Liputan6.com, Kashmir - Satu orang dikabarkan tewas dan 100 politikus diringkus otoritas India pada Rabu 7 Agustus 2019 di tengah ketegangan di wilayah Kashmir yang kontroversial. Ketegangan dipicu langkah pemerintah India baru-baru ini untuk mencabut undang-undang mengenai otonomi khusus terhadap wilayah Kashmir.
Pada Senin 5 Agustus 2019, pemerintah India yang dipimpin oleh Partai Bharatiya Janata (BJP) mencabut Pasal 370 yang menjamin status otonomi khusus Kashmir wilayah India.
Tetapi banyak warga Kashmir percaya bahwa BJP pada akhirnya ingin mengubah karakter demografis wilayah mayoritas Muslim itu demi membuka pintu bagi warga mayoritas Hindu.
Baca Juga
Advertisement
Setelah pencabutan Pasal 370 dari undang-undang yang dimaksud, New Delhi dilaporkan menerapkan pembatasan akses komunikasi dan ruang gerak bagi masyarakat di sana.
Militer India dilaporkan telah menginjakkan kaki di negara bagian tersebut --yang secara resmi bernama Jammu dan Kashmir. Mereka memberlakukan jam malam dan menutup potensi pergolakan massa.
Antisipasi meredam potensi demonstrasi dilakukan dengan menangkap sejumlah politikus anti-New Delhi di Kashmir.
"Lebih dari 100 pemimpin politik dan aktivis telah ditangkap di Lembah Kashmir sejauh ini," kata seorang pejabat senior pemerintahan Jammu dan Kashmir seperti dikutip dari News18, Kamis (8/8/2019).
Namun, dia tidak memberikan perincian dari mereka yang ditangkap. Tetapi, beberapa diketahui sebagai politikus atau aktivis berpengaruh.
Mantan kepala menteri Jammu dan Kashmir Mehbooba Mufti dan Omar Abdullah, yang berada di bawah tahanan rumah sejak Minggu malam, ditahan pada Senin malam karena dianggap ancaman terhadap situasi hukum dan ketertiban di negara bagian itu. Pemimpin Konferensi Rakyat Jammu dan Kashmir Sajjad Lone dan Imran Ansari juga ditangkap.
Para pemimpin yang ditangkap ditempatkan di Hari Niwas, beberapa meter dari tempat tinggal Gupkar mereka, kata para pejabat. Perintah penangkapan mereka dikeluarkan oleh hakim terkait karena kegiatan mereka untuk mengganggu perdamaian dan ketenangan di lembah Kashmir, mereka menambahkan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Satu Orang Diduga Tewas dalam Krisis Kashmir India
Sementara itu, polisi mengatakan seorang pengunjuk rasa meninggal setelah dikejar oleh polisi saat jam malam di Srinagar. Mereka menambahkan bahwa protes sporadis telah dilaporkan di Srinagar.
Seorang pejabat polisi, yang tidak bersedia namanya disebutkan, mengatakan dalam satu insiden seorang pemuda yang dikejar oleh polisi "melompat ke Sungai Jhelum dan meninggal".
Sebuah sumber mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa setidaknya enam orang telah dirawat di rumah sakit di Srinagar dengan luka tembakan dan cedera lainnya akibat protes.
Potensi Perlawanan Warga Lokal
Rashid Alvi, yang mengelola sebuah toko obat di Srinagar, Kashmir mengatakan bahwa kehadiran militer India telah mengubah kawasan itu menjadi "penjara terbuka".
Seperti dikutip dari BBC, Rabu (7/8/2019), Alvi mengatakan bahwa "Orang-orang tidak bisa keluar dari rumah mereka karena jam malam" yang diterapkan oleh militer.
Namun, Alvi mengatakan bahwa setelah jam malam diangkat, warga "akan turun ke jalan" untuk memprotes langkah terbaru India.
Sentimen itu juga digaungkan oleh politikus muslim anonim dari partai yang memerintah India saat ini, Bharatiya Janata (BJP).
"Orang-orang Kashmir dalam keadaan terkejut dan mereka masih memproses apa yang terjadi. Tampaknya lembah itu akan segera meletus," katanya.
Ada beberapa laporan sporadis di Kashmir tentang pemrotes yang melemparkan batu ke pasukan keamanan tetapi belum ada konfirmasi resmi atas insiden tersebut hingga saat ini.
Advertisement