Liputan6.com, Jakarta Terletak di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, pinggiran Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh sekitar 50-an kilometer dari kota Banda Aceh bertengger dengan garang Gua Ek Luntie. Gua ini menyimpan harta karun sejarah mengenai Tsunami Aceh ternyata kerap berulang.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo, Rabu pagi (7/8)2019) berkesempatan untuk mengunjungi gua tersebut. Mantan Danpaspamres ini masuk langsung ke dalam Gua Ek Luntie yang dalam bahasa di sana bermakna 'gua sarang kelelawar'.
Advertisement
Menurut pakar tsunami Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Aceh, Nazli Ismail, yang dipaparkan kepada Doni, gua dekat pantai di Meunasah Lhok itu menyimpan bukti tsunami-tsunami besar yang pernah melanda Aceh sejak 7400 tahun silam.
"Gua ini dikenal dengan nama Guha Ek Leuntie karena keberadaan lapisan guano di dalamnya. Hasil penelitian lapisan-lapisan tsunami di Guha Ek Leuntie menyimpulkan bahwa perulangan kejadian tsunami di Aceh tidak beraturan. Temuan keberadaan gua tsunami beserta dengan informasi penting yang tersimpan di dalamnya sangat unik, oleh karena itu perlu untuk dilestarikan," papar Ismail yang menemani Doni Monardo masuk ke dalam gua, Aceh Besar, Rabu (7/8/2019).
Ismail menambahkan bahwa kejadian-kejadian tsunami di Aceh senantiasa berulang dengan periode perulangannya sangat beragam. Ada tsunami yang berulang dalam 2000 tahun, tetapi ada juga yang berulang kejadiannya dalam rentang kurang dari seratus tahun. Oleh karena itu, kemungkinan perulangan kembali tsunami-tsunami dahsyat di Aceh sangat besar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Museum Alam
Penelitian yang terlibat dalam pengkajian terkait gempa Aceh sejak 2007 silam ini menjelaskan bahwa Gua Ek Leuntie dapat dijadikan sebagai museum alam untuk pembelajaran dalam upaya pengurangan risiko bencana. Juga sekaligus sebagai objek wisata kebencanaan.
"Penyelamatan Guha Ek Leuntie sebagai kawasan geopark sangat perlu disegerakan, mengingat kawasan ini rawan dengan pengerusakan untuk kepentingan penggalian batu alam," tambahnya.
Di saat yang sama, Doni pun menyambut baik hasil penelitian para pakar tsunami itu. Sejak menjabat Kepala BNPB 9 Januari 2019, Doni memberikan perhatian khusus pelibatan pakar dalam riset jejak sejarah kebencanaan di Indonesia.
"Peristiwa semacam gempa di Aceh 26 Desember 2004 adalah peristiwa yang berpotensi berulang, makanya perlu pemahamam, pengetahuan serta latihan bagi semua warga masyarakat sampai tingkat keluarga," kata Doni.
Tak kurang, pada Mei 2019 lalu Doni mengirim tim yang dikoordinasikan BNPB ke beberapa universitas di Belanda. Doni sendiri juga berkunjung ke National Arsip Belanda di Amsterdam dengan tujuan yang sama, melacak jejak sejarah kebencanaan Indonesia yang banyak terdokumentasi dengan baik di Belanda.
"Tahun depan ada tim khusus BNPB yang mungkin akan tinggal di Belanda sekitar satu tahun untuk mengumpulkan data data kebencanaan," ungkap mantan Danjen Kopassus ini.
Advertisement