10 Tahap Mengajari Anak Autis

Tahapan berikut membantu anak autis jadi lebih bisa belajar dengan baik.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Agu 2019, 09:00 WIB
Anak Autis (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Masih banyak orang yang belum memahami cara melatih dan mengajari anak autis. Namun, bagi Anda orangtua dengan anak autis Direktur The Autism Initiative di Mercyhurst University, Profesor Bradley McGarry memberi trik.

Dalam seminar seputar autisme yang digelar Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih (YPP) bersama MPATI pada Rabu (7/8/2019) di Jakarta, Bradley memberikan beberapa tahap singkat yang dapat diterapkan untuk mengajar di hadapan anak autis.

 1. Buatlah suasana yang kondusif

Membuat suasana belajar mereka menjadi nyaman dan menyenangkan. Misalnya dengan menggabungkan alat-alat terapi mereka dengan peralatan rumah. Hal itu dapat membuat mereka menjadi terbiasa dengan alat tersebut.

Anda juga bisa menambahkan stiker atau permen di meja tersebut untuk membuat anak lebih semangat untuk menyelesaikan tugasnya.

 

2. Atur waktu belajar yang baik

Berikan rutinitas yang harus anak lakukan secara terus menerus. Beri tahu anak apa-apa saja yang akan dilakukan selama hari itu. Cara ini dapat membuat melatih mereka memiliki tanggung jawab pada jam tertentu.

 “Kita bisa mengajak mereka mengikuti waktu yang kita buat. Bukan kita yang mengikuti waktu mereka,” ucap Brad.

 

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


3. Carilah cara berbicara yang efektif

Direktur The Autism Initiative at Mercyhurst University, Prof Bradley McGarry saat Seminar Penanganan Autisme yang diselenggarakan Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih, Rabu (7/8/2019). Seminar bertema Kunci Agar Murid Autis Sukses di Sekolah Menengah dan Universitas. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ajari mereka untuk menjawab sesuatu menggunakan gestur. Berikan juga mereka pertanyaan terbuka agar dia terbiasa untuk menjelaskan.

4. Learn from The Learner

Anda juga perlu untuk memperhatikan mereka dapat memahami kemampuannya. Terdapat beberapa jenis cara belajar seseorang seperti ada lebih senang dengan visual, verbal, logika, atau musik. 

Jika Anda sudah mengetahuinya, maka Anda bisa menggunakan cara belajar yang efektif sesuai dengan apa yang mereka sukai.

 5. Terima ketidakmampuan mereka tetapi jangan biarkan itu mendefinisikan mereka

Menerima ketidakmampuan mereka bukan berarti membiarkan hal tersebut menjadi penghalang bagi Anda untuk mendidik mereka. Jangan gunakan itu sebagai kekurangan dari sang anak, tetapi gunakan sebagai kelebihan

 

 


6. Adaptasi proses belajarnya, bukan kurikulumnya

Ilustrasi/copyright unsplash.com/karl Fredrickson

Jangan mengadaptasi kurikulum yang ada tetapi adaptasi proses belajarnya. Jangan turunkan standar yang ada, karena dia tidak akan mampu mencapai target jika standar yang dibuat diturunkan terus menerus.

 7. Pisahkan menjadi ke dalam beberapa tahap

Buat hal-hal yang harus mereka pelajari menjadi beberapa tahap. Jadi, akan lebih mudah untuk mereka mengikutinya. Anda juga bisa membuat tanda visual di beberapa titik agar mereka dapat lebih mengerti. Misalnya dengan menempelkan gambar cara mencuci piring di tempat cuci piring.

 8. Ulang secara terus menerus

Mengulang segala hal yang telah dipelajari selama berkali-kali. Jadi, sang anak tidak melihat tugas-tugasnya sebagai tugas melainkan sebagai rutinitas. Jangan lupa juga untuk memberikan mereka hadiah jika mereka berhasil menyelesaikannya.

 

 


9. Berikan tugas dan tanggung jawab

Pendiri MPATI, Gayatri Pamoedji (kedua kiri) menerima cenderamata usai seminar Penanganan Autisme yang diselenggarakan Yayasan Pundi Amal Peduli Kasih, Jakarta, Rabu (7/8/2019). Seminar bertema Kunci Agar Murid Autis Sukses di Sekolah Menengah dan Universitas. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Jangan ragu untuk memberikan mereka tugas dan tanggung jawab. Setelah berlatih untuk mengerjakan ini itu, berikan mereka tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Mulai dari hal paling sederhana. Membuang sampah pada tempat sampah, misalnya.

 

10. Modifikasi perilaku mereka

Ketika sang anak melakukan sesuatu yang buruk dan Anda mengizinkannya, mereka akan berpikir bahwa itu cara yang tepat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan membuka peluang mereka untuk melakukannya kembali. Misalnya, berteriak untuk mendapatkan mainan.

“Terkadang kita terlalu fokus terhadap sesuatu dan melupakan apa alasan di balik mereka melakukannya,” tutup Brad. 

 

Penulis: Diviya Agatha

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya