Suhu Bandung Pagi dan Siang Berbeda, Ini Penjelasan BMKG

Sekurangnya satu bulan terakhir, warga Kota Bandung merasakan suhu di kotanya di pagi hari lebih dingin dan siang hari lebih panas.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 08 Agu 2019, 22:00 WIB
Kantor Stasiun Geofisika BMKG Klas I Bandung. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Sekurangnya satu bulan terakhir, warga Kota Bandung merasakan suhu di kotanya di pagi hari lebih dingin dan siang hari lebih panas. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mencatat, suhu minimum selama musim kemarau di wilayah Bandung mencapai 15 derajat celcius.

"Sepanjang kemarau itu suhu paling dingin di Kota Bandung tercatat pada 17 Juli 2019, mencapai 15 derajat celcius. Setelah itu berfluktuasi," kata Kepala BMKG Bandung, Toni Agus Wijaya, Kamis (8/8/2019).

Toni mengungkapkan, memasuki Agustus ini di wilayah Jawa Barat pada umumnya akan berlangsung puncak musim kemarau. Sehingga, suhu pada umumnya terasa lebih dingin dari biasanya.

"Saat puncak kemarau seperti ini cuaca dominan cerah, pertumbuhan awan hujan sangat sedikit sehingga sinar matahari secara langsung mengenai bumi," ujarnya.

Oleh karena itu, suhu di Kota Bandung pada siang hari justru terasa panas. Tercatat, suhu mencapai 31 derajat celcius.

"Tapi di malam hari terutama dini hari dingin minimum suhu udaranya lebih rendah. Penyebabnya karena sinar matahari ini kembali terpantul ke angkasa," kata Toni.

Sebagai catatan, semakin tinggi suatu tempat maka suhu udara semakin dingin. Jika suhu udara terendah saat ini di Bandung mencapai, 16,2 derajat celcius, kondisi di Lembang bisa mencapai 12,8 derajat celcius. Sehingga ada perbedaan dua kali lipat antara suhu udara minimum dini hari dan maksimum siang hari.

Perbedaan suhu yang cukup beragam ini, lanjut Toni, tentu berpengaruh ke tubuh. Sehingga puncak musim kemarau ini kita perlu menjaga kondisi kesehatan dengan makanan bergizi dan sehat.

Meski suhu udara dingin terjadi sepanjang Juli-Agustus, kondisi tersebut tidak akan berlangsung lama.

"Nanti September bertahap ke kondisi normal. Karena September mulai ada pertumbuhan awan hujan. Sehingga sinar mati tidak langsung terpantukkan ke angkasa," ujar Toni.

 

Simak video pilihan di bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya