Ini Perjalanan Pendanaan untuk Menjadi Perusahaan Fintech Indonesia Terdepan di Asia

Sebagai perusahaan fintech, Pendanaan telah melayani lebih dari 430 ribu pelanggan dan menyalurkan 2,13 Triliun rupiah sejak tahun 2017.

oleh Reza pada 09 Agu 2019, 00:00 WIB
(Foto: Kiri – Kanan : Roy Lio, CFO (Chief Financial Officer) Pendanaan, Hendrikus Passagi, Direktur DP3F – OJK, Luhur Budijarso, Komisaris Utama Pendanaan dan Dino Martin, Co-Founder dan CEO saat meresmikan kantor baru Pendanaan di kawasan BSD).

Liputan6.com, Jakarta Fintech atau biasa disebut financial technology (teknologi finansial) menjadi salah satu tren dalam terobosan teknologi di Indonesia saat ini. Fintech digadang-gadang bakal menjadi solusi ekonomi terbaik, karena merupakan perpaduan antara teknologi dengan fitur jasa keuangan.

Kini, layanan ini memiliki potensi untuk berkembang dengan cepat di negara yang memiliki tingkat inklusi keuangan yang rendah. Salah satunya PT. Pendanaan Teknologi Nusa.

Melalui aplikasi KTA Kilat, perusahaan Fintech itu telah melayani lebih dari 430 ribu pelanggan dan menyalurkan 2,13 Triliun rupiah sejak beroperasi pada awal 2017 di Indonesia. Sebagai salah satu pionir layanan Fintech Pinjam Meminjam, kini Pendanaan berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar lain di Asia.

Chief Financial Officer Pendanaan, Roy Liu mengatakan target market Pendanaan adalah pasar yang memiliki inklusi keuangan yang rendah di Asia, seperti Vietnam, Philipines dan India.

Roy Liu, CFO Pendanaan.com

“Potensi pasar juga tentunya dilihat dari jumlah populasi. Misalnya, Laos adalah negara yang juga memiliki inklusi keuangan yang rendah. Namun total populasinya hanya 7 juta penduduk. Tentunya menjadi pertimbangan bagi ekspansi pasar kami,” ujar Roy Liu pada saat grand opening kantor Pendanaan di kawasan Bumi Serpong Damai.

Sementara itu, Co Founder dan CEO dari Pendanaan, Dino Martin mengatakan selain mengembangkan pasar Asia, di Indonesia pendanaan juga akan terus mengembangkan produk layanannya untuk bisa menjangkau segmen produktif mikro.

“Mungkin skalanya lebih kecil dari Mikro. Segmen Piko mungkin sebutannya ya? Karena kami ingin menjangkau segmen warung dan online seller.  Ini bukan hal yang mudah karena banyak data yang harus kami olah dan analisa agar Risk Engine kami tetap memiliki performa yang baik,“ imbuh Dino Martin.  

Ia melanjutkan, khusus untuk warung, Fintech itu akan mengolah data internal karena setelah dianalisa.

“Banyak pelanggan kami yang menggunakan pinjaman mereka untuk operasional warung. Sementara untuk online seller, kami harus bekerja sama dengan online market place,” tambah Dino lagi.  

Menanggapi tantangan ekspansi pasar di Asia, Dino menjelaskan bahwa untuk bisa sukses di pasar lain di Asia, pemilihan partner lokal menjadi salah satu kunci keberhasilan. “Partner lokal yang memiliki jejaring yang kuat dengan regulator dan sanggup memberikan market insight yang akurat,” kata Dino.

“Ke depannya, Pendanaan akan lebih fokus ke Tech-nya. Bukan ke Fin-nya.  Kami ini perusahaan teknologi. Dan kami ingin menjadi partner teknologi bagi perusahaan keuangan. Kami dengan senang hati menawarkan risk engine dan credit scoring kepada potensial partner Bank dan institusi keuangan di Asia,” tutup Dino.

Indonesia telah menjadi langkah awal bagi Pendanaan untuk menjadi perusahaan Fintech terdepan di Asia.

Pada peresmian kantor baru Pendanaan, Kamis (8/8/2019) diresmikan oleh Direktur DP3F (Direktorat Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Financial) Otoritas Jasa Keuangan, Hendrikus Passagi.  

Pada saat peresmian ini, Hendrikus Passagi berharap agar Pendanaan dapat terus melakukan Good Corporate Governance di Indonesia dan juga di pasar lainnya.

Informasi lebih lanjut tentang pendanaan dan produk layanan fintech mereka, dapat dilihat pada www.pendanaan.com

 

 

(Adv)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya