Sarapan Pagi dengan Lontong Tuyuhan, Kuliner Khas Rembang yang Melegenda

Berbentuk segitiga, lontong tuyuhan khas Rembang ini memiliki makna filosofi yang mendalam.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 09 Agu 2019, 06:00 WIB
Lontong Tuyuhan Khas Rembang. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Rembang - Khazanah kuliner khas Kabupaten Rembang, menjadi bahasan menarik ketika berkunjung di kota ini. Bicara soal kuliner, ada lontong tuyuhan yang melegenda namanya.

Lahir dan berkembang berasal dari sebuah kampung kecil di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah, kuliner lontong tuyuhan digandrungi masyarakat dari berbagai kalangan.

Bentuk lontong tuyuhan terbilang unik. Biasanya lontong berbentuk silinder, tetapi lontong legendaris ini bentuknya segitiga. Pembungkusnya sama seperti lontong pada umumnya, yakni memakai daun pisang. Hanya saja, lontong tuyuhan ukurannya lebih jumbo (besar).

Hal itu diungkapkan salah seorang penjual lontong tuyuhan, Supardi (64) yang sudah berjualan sejak 1981 di kios Desa Tuyuhan, Rembang. Menurutnya, lontong tuyuhan sudah ada sejak puluhan tahun lamanya.

"Saya sendiri berjualan lontong tuyuhan sudah sejak umur 26 tahun. Bahkan, sejak dari zaman saya kecil pun lontong tuyuhan sudah ada. Warga Kabupaten sebelah seperti Blora, Pati, Tuban dan sekitarnya kalau pas lewat ya pada mampir ke warung," ungkap Supardi kepada Liputan6.com, Selasa 6 Agustus 2019.

Supardi menyebut, dinamakan lontong tuyuhan karena lahir dan berkembang awalnya dari desa ini. Kata dia, cita rasa sayur opor lontong tuyuhan hingga sekarang digandrungi banyak orang.

"Sekarang yang jual sudah dimana-mana, tapi awalnya dari desa sini. Ciri khas lontong tuyuhan di samping bentuknya segitiga, opornya itu juga bersantan dan tidak mblengeri (membosankan). Tiap hari kalau warung saya sendiri, tak kurang dari 7 ekor ayam habis. Alhamdulillah," katanya.

Supardi mengatakan lontong digunakan sebagai pengganti nasi dalam penyajiannya. Terdapat potongan ayam kampung sebagai menu utama dan tempe rebus maupun jeroan yang menjadi pelengkap menu. Untuk minumannya, lanjut dia, lebih nikmat dengan es kelapa muda.

"Harganya ajeg (tetap) kok, cuman Rp 13 ribu satu porsinya. Pelengkap menunya juga murah, mulai Rp500 sampai dengan Rp7 ribuan ada. Tinggal pilih," katanya.


Bukan Iluminati, Ini Filosofi Lontong Tuyuhan

Salah seorang penjual lontong tuyuhan, Supardi (64) yang sudah berjualan sejak tahun 1981 di kios Desa Tuyuhan. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Menurut Supardi, ada filosofi tersendiri dalam bentuk lontong segitiga yang digunakan sebagai sajian lontong tuyuhan tersebut. Kata dia, bentuknya segitiga ini merupakan sebuah simbol.

"Segitiga kan ada tiga sudut, jadi kita selalu berpegang pada tiga prinsip. Budaya atau sejarah, agama, dan pendidikan. Di situ kita diajarkan dan itu yang jadi acuan kita selama ini,” terangnya.

Sirojul Munir (29), salah seorang pembeli yang saat itu ada di kios lontong tuyuhan milik Supardi, mengatakan kuliner lontong tuyuhan di Rembang menjadi favoritnya kala sarapan pagi dan tiap sore.

"Biasanya kan ramai-ramainya orang itu kan siang. Jadi kalau siang saya malah jarang datang ke sini. Datangnya saya pas pagi sarapan. Sore saya biasanya beli sebagai bekal tak bawa pulang untuk istri dirumah," ungkapnya.

Diketahui Liputan6.com, dalam satu los bangunan semuanya diisi puluhan pedagang lontong tuyuhan dan disesaki para pembeli. Bagi warga yang tertarik mencobanya atau ingin menjadi langganan lontong tuyuhan, bisa datang ke Desa Tuyuhan.

Lokasinya mudah dicari dengan gawai. Majunya teknologi saat ini, mendukung masyarakat bisa berselancar menggunakan aplikasi 'Google Maps' mencari kuliner khas daerah.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya