Menelusuri Jejak Korban-Korban Buaya Ganas Sungai Lasalimu

Andri yang tewas diterkam buaya bukan merupakan kasus pertama di Sungai Lasalimu, Buton Selatan. Petani itu merupakan korban ketiga gigitan buaya yang tercatat oleh warga dan tim SAR.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 07 Agu 2019, 17:00 WIB
Pencarian tim SAR terhadap Andri (30) korban gigitan buaya di Sungai Lasalimu, Buton Selatan, Senin (5/8/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Buton Selatan - Ganasnya buaya muara di Sungai Umalaoge Lasalimu, Desa Ambuau Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton Selatan kembali memakan korban. Seorang petani, kembali diterkam buaya saat sedang beraktivitas di pinggiran sungai, Senin (5/8/2019).

Pemuda tersebut diketahui bernama Andri (30). Andri dilaporkan hilang di sungai oleh kerabatnya sekitar pukul 17.30 Wita.

Menurut saksi di lokasi, korban masuk ke dalam aliran kali bendungan Umalaoge untuk mengambil air menggunakan ember. Korban bermaksud menyiram tanaman sayur di kebunnya yang berada di pinggir sungai.

Istri korban Wa Ida (28) dan mertuanya Wantera (68) tiba-tiba mendengar teriakan korban. Setelah itu, ada bunyi suara orang terjatuh dalam sungai.

"Saya dengar korban jatuh, berteriak. Kemudian hilang," ujar Wa Ida, istri korban.

Sekitar satu jam lebih usai kejadian, warga yang curiga korban diterkam buaya melakukan pencarian. Saat itu, kondisi sudah mulai gelap dan dengan dibantu lampu penerangan seadanya.

Beberapa warga yang sudah mencari sekitar kurang lebih 1 jam, kemudian mendapatkan petunjuk. Korban terlihat terapung-apung dalam gigitan buaya yang berjarak sekitar 50 meter dari lokasi kejadian.

Warga yang mengetahui korban diterkam buaya, memilih mundur karena tak berani turun ke dalam sungai. Mereka memilih melaporkan kondisi korban kepada Babinsa Kecamatan Lasalimu, Polsek Lasalimu dan kemudian diteruskan kepada pihak SAR yang berada di Kota Baubau.


SAR Terhalang Kondisi Sungai

Andri ditemukan tim SAR sudah tak bernyawa, Selasa (6/8/2019).(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Kepala Pos SAR Baubau Susandi Padli melalui Humas Kantor SAR Kendari Wahyudi mengatakan, pencarian langsung dilakukan malam hari begitu mendapat laporan. Saat tiba di lokasi sekitar pukul 22.30 Wita, anggota SAR bersama anggota Babinsa dan Polsek langsung menyisir lokasi hingga pukul Selasa (6/8/2019) pukul 00.30 Wita.

"Kami lanjut Selasa pagi sekitar pukul 6.15 Wita, karena kondisi sungai yang tak terlalu dalam dan banyak menemui rintangan," ujar Susandi Padli.

Dia menjelaskan, kondisi sungai dipenuhi ranting dan batang pohon. Sehingga, perahu karet bermesin yang disiapkan menemui kesulitan menyisir hingga ke tengah sungai.

"Banyak batang bambu dan pohon yang menghalang jalan perahu," ujar Wahyudi.

Tidak hanya itu, hanya sebagian aliran sungai yang berair cukup dalam. Sisanya, sungai dipenuhi semak-semak di pinggirannya yang menyebabkan anggota SAR dan tim pencari harus teliti memeriksa pinggiran sungai.

"Jadi, kami juga buka jalur baru melalui pinggiran sungai untuk berusaha menemukan korban," katanya.

Sekitar 20 jam lebih hilang, korban ditemukan sekitar 100 meter dari lokasi dilaporkan hilang, pukul 10.30 Wita. Saat itu, kondisi korban sudah meninggal dunia dengan banyak luka gigitan buaya.


Rekor Terkaman Buaya di Lasalimu

La Ade (30) penambang pasir korban gigitan buaya di Sungai Lasalimu, April 2019.(Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Andri yang tewas diterkam buaya bukan merupakan kasus pertama di Sungai Lasalimu. Petani itu merupakan korban ketiga gigitan buaya yang tercatat oleh warga dan tim SAR.

Sebelumnya, Darlin Uti alias La Ade (30) asal Desa Kinapani Makmur dilaporkan hilang saat menambang pasir di Sungai lasalimu pada 12 April 2019. Korban diterkam buaya di depan saudaranya saat baru saja melompat dari atas perahu.

Korban digigit saat sedang menyelam dan memeriksa mesin perahu yang macet di tengah sungai. Saudaranya melihat korban berusaha keluar dari sungai dan melepaskan gigitan buaya.

Namun, La Ade tak tertolong dan tubuhnya dibawa lari oleh buaya yang sempat terekam oleh kamera amatir warga di sekitar lokasi. Keesokan harinya, La Ade sudah ditemukan tak bernyawa.

Kasus kedua, menimpa Jafaruddin (50) warga desa Ambuau Indah, 15 Mei 2019. Saat itu, Jafaruddin sedang memancing dengan perahu di sungai yang sama.

Korban yang sedang naik perahu, terhalang kayu yang melintang di tengah sungai. Saat hendak memindahkan kayu, korban ternyata langsung diterkam buaya.

Korban yang sudah tua, berusaha berkelahi dengan melepaskan diri dari gigitan buaya. Sambil korban memanggil Arif anaknya yang berjarak sekitar 200 meter.

Beruntung, korban berhasil terlepas saat bergulat di dalam air. Anaknya Arif yang menjadi saksi menceritakan, ayahnya keluar dari sungai sudah dengan tubuh penuh luka-luka gigitan buaya.

"Dia selamat, dirawat di RSUD Baubau karena ada beberapa luka terkaman dan gigitan," ujar Arif.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya