Suara Knalpot Dikira Penembakan, Bikin Panik Pengunjung Times Square New York

Suara dentuman mirip suara tembakan, memicu ratusan orang melarikan diri dari Times Square di New York, Amerika Serikat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Agu 2019, 12:30 WIB
Layar televisi di New York Times Square menayangkan pertemuan bersejarah Donald Trump di Singapura. (AFP)

Liputan6.com, New York - Suara yang terdengar menakutkan dari sepeda motor membuat panik para pengguna jalan di Times Square, New York, Amerika Serikat. Mereka berlarian menyelamatkan diri.

Hal itu menunjukkan tingkat baru kecemasan setelah terjadi dua penembakan massal belum lama ini.

Itu adalah malam musim panas yang penuh sesak di Times Square, di mana turis tengah berjalan di bawah layar menyusuri Broadway, saat para pedagang menjajakan suvenir dan penonton duduk di teater ketika pertunjukan mendekati akhir.

Celia Keenan-Bolger, yang memerankan Scout Finch dalam "To Kill a Mockingbird" di Teater Shubert, tengah dalam kalimat terakhirnya saat insiden itu terjadi. Kemudian terdengar suara dentuman pada Selasa malam yang mirip suara tembakan, memicu ratusan orang melarikan diri ke jalan-jalan kecil, meringkuk di bawah etalase neon dan menggedor pintu untuk bantuan di luar teeater yang ramai, termasuk Shubert.

Menurut laporan New York Post, Kamis (8/8/2019), polisi dengan cepat mengatakan bahwa suara knalpot sepeda motor trail yang adalah sumber kebisingan. Tetapi pemandangan ketakutan dan kekacauan menunjukkan tingkat kecemasan nasional baru setelah penembakan massal di El Paso dan Dayton, Ohio, menewaskan 31 orang.

"Saya membayangkan, Anda tahu, era Baby Boomer, mereka tahu apa yang harus dilakukan ketika ada sirene bom. Dan orang-orang di California tahu untuk menyelamatkan diri tatkala ada gempa bumi,” kata Jamie Pillet, dari Long Island, yang jadi korban selama kekacauan terjadi. "Sekarang ada bahaya baru dan tanggapan yang mendarah daging: "Saya pikir kita semua, sebagai orang Amerika, tahu apa yang harus dilakukan."

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Anak hingga Nenek Jadi Korban Luka

Kemeriahan warga New York saat perayaan tahun baru di Times Square, New York, AS (1/1/2016). (AFP Photo / Kena Betancur)

Di Times Square pada hari Rabu pagi, Tania Lundh, dari Michigan, menggambarkan apa yang terjadi. "Ini bukan rasa takut yang meningkat, tetapi kenyataan," tuturnya.

Dalam keributan selama kengeerian pada Selasa malam itu, polisi mengatakan, setidaknya 12 orang terluka, mulai dari seorang bocah perempuan berusia 12 tahun hingga wanita 79 tahun. Satu orang patah pergelangan tangannya, yang lain di bagian tempurung lututnya.

Tetapi pada hari berikutnya, Kepala James R. Waters, yang memimpin Biro Kontraterorisme Departemen Kepolisian New York, mengatakan reaksi publik dapat dimengerti dan sama menakutkannya, bahkan layak.

"Bagi warga sipil yang tidak terlatih, itu adalah tembakan, dan dalam siklus berita 24 jam dan tragedi pnambakan Dayton dan El Paso, itu tidak salah," katanya. "Kami melatih publik, kami meminta publik, kami memohon kepada publik - lari, sembunyi, berkelahi. Mereka melakukan apa yang kami minta lakukan."

Berita tentang peristiwa baru-baru ini ada di depan pikiran orang-orang - dan khususnya di Times Square, secara harfiah di depan mata mereka. "Ada di layar. Itu ada di iPhone mereka. Ada di saku mereka. Anda tidak bisa menghindarinya," katanya.

Peringatan Palsu

Reaksi yang meningkat terhadap pringatan palsu di New York adalah salah satu dari beberapa yang terjadi di seluruh negeri sejak penembakan. Di Virginia, sebuah gedung USA Today dievakuasi pada hari Rabu setelah laporan yang keliru tentang seseorang dengan senjata.

Di Utah pada Selasa malam, suara plang penanda yang jatuh di pusat perbelanjaan membuat orang-orang berlarian mencari perlindungan dan bersembunyi di toko-toko. Sementara di sebuah pameran di Kota Yuba, California, pada hari Minggu, orang-orang saling dorong, berusaha melarikan diri setelah mendengar suara keras.

Berita seperti penembakan massal menciptakan lensa di mana orang meemicu penafsiran lingkungan mereka dan khususnya, suara keras, kata Jay Van Bavel, seorang profesor psikologi di New York University.

"Jika mereka mendengar tentang semua penembakan massal ini di ruang publik, mereka lebih cenderung menafsirkannya sebagai tembakan," katanya. "Begitu orang lain mulai menafsirkannya seperti itu, itu mempengaruhi penafsiran Anda. Tidak ada yang benar-benar melihat stimulus asli."


Aman...

Ilustrasi garis polisi. (Liputan6.com/Raden Trimutia Hatta)

Polisi dan wali kota mengatakan di Twitter bahwa tidak ada penembak aktif.

"Times Square aman, tetapi kepanikan dan ketakutan yang dirasakan orang-orang malam ini terlalu nyata," tulis Wali Kota Bill de Blasio. "Tidak seorang pun harus hidup dalam ketakutan terus-menerus akan kekerasan senjata."

Insiden ini bukan yang pertama sebagai kasus panik yang salah dan keresahan di Times Square atau tujuan ramai lainnya di kota itu. Pada bulan September, seseorang menginjak botol air kosong di Central Park memicu penyerbuan aparat di sebuah konser yang ramai. Tapi peristiwa terbaru ini terjadi saat orang-orang tengah dalam kecemasan akibat penembakan pada akhir pekan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya