Bambang melanjutkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa mencapai hingga 6 persen maka dibutuhkan investasi besar. Paling tidak, investasi tumbuh di angka 7 persen sampai dengan 8 persen.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka diharapkan kemiskinan bisa turun mencapai 6,5 persen di 2024, Kemudian gini rasio ditekan mencapai 0,37 persen serta tingkat pengangguran terbuka juga diharapkan bisa mencapai 4 persen.
"Meskipun saat ini gini rasio bagus, pengangguran menurun, tapi sekarang kita bukan bicara mengenai kecepatan saja, seberapa tuiggi kuta turun dan seberapa cepat kita turun dan seberapa cepat kita naik, itu yang penting untuk 5 tahun ke depan," pungkasnya.