Ratusan Anak Muda dari Seluruh Dunia Berkomitmen Hentikan Tuberkulosis

Dalam acara Global Youth Town Hall - To End TB 240 anak muda dari Indonesia dan mancanegara bersatu memiliki komitmen menghentikan tuberkulosis.

oleh CISDI diperbarui 10 Agu 2019, 17:00 WIB
Diskusi bersama Diah Saminarsih, M.Sc (Pendiri CISDI & Penasihat Senior Bidang Gender dan Kepemudaan Untuk WHO Global), Madhusudan (Youth Advocate TB Free World - Nepal), dan Dr. Tereza Kasaeva (Direktur WHO Global untuk Program TB).

Liputan6.com, Jakarta Global Youth Town Hall menjadi langkah baru dunia global yang membahas kondisi serta komitmen masa depan mengenai tuberkulosis (TB). Di dalamnya terdapat lebih dari 240 anak muda Indonesia dan mancanegara yang memiliki komitmen yang sama menghentikan penyebaran tuberkulosis. 

Menjadi wadah bagi pegiat kesehatan dari berbagai latar belakang, Global Youth Town Hall to End TB melibatkan kaum muda untuk berdiskusi, berkomitmen, dan berkolaborasi bersama pemerintah serta komunitas global sebagai langkah menghentikan penyebaran tuberkulosis.

Tuberkulosis sendiri memang penyakit yang menjadi salah satu prioritas utama dalam sektor kesehatan. Menurut riset Global TB Report (2018) dan IHME (2017), Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara dengan kasus Tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan jumlah 842.000 kasus.

Masih berdasarkan laporan tersebut, salah satu hal yang turut perlu diperhatikan Indonesia adalah kondisi 75 persen pengidap tuberkulosis berada pada usia produktif. Padahal, di tahun 2045 dengan populasi kaum muda usia produktif paling tinggi dapat terancam apabila banyak yang terkena tuberkulosis. 

Jumlah pengidap tuberkulosis pada usia produktif menjadi salah satu urgensi bagi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait isu ini. Yakni dengan keterlibatan kaum muda sebagai calon aktor utama pembangunan.

“Keterlibatan aktif kaum muda sangat dibutuhkan untuk menurunkan angka pengidap tuberkulosis, karena kaum muda memiliki kekuatan yang tidak terbatas untuk mengubah dunia menjadi lebih baik dan tentunya menurunkan angka TB di dunia,” ujar Dr Tereza Kasaeva, Direktur WHO Global untuk Program TB dalam sebuah diskusi beberapa saat lalu. 

 

 


Kaum Muda Perlu Dilibatkan dalam Memberi Masukan terkait Kebijakan

Ilustrasi TB - TBC (iStockphoto)

 

Kaum muda perlu difasilitasi untuk berkontribusi nyata dan berkelanjutan dalam isu pembangunan dunia.

“Indonesia memiliki lebih dari 63 juta kaum muda yang merupakan 26 persen populasi di Indonesia. Selain itu, partisipasi dari kaum muda penting dilakukan dalam isu pembangunan dunia melalui pembentukan lingkungan yang memungkinkan anak muda ikut terlibat,” tutur Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, Sp.M (K), Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Di kesempatan yang sama Pendiri CISDI sekaligus Penasihat Senior Bidang Gender dan Kepemudaan untuk Direktur Jenderal WHO Global, Diah Saminarsih mengatakan bahwa keterlibatan anak muda dalam menekan penyakit ini juga termasuk dalam memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan. 

"Kaum muda menjadi jembatan untuk mengisi kesenjangan dalam hal penelitian, argumentasi dalam keuangan, maupun multisektor,” tutur Diah.

Suara kaum muda, merupakan kekuatan terbesar yang dimiliki dunia ini.  Sebagai salah satu aktor utama di masa depan, keterlibatan kaum muda dalam mengentaskan permasalahan pembangunan, perlu didengar oleh masyarakat.

“Suara kaum muda sangat penting dan perlu didengar oleh dunia melalui acara berskala global seperti Youth Town Hall TB, karena kita sebagai kaum muda dapat menciptakan kesehatan primer untuk dunia,” tutup Madhusudan, Youth Advocate TB Free World Nepal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya