Terkuak, Kerangka Muda Mudi Berusia 4.000 Tahun Dikubur Berhadap-Hadapan

Pemuda dan pemudi di Kazakhstan dimakamkan berhadap-hadapan pada 4.000 tahun lalu.

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Agu 2019, 16:54 WIB
Kerangka sepasang kekasih ditemukan terkubur berhadapan satu sama lain di sebuah kuburan yang berusia sekitar 4.000 tahun di Kazakhstan. (Kredit: Karaganda regional government)

Liputan6.com, Astana - Kerangka dari seorang laki-laki dan perempuan muda, yang diperkirakan meninggal pada 4.000 tahun yang lalu, ditemukan terkubur berhadap-hadapan di sebuah pemakaman kuno di Kazakhstan.

Para arkeolog menemukan penguburan tersebut di mana terdapat pula tulang-belulang kuda. Kedua pasangan tersebut dimakamkan bersamaan dengan berbagai barang, yang meliputi perhiasan (beberapa di antaranya adalah emas), pisau, keramik dan manik-manik. 

Barang-barang yang ikut dimakamkan bersama tubuh keduanya. (Kredit: Karaganda regional government)

Beberapa laporan media lokal mengklaim, para arkeolog juga menemukan penguburan seorang pendeta di dekatnya, meski mereka tidak menyebutkan hal ini dalam pernyataan pers.

Tidak diketahui berapa usia muda mudi itu. Para ilmuwan pun tidak menyebutkan apa yang membuat keduanya meninggal, dan hubungan seperti apa yang mereka jalin sampai harus dikuburkan dengan posisi seperti itu.

Para arkeolog juga menemukan penguburan seorang pendeta di dekatnya. (Kredit: Karaganda regional government)

"Benda-benda yang ditemukan di dalam liang lahat menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan muda itu berasal dari keluarga kaya," demikian kata para arkeolog dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Live Science, Senin (5/8/2019).

Peninggalan arkeologis yang ditemukan di situs lain di Kazakhstan memperlihatkan, pasangan tersebut kemungkinan hidup pada saat pertempuran dan konflik sering melanda di wilayah tersebut.

Penggalian kuburan dan analisis kerangka masih dilakukan hingga kini. Tim arkeolog sendiri dipimpin oleh Igor Kukushkin, seorang profesor arkeologi di Saryarka Archaeological Institute di Karaganda State University di Kazakhstan. 

Banyak keramik yang ikut dimakamkan dengan pasangan ini. Tembikar di atas memiliki desain yang menarik. (Kredit: Karaganda regional government)

Sementara itu, banyak peninggalan arkeologis yang telah ditemukan di Kazakhstan. Pada tahun 2016, sebuah regu peneliti yang dipimpin oleh Kukushkin menemukan sisa-sisa makam berbentuk piramida berusia 3.000 tahun.

Pada 2014, tim arkeolog yang berbeda mengidentifikasi 50 geoglyph dengan berbagai bentuk dan ukuran, termasuk swastika berukuran masif, yang diperkirakan berasal dari 2.800 tahun yang lalu.


Kerangka Bocah dari Abad ke-5 Ditemukan di Italia, Mulutnya Dijejali Batu

Makam bocah berumur 10 tahun dari Abad ke-5 ditemukan di Italia. Mulutnya disumpal batu. (David Pickel/Stanford University)

Sementara itu, arkeolog menemukan makam kuno dari abad ke-5 di Italia. Di dalamnya, ilmuwan menemukan kerangka anak kecil sekitar umur 10 tahun yang kondisinya mengenaskan.

Dugaan sementara, bocah itu merupakan korban "pemakaman vampir", sebab lokasi ditemukannya situs tersebut dahulunya terjangkit wabah malaria yang membunuh banyak penduduk.

Prosesi "pemakaman vampir" adalah penguburan jenazah dengan menempatkan sebuah batu besar di mulut jasad. Entah apa maksud dari tradisi ini, periset yang berasal dari University of Arizona yakin bahwa tindakan itu dilakukan untuk menjaga agar si bocah tidak bangkit kembali.

Opini itu didasarkan pada keyakinan masyarakat setempat yang masih mempercayai adanya vampir --makhluk pengisap darah manusia. Meski kenyataannya, anak tersebut meninggal akibat malaria.

"Saya belum pernah melihat kerangka seperti ini. Sangat menakutkan dan aneh," kata arkeolog David Soren dari University of Arizona.

"Orang-orang lokal biasa menyebutnya Vampire of Lugnano," kata dia, seperti dikutip dari Science Alert, Selasa, 16 Oktober 2018.

Hingga berita ini dibuat, peneliti belum melakukan tes DNA terhadap kerangka bocah tersebut. Mereka juga belum bisa menentukan jenis kelaminnya.

Namun, berdasarkan temuan, prosesi penguburan seperti itu dikenal sebagai La Necropoli dei Bambini atau Pemakaman Bayi. Adapun lokasi makam berada di atas sebuah vila Romawi yang didirikan pada abad ke-1 di Lugnano, Italia.

Penggalian di situs itu dimulai pada 1988, dan sejauh ini hanya ditemukan tulang-belulang dari anak-anak yang masih kecil.

Bukti menunjukkan bahwa semua penguburan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

Menurut hasil tes DNA yang telah dilakukan sebelumnya, arkeolog mengungkapkan bahwa di tubuh jenazah-jenazah itu ditemukan Plasmodium falciparum, yaitu parasit mematikan penyebab malaria.

Uji DNA tersebut diterapkan pada kerangka bocah berumur 3 tahun yang dimakamkan dengan cara serupa.

"Di dekat makam bocah-bocah itu juga ditemukan kerangka 12 anak anjing yang berusia kurang dari enam bulan dan seekor anjing berusia sekitar satu tahun. Semua ditemukan dengan kondisi tubuh tidak lengkap. Paling sering kepala atau rahang bawah yang hilang," tulis Soren dalam laporan tahun 1996 terkait kuburan kuno di Italia itu.

"Karena anak anjing dianggap sakral dalam adat kuno rakyat Romawi, kemungkinan hewan-hewan ini kehilangan bagian tubuh mereka sebagai hasil dari praktik ritual penduduk."

Contoh lain misalnya, seorang anak yang dikubur bersamaan dengan burung gagak, jimat, dan bagian tubuh katak. Semua ini dianggap sebagai obat untuk menagkal penyakit dan demam agar tak mengusik mereka yang masih hidup.


Ramuan Keabadian Ditemukan dalam Makam Kuno di China

Para arkeolog di provinsi Henan, Cina tengah, mengatakan telah menemukan sebuah pot perunggu yang mereka yakini berisi sampel eliksir legendaris yang dirujuk dalam teks kuno Tiongkok. (Institute of Cultural Relics and Archaeology)

Di China, para arkeolog menemukan sebuah ramuan di sebuah makam kuno berusia sekitar 2.000 tahun.

Larutan eliksir tersebut konon bisa mengubah logam menjadi emas dan dapat memperpanjang kehidupan tanpa batas, setidaknya itu yang diyakini oleh para ahli zaman dahulu. 

Cairan ini disimpan di dalam sebuah pot berbahan perunggu, yang dikubur bersama barang-barang antik lainnya. Makam tersebut merupakan milik keluarga bangsawan Dinasti Han Barat (202 SM-8 M).

Saat digali, di dalam wadah tersebut berisi enam pint --unit cairan yang ukurannya sama dengan setengah liter-- atau setara dengan 3,5 liter cairan yang konon merupakan ramuan ajaib.

"Ini adalah pertama kalinya kami melihat ramuan keabadian, yang kerap disebut mitos di China," kata Shi Jiazhen, kepala Institute of Cultural Relics and Archaeology di Luoyang, tempat situs pemakaman tersebut digali.

"Cairan ini memiliki nilai yang signifikan untuk studi pemikiran kuno orang-orang Tiongkok, tentang mencapai keabadian dan evolusi peradaban," imbuhnya, sebagaimana dikutip dari Daily Mail, Selasa, 5 Maret 2019.

China yang kaya akan obat-obat tradisonal, masih berusaha mencari ramuan ajaib selama ribuan tahun, yang berdasarkan cerita turun-temurun akan memberi mereka kehidupan eksternal.

Awalnya para arkeolog berpikir bahwa enam pint tersebut adalah minuman keras, karena mengeluarkan aroma alkohol.

Sejumlah besar pot tanah liat yang dicat berwarna-warni, batu giok, dan artefak perunggu juga digali dari dalam makam seluas 2.260 persegi (210 meter persegi). Kerangka-kerangka manusia yang termasuk di dalamnya pun telah diawetkan.

Pan Fusheng, seorang arkeolog yang terlibat dalam proyek itu, menambahkan, "Kuburan ini menyimpan banyak barang berharga untuk mempelajari kehidupan bangsawan Han Barat serta ritual pemakaman dan adat istiadat pada masa itu."

Hasil laboratorium mengungkapkan ramuan itu sebagian besar terdiri dari potasium nitrat dan alunite (mineral aluminium kalium sulfat yang terhidrasi) yang tidak beracun, tetapi tetap digunakan dalam pestisida, pupuk dan bahan bakar roket.

Meski demikian, para ahli jarang sekali menemukan studi kasus yang mengungkapkan adanya pejabat tinggi dan kaisar di China yang minum obat mujarab seperti itu.

Kisah yang paling tersohor adalah Kaisar Pertama Tiongkok, Qin Shihuang, yang mengirim ekspedisi untuk menemukan pulau legendaris di mana terdapat cairan berkhasiat untuk hidup abbadi dalam jumlah besar. Shihuang percaya bahwa ramuan itu berbentuk merkuri perak.

Tanpa pikir panjang, sewaktu pasukannya menemukan benda yang dimaksud, sang kaisar pun langsung menenggaknya. Namun nahas, konon ia langsung mati keracunan, seperti banyak tokoh sejarah lainnya.

Sementara itu, pemindaian ruang pemakaman utama kaisar mengungkapkan tingginya tingkat merkuri pada tubuhnya dan makamnya telah dijelaskan dalam teks sejarah sebagai "sungai dan danau merkuri".

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya