Liputan6.com, Jakarta Nama Enzo Zens Allie baru-baru ini menjadi viral, pasalnya video yang diunggah oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat di YouTube memperlihatkan sosok blasteran Indonesia-Prancis yang berhasil lolos seleksi Akmil 2019, Senin (5/8/2019). Enzo ini pun sejak kecil memang bercita-cita jadi TNI dan ingin bergabung dalam kesatuan Kopassus.
Viralnya Enzo tentu menjadikan banyak warganet yang penasaran, banyak pula yang menulusuri dirinya di media sosial. Lalu tiba-tiba muncul isu bahwa dirinya terpapar radikalisme karena beberapa foto jejak digital yang pernah diunggah oleh Ibunda Enzo, Siti Hajah Tilaria dan Enzo sendiri dalam laman Facebooknya.
Baca Juga
Advertisement
Isu ini pun kini telah ditanggapi oleh pihak TNI. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi menyampaikan, pihaknya sudah sangat selektif dalam menyaring para taruna Akmil. Termasuk kepada Enzo Zens Allie.
"Tidak (radikal). Kita kan ada sistem seleksi yang berbeda dengan seleksi orang mau kerja sif siang, sif malam. Ini untuk megang senjata dia. Jadi sudah selektif," tutur Sisriadi saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/8/2019).
Berikut ulasan mengenai Enzo Zens Allie yang diisukan terpapar radikalisme dan sudah dibantah TNI seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (7/8/2019).
Mencuatnya isu terpapar radikalisme karena jejak digital
Isu ini bermula ramai diperbincangakan di media sosial, terutama di media sosial Twitter. Muncul jejak digital gambar foto profil Facebook yang diduga milik Enzo dan ibundanya. Dari akun Twitter @habibthink, Rabu (7/8/2019) pun mengunggah screenshootnya pada media sosial Twitternya.
Selain itu Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi pun pada hari ini telah memberikan sebuah keterangan saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (7/8/2019).
Menurut dia, TNI memiliki sistem seleksi mental ideologi. Mulai dari tes tertulis, wawancara, hingga penelusuran media sosial milik calon taruna akmil.
"Jadi itu sudah kita lakukan semua. Kalau masalah terpapar itu banyak orang terpapar. Mungkin mereka memberikan pendapat-pendapat tentang apa gitu," jelas dia soal Enzo Zens Allie.
Advertisement
Pendidikan dalam TNI akan membersihkan pola pikir radikalisme
Selama pendidikan yang akan dijalani oleh taruna Akmil selama kurang lebih tiga bulan, menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Sisriadi, akan membuat para taruna bersih dari berbagai pola pikir.
"Kemudian tiga bulan ini dia kan jadi nol lagi. Menjadi manusia biasa, bukan dengan segala ininya, mungkin bahasanya yang dia ahli itu bisa lupa itu. Pak Prabowo waktu masuk TNI kan dia tidak bisa bahasa Indonesia, bisa patah-patah. Wong sekolahnya dari kecil sampai SMA di Amerika kan. Zaman itu kita anti Amerika juga kan. Tapi enggak ada masalah. Sistem di TNI kita punya sistem untuk menyaring, namanya sistem seleksi dan klasifikasi. Jadi alat saringnya itu ketat sekali," kata Sisriadi.
Selain itu dalam proses seleksinya yang ketat untuk jadi taruna Akmil, hasil dari psikotes mampu menunjukan potensi ekstrem yang nantinya dapat dipertimbangkan untuk mencoret calon taruna tersebut untuk lanjut dalam tahap selanjutnya.
"Kemudian potensi ekstremnya kita bisa baca di hasil psikotes, di hasil kepribadiannya. Kebaca di situ ini anak begini begitu. Kalau enggak lolos, dia kecoret di situ," Sisriadi menandaskan.
Isu kewarganegaraan Enzo Zens Allie
Selain isu radikalisme, isu kewarganegaraan Enzo pun juga dipertanyakan. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan bahwa Enzo Zens Allie, yang lolos seleksi Akmil adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Dia menegaskan bahwa WNI adalah syarat mutlak jika ingin menjadi taruna Akmil.
"Ya dari persyaratan saja masuk ke daftar militer harus WNI, kita berbicara masalah persyaratan," ujar Hadi Tjahjanto di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Panglima TNI mengatakan, Enzo lolos masuk Akmil lantaran telah memenuhi syarat baik secara fisik ataupun psikologis. Dia juga melihat cukup potensial menjadi taruna Akmil.
"Dilihat dari seleksinya memenuhi syarat vital itu pull up-nya, larinya, yah itu dihitung semua secara fisik kemudian psikologinya semuanya memenuhi syarat," kata Panglima TNI.
Advertisement