Liputan6.com, Gorontalo - Nama Terminal 42 bagi orang Gorontalo mungkin sudah tidak asing lagi. Terminal yang sudah ada jauh sebelum Provinsi Gorontalo terbentuk ini masih menjadi tempat mangkal favorit bagi wanita Pekerja Seks Komersial (PSK).
Terminal yang berlokasi di Kelurahan Tapa, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo ini seakan tidak pernah redup di malam hari. Padahal di siang hari, aktivitas terminal ini sama seperti terminal pada umumnya.
Saat matahari tenggelam, lokasi terminal yang remang-remang terlihat mulai ramai. Bukan ramai dengan aktivitas mobil penumpang, akan tetapi aktivitas para wanita penghibur yang mulai berdatangan. Mereka secara terang-terangan menjajakan diri.
Bahkan saat sedang tidak ada 'tamu', para PSK ini tidak segan-segan menyapa dan menawarkan langsung ke orang-orang yang ada di terminal. Uniknya, seluruh PSK ditempat tersebut bukan dari kalangan wanita remaja, akan tetapi tempat ini hanya ditempati oleh PSK yang kesemuanya sudah usia lanjut. Bahkan sudah ada yang berumur 40 hingga 50 tahun.
Baca Juga
Advertisement
Wanita paruh baya penghuni terminal ini pun punya alasan bermacam-macam. Ada yang beralasan mencari kebutuhan anak-anaknya sekolah, hingga ada yang beralasan bahwa hal ini memang sudah dilakoni selama bertahun-tahun yang menurut mereka sudah menjadi mata pencaharian. Mirinya lagi hal tersebut diketahiu oleh suaminya.
"Tidak usah takut pak, kami sudah lama di sini jadi aman untuk berkencan," kata salah satu PSK yang tidak mau namanya disebut.
Dirinya juga mengaku, saat sedang banyak tamu sekali kencan Rp 150 ribu, sedangkan saat sepi tarifnya bisa hanya Rp50 ribu.
"Kebanyakan kami disini adalah ibu rumah tangga yang dari kampung, siang aktivitas kami bekerja di rumah-rumah makan, malamnya kami bekerja seperti ini. Suami kami tahu, tapi mau apa lagi, ini kan peroalan bertahan hidup," lanjut wanita paruh baya itu.
Terkait persoalan itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Gorontalo Abubakar Luwiti saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (9/8/2019) mengatakan, tempat tersebut sudah menjadi target razia setiap ada agenda razia.
"Iya, memang di situ sering kali kami razia, namun tetap saja mereka tidak pernah kapok, setelah dilakukan razia mereka pasti kembali ke situ," katanya.
Luwiti mengaku kewalahan menangani penyakit masyarakat di Terminal 42 Gorontalo. Meski demikian pihaknya tidak akan pernah lelah untuk terus melakukan razia hingga terminal tersebut bersih dari aktivitas prostitusi.