Kerja Bakti Massal di Surabaya Hasilkan 23,5 Ton Sampah

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menuturkan, dari sampah yang dihasilkan dari aksi bersih-bersih, paling banyak ditemukan botol plastik.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 09 Agu 2019, 15:10 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memimpin kerja bakti massal memperingati Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia, Jumat (9/8/2019).

Kerja bakti massal yang melibatkan sekitar 6.000 peserta itu dimulai pukul 06.00 WIB di pesisir utara Surabaya, membentang dari kaki jembatan Suramadu ke sisi timur.

Kerja bakti itu dibagi menjadi delapan zona dan Risma ikut kerja bakti di kaki jembatan Suramadu. Bersih-bersih sampah itu ditimbang dan menghasilkan sebanyak 23,5 ton sampah.

Selain bersih-bersih sampah, saat itu juga dilakukan penanaman pohon cemara udang sebanyak 500 pohon yang tersebar di masing-masing zona.

Peserta yang berpartisipasi dalam kerja bakti massal ini terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Surabaya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri, Kader Lingkungan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), LSM dan pelajar SD, SMP se-Surabaya.

Saat itu, Risma tak segan-segan membaur bersama para peserta yang ikut kerja bakti massal. Bahkan, sesekali ia memberi semangat kepada peserta itu. "Ayo semangat awas boyok e balung tuwo (Ayo semangat, hati-hati pinggangnya yang sudah tulang tua),” kata dia kepada para peserta.

Usai kerja bakti massal, Risma mengapresiasi kepada  semua pihak yang ikut dalam kerja bakti massal itu. Dia menuturkan, sampah yang paling banyak terkumpul ialah sampah berjenis plastik dan botol.

"Terima kasih banyak kepada semua peserta atas (kerja baktinya) hari ini. Kita berhasil mengumpulkan sampah dengan total keseluruhan 15 truk dari delapan zona. Kita juga selesai melakukan penanaman pohon cemara udang," tutur dia.

Presiden UCLG Aspac ini juga menjelaskan tujuan dari penanaman pohon cemara udang ini untuk melindungi kota dari bencana dan juga sebagai antisipasi dari global warming. Ia pun sangat percaya bahwa pohon ini akan sangat membantu Surabaya kelak.

"Saya percaya dari penanaman pohon ini suatu saat akan melindungi Surabaya dari berbagai bencana dan musibah,” paparnya.

Selain itu, pohon cemara udang ini dinilai tahan terhadap hempasan ombak dan hembasan angin. Oleh karena itu, ia berharap tidak perlu lagi mengeluh atau pun menyalahkan global warming.

"Saya pikir kita tidak usah mengeluhkan global warming, tapi kita harus tangani. Ini juga komitmen penataan kawasan wisata, karena saat ini wisata alam  sudah dicari oleh masyarakat,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


8 Zona

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, dari delapan zona tersebut sampah yang paling banyak terkumpul dari zona satu, dua dan tiga dengan jumlah empat truk. Tiga zona tersebut dimulai dari wilayah Mangrove Tambak wedi – Jembatan Suramadu sisi barat dan timur. “Total yang terkumpul 23,5 ton terdiri dari 15 truk, 14 dump truk dan satu compactor,” kata dia.

Dia juga memastikan, selalu rutin melakukan pembersihan setiap dua hari sekali. Selama ini, yang paling banyak ditemukan adalah sampah botol plastik. "Makanya, kita juga selalu mengaktifkan aparat-aparat wilayah setempat untuk turut menjaga kebersihan wilayah pantai ini," ujar Hebi sapaan akrabnya.

Tidak hanya kebersihan, penanaman pohon cemara udang juga penting diperhatikan. Ia juga menuturkan, pohon cemara udang ini memiliki fase pertumbuhan cukup lama. Tapi setelah tumbuh, pohon ini akan mampu bertahan hidup puluhan tahun. "Ini bisa tahan hidup apapun kondisinya, termasuk air asin, itu tidak masalah,” pungkasnya. 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya