Liputan6.com, Jakarta - - Jemaah haji Indonesia tiba-tiba riuh di depan kamar jenazah Rumah Sakit Ann Nur, Makkah pada Selasa (6/8/2019) menjelang siang. Mereka ingin mengantar Mbah Maimun Zubair yang dipanggil Sang Khalik pada pukul 04.17 waktu setempat.
Jenazah Mbah Moen diantar ambulans menuju persemayaman di Daker Makkah. Saat itu, para jemaah haji berebut menyentuh keranda sambil mengucapkan tahlil dengan suara bergetar.
Advertisement
Mereka berdesak-desakan ingin melihat sang ulama karismatik itu untuk terakhir kalinya. Pembawa keranda pun kesulitan memasukkan jenazah ke dalam ambulans.
"Kasihan Pak Kiai, sudah!," teriak salah seorang jemaah haji, meminta orang-orang mundur.
Beberapa jemaah terlihat terus menyebut nama Allah sambil menangis ketika melihat jenazah Sang Kiai.
Kepergian Mbah Moen, demikian ia akrab dipanggil, terjadi tanpa pertanda. Ulama kenamaan tersebut tidak mengeluhkan sakit apapun sebelum meninggal dunia.
Bahkan, Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani mengatakan, Mbah Maimun Zubair masih menerima tamu, Senin 5 Agustus 2019 malam.
"Beliau tidak sakit, tadi malam masih terima tamu di Makkah," kata Sani dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa.
Wasekjen PPP Achmad Baidowi mengaku bertemu dengan Mbah Moen sebelum pengasuh pondok pesantren Al Anwar Sarang, Rembang itu wafat.
Pada Minggu, 4 Agustus 2019, menjelang salat isya, Baidowi bersama istrinya dan Waketum PPP Ermalena bertemu dengan Mbah Moen di Hotel Royal Dar Al Eiman, Makkah. Di lantai 19 itu, ada juga dengan Ustaz Solmed dan sang istri.
"Beliau bilang 'kok datangnya sekarang, saya mau salat. Ayo bareng saya salat jamaah di masjid'," kata Baidowi menirukan ucapan Mbah Moen saat itu.
Dengan kursi roda, Mbah Maimun Zubairdiantar ke masjid untuk salat berjamaah. "Saya bersama Ustaz Solmed berada di saf belakang beliau. Dan beliau salatnya masih berdiri tidak di kursi roda, subhanallah," ujar Baidowi kepada Liputan6.com, Selasa (6/8/2019).
Usai salat, para tamu diajak kembali kamar untuk melanjutkan silaturahmi. Saat itu, kata Baidowi, dirinya dan Waketum PPP dilarang pulang. Mbah Moen kemudian memberikan nasihat kepada keduanya.
"Mulai dari isu ke-Islaman, ke-Indonesia-an hingga ke-PPP-an," ujar Baidowi.
Tiba-tiba pada Selasa, 6 Agustus 2019, menjelang subuh, Baidowi dikejutkan dengan kabar Mbah Maimun Zubair sudah wafat.
"Innalillahi wainna Ilaihi rojiun. Mungkin sudah pertanda dari Allah, saat itu bersamaan hujan mengguyur kawasan Masjidil Haram. Pesan berkali-kali tentang PPP rupanya juga sebagai pertanda bahwa beliau tak mungkin aktif lagi di partai. Baru setelah mendengar kabar duka tersebut, saya memahami makna tersembunyi di balik pesan beliau. Selamat jalan guru kami," kata Baidowi.
Ulama yang Dicintai
Meninggalnya Mbah Moen menyisakan duka bagi Bangsa Indonesia. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa sangat kehilangan.
"Kepergian Mbah Moen tidak saja sebuah kehilangan besar bagi saya dan keluarga besar Pondok Pesantren Al Anwar Rembang, Jawa Tengah, tapi juga umat Islam dan seluruh rakyat Indonesia," ujar Jokowi.
Jokowi mengaku memiliki kenangan khusus dengan pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu.
Mantan Wali Kota Solo itu menyebut, dirinya sudah dua kali berkunjung ke pondok pesantren milik Mbah Moen. Kala itu, Jokowi diajak masuk ke kamar Mbah Moen.
"Saya ke rumah beliau di Pondok Pesantren Anwar Sarang, itu sudah dua kali. Pas ke sana pasti diajak masuk ke kamar beliau," kata Jokowi di Istana Negara Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Adapun kenangan yang selalu diingat Jokowi adalah ketika dirinya salat berjemaah dengan Mbah Moen.
"Dan terakhir waktu itu saya dengan Mbah Maimun juga salat berjemaah maghrib di kamarnya beliau, beliau imami sendiri," ucapnya.
Jokowi pun hingga kini masih menyimpan sorban hijau pemberian Mbah Moen.
Mbah Moen merupakan sosok yang dicintai dan dikagumi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, meski berstatus ulama besar, Mbah Moen selalu menyempatkan diri datang ke hajatan siapapun yang mengundangnya.
"Walaupun hanya hajat kecil-kecilan dari orang kampung yang awam, dekat ataupun jauh. Hingga akhir hayat beliau. Itu bukti kesetiaan beliau untuk senantiasa menemani dan membimbing umat," kata Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf kepada Liputan6.com di Jakarta.
Sementara, Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar mengaku tersentuh kerap diminta duduk berdekatan dengan Mbah Moen di setiap acara.
"Hal paling menyentuh itu, saya kalau ketemu beliau selalu ingin pegang tangannya terus lihat dahinya dan saat saya duduk di kursi belakang beliau selalu mengajak, 'sudah duduk sini saja (dekat beliau)'," ucap Nasaruddin.
Selain itu, Nasaruddin juga bangga sering ditunjuk oleh Mbah Moen jika ada masyarakat yang bertanya soal imam yang dapat dijadikan rujukan. Nasaruddin juga pernah tersanjung saat dirinya ditunggu oleh Mbah Moen untuk mengisi acara haul di pondok pesantren asuhannya.
"Jadi saya datang ke Jawa Timur ditungguin jam 01,00 malam, masih penuh di halaman pondok pesantrennya nungguin saya sampai jam 03.00 pagi jadi saya sangat hormat. Beliau juga sangat hormat siapapun yang mengundang, walau anak muda yang mengundang, bila ada waktunya pasti beliau sempatkan datang," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Di Benaknya, NKRI Harga Mati
Presiden Jokowi menilai semasa hidupnya yang panjang, Mbah Moen begitu karismatik, selalu jadi rujukan bagi umat Islam terutama dalam soal-soal fikih.
Selain itu, Mbah Moen adalah sosok yang sangat gigih dalam menjaga NKRI.
"Kita tahu bahwa beliau adalah kiai kharismatik, kiai yang selalu menjadi rujukan-rujukan bagi umat Islam, terutama dalam hal fikih, dan beliau juga sangat gigih dalam menyampaikan masalah NKRI harga mati," kata Jokowi.
Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mbah Moen adalah seorang kiai yang juga mengawal politik.
"Intinya, keagamaan dia selalu mendampingi politik itu dengan spirit dan keagamaan yang baik. Intinya seorang kiai besar yang mengawal politik,'' ungkap JK.
Sementara, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, Mbah Moen selalu mengingatkan agar ulama tidak terlibat politik praktis. Namun, punya kewajiban menjaga umat.
"Nasihat saya peroleh dari ajarannya, jadi tidak perlu lah bermain politik praktis jadilah ilmuan jadilah penjaga umat," kata Nasaruddin kepada Liputan6.com.
Bukan hanya umat muslim, ajaran Mbah Moen juga menyentuh hati setiap orang yang ditemuinya. Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf menceritakan, pada awal 2018 dirinya mengajak beberapa orang teman dari Amerika untuk sowan kepada Mbah Moen.
Di antara mereka adalah seorang dokter dan aktivis kemanusiaan dari California. Yahya mengatakan, aktivis tersebut punya pengaruh politik internasional yang sangat luas. Kepada aktivis tersebut, Mbah Moen, berpesan bahwa seluruh umat manusia adalah saudara, sama-sama keturunan Nabi Nuh.
Dan, yang terpenting adalah bagaimana agar Bangsa Indonesia bisa memberi teladan kepada dunia tentang kehidupan ber-Bhinneka Tunggal Ika.
"Ketika meninggalkan kediaman Kiai Maimun, sesudah itu, teman saya dari California itu mengatakan, 'Sekarang keyakinan saya mutlak. Bahwa di Indonesia ini ada jawaban bagi kemelut peradaban dunia dewasa ini'," kenang Yahya.
Untuk itu, kata dia, wafatnya Mbah Moen adalah kehilangan bagi seluruh umat manusia.
"Dunia kehilangan pengayoman rohani dari Kiai Maimun yang tak henti-hentinya ber-riyadloh mendoakan keselamatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia," tandas Yahya.
Sebelum meninggal dunia, Wasekjen PPP Achmad Baidowi mengatakan, Mbah Moen juga memberikan pesan khusus kepada PPP. Kiai karismatik itu meminta PPP menjadi contoh bagi yang lain sebagai partai berazaskan Islam.
"Terakhir sebelum pamit yang kesekian kalinya, beliau berpesan berpegang teguhlah pada ajaran Islam dan patuh serta tunduk pada hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Baidowi.
Dicintai Lintas Agama
Bukan hanya ulama yang dicintai umat islam Indonesia, Mbah Moen juga dikagumi lintas agama. Romo Benny Susetyo menilai Mbah Moen adalah kiai yang karismatik dan negarawan yang setia menjaga NKRI dan Pancasila.
"Dia selalu, dalam memberikan nasihatnya, berpegang teguh pada konstitusi. Dia resah bangsa ini kehilangan ideologinya saat banyak kelompok yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah," kata Romo Benny kepada Liputan6.com.
Mbah Moen, kata Romo Benny, mengajarkan kelembutan, tentang nilai-nilai kebangsaan, kebersamaan, dan persaudaraan.
Ia menambahkan, saat beberapa kali bertemu, Mbah Moen selalu memberikan keteduhan dan fokus menyelamatkan negara berdasar Pancasila ini.
"Sebagai seorang figur bapak bangsa, tidak mementingkan golongannya, selalu mengatakan pentingnya menjaga Indonesia," ujar Romo Benny.
Bahkan ucapan bela sungkawa juga datang dari Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).
Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom, menilai Mbah Moen adalah sosok kiai yang patut dijadikan teladan. Sebab dalam suasa politik yang bertensi tinggi Mbah Moen selalu datang dan memberikan keteduhan.
"Mbah Moen adalah sosok kiai yang patut menjadi teladan bagi ulama dan tokoh agama yang ada di Indonesia," ujarnya.
"Olehnya, kepergian beliau tidak hanya kehilangan bagi PPP maupun NU, tidak juga hanya kehilangan bagi umat Islam, tapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia," ucapnya.
Advertisement
Perjalanan Hidup Mbah Moen
Selama ini, Kiai Maimun merupakan rujukan ulama di Indonesia dalam bidang fikih karena menguasai secara mendalam ilmu fikih dan ushul fikih. Kiai yang karib disapa Mbah Moen ini juga merupakan kawan dekat dari Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa sekaligus mendalami ilmu di Arab Saudi.
Lahir di Sarang, Rembang, 28 Oktober 1928, kiai sepuh ini mengasuh pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Dia merupakan putra dari Kiai Zubair, seorang alim dan faqih. Kiai Zubair merupakan murid dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.
Kedalaman ilmu orangtuanya menjadi basis pendidikan agama Kiai Maimun Zubair. Kemudian, ia meneruskan mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan Kiai Abdul Karim.
Saat berusia 21 tahun, Maimun Zubair melanjutkan belajar ke Makkah dan mengaji kepada Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly dan beberapa ulama lainnya.
Selepas kembali dari Tanah Suci dan mengaji dengan beberapa kiai, Mbah Moen kemudian mengabdikan diri untuk mengajar di Sarang, tanah kelahirannya. Pada 1965, Kiai Maimun kemudian istiqomah mengembangkan Pesantren al-Anwar Sarang. Pesantren ini kemudian menjadi rujukan santri untuk belajar kitab kuning.
Dalam kehidupan berkeluarga, Mbah Maimun menikah dengan Nyai Fahimah, putri Kiai Baidhowi Lasem, dan dikaruniai tujuh orang anak. Empat di antaranya meninggal saat kecil. Yang tiga lainnya yaitu Kiai Abdullah Ubab, Kiai Muhammad Najih, dan Nyai Shabihah.
Sepeninggal Nyai Fahimah, ia menikah lagi dengan Nyai Mastiah putri Kiai Idris Blora. Bersama Nyai Mastiah, Mbah Moen dianugerahi 6 orang anak, yakni Gus Majid Kamil, Gus Ghofur, Gus Rouf, Gus Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Ning Rodhiyyah. Semua anaknya menjadi tokoh ulama dan berperan aktif dalam dakwah Islam.
Selama hidupnya, Kiai Maimun memiliki kiprah sebagai penggerak. Ia pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun. Selain itu, juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah. Karena kedalaman ilmu dan kharismanya, Mbah Moen juga diangkat sebagai Ketua Dewan Syuro Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Selain itu, Maimun Zubair merupakan tokoh politik penting di Jawa Tengah. Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2018, Ganjar Pranowo yang merupakan incumbent dan penantangnya, Sudirman Said berebut mendapatkan anak Mbah Moen sebagai wakil.
Dalam kontestasi politik di Jateng ini, Mbah Moen tak banyak berbicara. Namun, arah politiknya mudah untuk diketahui dan diikuti oleh pengikutnya. Dalam perebutan pengaruh itu, Ganjar akhirnya mendapatkan restu maju bersama Taj Yasin, anak ketujuh Maimun Zubair.
Begitu juga di tingkat nasional, Mbah Moen memperlihatkan kharismanya tanpa harus menyebut nama. Dalam acara "Sarang Berzikir Indonesia Maju" di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Jumat 1 Februari 2019, dia hanya memberi isyarat tentang calon presiden yang dia dukung.
"Saya hanya menyampaikan, banyak orang menunggu-nunggu saya pilih siapa, ya (pilih) yang dekat saya, jadi ini tidak mengajak, semua punya kebebasan masing-masing, tapi yang dekat saya malam ini saja, yang dekat saja," kata Mbah Moen malam itu.
Saat menyampaikan hal itu, Mbah Moen duduk di samping Presiden Jokowi yang juga bersebelahan dengan Iriana Joko Widodo. Hadir juga dalam acara tersebut Ketua Umum PPP Romahurmuziy atau Romi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Hari ini Jumat apa? Jumat Pahing, ya tidak apa-apa. Saya ucapkan, yang saya ucapkan ini jadi pilihan pribadi saya, kepada siapa pun wallahualam," kata Maimun Zubair yang kemudian disebut sebagai restu dari Mbah Moen untuk Jokowi berlaga di Pilpres 2019.
Tak lupa, menyadari panasnya kontestasi Pilpres 2019, Kiai Maimun Zubair pun berharap setelah Pilpres 2019 kondisi Indonesia akan tetap damai. "Karena itu saya inginnya pemilu ini pemilu yang damai, pemilu perdamaian, pemilu yang setelah pemilu dapat menyokong dan disokong ajaran yang kita miliki, seperti ajaran agama kita, agama apa? Islam," kata Mbah Moen.
Selamat jalan, Mbah Moen...