Kemenhub Perluas Kenaikan Tarif Ojek Online ke 88 Kota

Kemenhub akan mengimplementasikan tarif ojek online di berbagai kota di Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Agu 2019, 12:15 WIB
ojek online

Liputan6.com, Jakarta Beberapa bulan lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menerapkan kenaikan tarif ojek online, mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat. Kemenbub berencana memperluas kenaikan tarif ini ke kota-kota lainnya.

Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Kementerian Perhubungan Ahmad Yani menyatakan perluasan tarif tahap 3 akan menyasar ke kurang lebih 88 kota.

"Mulai besok, 9 Agustus 2019 pukul 00.00, kenaikan tarif akan diaplikasikan ke 88 kota tambahan, sehingga perluasan akan mencapai sekitar 80 persen," ungkapnya saat ditemui di gedung Kementerian Perhubungan, Kamis (8/8/2019).

Sebagai informasi, perluasan kenaikan tarif ojek online tahap I dilakukan di wilayah Jabotabek, Bandung, Jogja, Surabaya dan Makassar, diikuti dengan tahap II yang melebar ke kurang lebih 41 kota di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Yani mengatakan perluasan kenaikan tarif secara keseluruhan ditargetkan rampung September mendatang. Setelahnya, Kemenhub bakal mengevaluasi pemberlakuan tarif baru setelah diterapkan selama 3 bulan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Keberadaan Ojek Online Mampu Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Senayan, Jakarta, Selasa (19/3). Permenhub No.12 tahun 2019 mengatur empat hal yakni, keselamatan, kemitraan, suspensi mitra driver dan biaya jasa atau tarif ojek online. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengungkapkan, para mitra yang berada dalam ekosistem ojek online, seperti Gojek mengakui adanya manfaat di luar keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh. Para mitra melihat kehidupan sehari-seharinya lebih baik ketika bergabung dengan ojek online.

Hal ini diungkapkan dalam penelitian kualitatif berjudul "Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Go-Jek Indonesia pada 2019". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh dampak yang dirasakan mitra ojek online dalam kehidupan mereka.

Kepala Lembaga Demografi FEB UI Turro S Wongkaren mengungkapkan penelitian kualitatif ini merupakan lanjutan dari penelitian LD FEB UI sebelumnya yang bersifat kuantitatif mengenai dampak ekonomi mitra ojek online kepada perekonomian Indonesia.

“Pada riset sebelumnya, LD menghitung bahwa kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia berada di kisaran Rp 44,2-55 triliun jika menggunakan asumsi 100 persen mitra aktif. Namun, hal yang perlu lebih lanjut ditelaah adalah apakah kontribusi ekonomi yang besar ini juga diikuti dengan kepuasan dan kebahagiaan mitranya,” ujar Turro di Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Menurut dia, penelitian terhadap ratusan mitra Gojek ini mempunyai jumlah narasumber yang cukup besar dibanding penelitian kualitatif pada umumnya sehingga dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang makna kerja, kepuasan, dan kebahagiaan (well-being) terhadap bentuk kemitraan nontradisional di ekonomi digital.

“Penelitian mengenai well-being pekerja di industri konvensional sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian terhadap anggota ekosistem ekonomi digital masih jarang. Ini perlu dilakukan guna memahami lebih dalam bagaimana ekonomi digital bisa membantu individu tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga manfaat non-finansial yang berguna bagi pengembangan diri. Sehingga, ekonomi digital Indonesia bisa inklusif dan berkualitas," jelas dia.


Mitra Ojek Online

Wali Kota Risma Naik Ojek Online Menuju Lokasi Kongres PDIP (Liputan6/Putu)

Sementara itu, Ppeneliti LD FEB UI Bagus Takwin memaparkan, mitra ojek online memaknai pekerjaan mereka lebih dari sekadar menghasilkan uang untuk memenuhi kepentingan sendiri.

“Mereka melihat hidup menjadi lebih bermakna karena dengan menjadi mitra Gojek, mereka bisa membantu banyak orang dan menebarkan kebaikan. Dalam konteks industri digital yang menganut sistem kemitraan seperti Gojek, makna kerja menjadi penting karena setiap orang punya pilihan dan otonomi dalam bekerja, yang mana ini lebih memberdayakan mitra,” kata Bagus.

Berdasar pengukuran kepuasan hidup mitra yang menggunakan instrumen The Satisfaction with Life Scale (SWL) dari Pavot dan Diener (2013). Skor rata-rata kebahagian mitra yang ditemukan pada penelitian ini adalah 24,3 dari skala maksimal 35. Artinya, secara umum mitra Gojek tergolong cukup puas dengan hidupnya yang menjadi lebih baik dan merasa bahagia.

Dia menyatakan, keadaan mitra ojek online yang bahagia bisa membuat mereka tetap semangat memperbaiki hidup sehingga bisa naik tangga kelas ekonomi dan sosial.

“Kebahagiaan (well-being) menjadi optimal dengan adanya rancangan kemitraan Gojek, yang memungkinkan mitra memiliki kebebasan terhadap target dan waktu kerja mereka,” ujar Bagus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya