Liputan6.com, Jakarta Memasuki pertengahan tahun 2019, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta mengalami perlambatan, namun masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Setelah tumbuh sebesar 6,25 persen (yoy) pada triwulan I, pertumbuhan pada triwulan II tercatat sebesar 5,71 persen (yoy). Pertumbuhan triwulan II tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,05 persen (yoy).
"Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019 tertahan oleh meningkatnya konsumsi. Pertumbuhan PMTB tercatat mengalami kontraksi sebesar 3,13 persen (yoy) karena lebih terbatasnya aktivitas pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo dalam keterangannya, Selasa (6/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ekspor mengalami perlambatan menjadi 5,44 persen (yoy) seiring perlambatan ekonomi dunia. Sementara itu impor mengalami kenaikan menjadi 12,14 persen (yoy) seiring masih kuatnya konsumsi.
Peningkatan konsumsi, baik pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, maupun konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) dapat menahan pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 6,15 persen (yoy) karena adanya momen puasa dan hari raya Idul Fitri sehingga turut mendorong belanja masyarakat.
Konsumsi pemerintah tumbuh hingga 34,61 persen (yoy), karena adanya peningkatan realisasi THR untuk aparatur sipil negara (ASN). Konsumsi LNPRT tercatat tumbuh sebesar 17,93 persen (yoy) karena masih adanya dorongan dari pelaksanaan Pemilu 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama terjadi pada LU industri pengolahan dan LU konstruksi. LU industri pengolahan terkontraksi sebesar -4,03 persen (yoy), yang terutama disebabkan oleh turunnya produksi kendaraan bermotor. LU utama lainnya yaitu konstruksi juga mengalami kontraksi sebesar -0,45 persen (yoy) sejalan dengan kinerja investasi yang masih tertahan.
Sementara itu, sejalan dengan positifnya kinerja konsumsi, LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 5,08 persen (yoy) karena dorongan belanja masyarakat yang masih kuat. Beberapa LU lainnya mampu mencapai kinerja yang baik sehingga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2019.
LU jasa perusahaan tumbuh 13,09 persen (yoy) karena masih berlangsungnya aktivitas oleh berbagai lembaga terkait Pemilu. LU administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib juga mampu tumbuh hingga 16,91 persen (yoy), sejalan dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh tinggi.
"Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta," pungkas Hamid
Advertisement
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2019 Sebesar 5,05 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan data pertumbuhan ekonomiIndonesia pada kuartal II-2019 sebesar 5,05 persen (year on year/yoy). Realisasi ini lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 yang sebesar 5,07 persen yoy.
Juga lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2018 yang sebesar 5,27 persen yoy. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I-2019 tercatat sebesar 5,06 persen yoy.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 meemang melambat bila dibandingkan kuaryal I 2019 dan jauh lebih melambat jika dibandingkan kuartal II 2018. Sehingga kita perlu membedah apa yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2019," ujar Kepala BPS Suharyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Selain itu, BPS mencatat harga komoditas migas dan non migas di pasar internasional pada kuartal I 2019 secara umum mengalami kenaikan jika secara kuartal, namun mengalami penurunan jika secara tahunan (yoy). Hal ini tentu berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Salah satunya terjadi penurunan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada kuartal II 2019 mengalami penurunan 6,12 persen dari kuartal II 2018. Kemudian batu bara mengalami penurunan harga 22,9 persen serta minyak kelapa sawit (CPO) turun 16,7 persen.
"Disisi lain, dari empat negara mitra dagang utama Indonesia, perekonomian keempatnya melambat yakni Singapura, China, dan Korea Selatan, dan Amerika Serikat yang pada kuartal II 2019. Ini semua faktor yang pengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," jelas dia.