Liputan6.com, Jakarta - Selama jemaah haji melangsungkan ibadahnya di Tanah Suci, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyediakan fasilitas kesehatan berupa ambulans.
Ambulans ini menjadi salah satu komponen yang tidak kalah pentingnya guna proses tanazul dan visitasi dokter jemaah haji. Kemenkes menyediakan 29 ambulans yang tersebar untuk tiga daerah kerja, yaitu Makkah, Madinah, dan Bandara.
Advertisement
Di Makkah sendiri terdapat 16 ambulans. Empat di antaranya berukuran besar dengan merk GMC Savana dan 10 berukuran sedang, Hyundai H1.
Dua ambulans lainnya berukuran kecil bermerk Suzuki APV. Ambulans produksi GMC dan Suzuki statusnya adalah barang milik negara yang dibeli melalui anggaran Kemenkes, sedangkan sisanya berstatus sewa.
"Ini merupakan komitmen nyata Kemenkes dalam mendukung penyelenggaraan haji. Berusaha memberikan yang terbaik. Semua dana operasionalnya pun berasal dari APBN murni Kemenkes," ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI Dr dr Eka Jusup Singka, Msc, melalui keterangan tertulis Kemenkes, Jumat (9/8/2019).
Menurutnya, seluruh ambulans yang melayani jemaah haji Indonesia harus memenuhi standar Arab Saudi. Standar berlaku pada aspek fasilitas atau prasarana untuk mendukung pelayanan optimal, mulai dari peralatan yang digunakan, perbekalan pendukung dan sumber daya manusianya.
"Saat ini semua ambulans milik Indonesia telah memenuhi kriteria standar yang ditentukan dan sudah mendapatkan sertifikat Hilal Akmar dari Otoritas Bulan Sabit Merah Arab Saudi (SRCA)," kata Eka.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penempatan Ambulans Selama Haji
Sementara itu, Penanggung Jawab Ambulans dr Janni Matsalim, SpOk, MKK mengatakan, penempatan dan pemanfaatan ambulans berdasarkan kapasitas dan kebutuhannya. Pada Klinik Kesehatan haji Indonesia (KHHI) Makkah, kata dia, tersedia tiga ambulans besar dan dua ambulans kecil.
"Ambulans besar digunakan untuk melakukan rujukan pasien dengan status emergensi dari KKHI menuju beberapa rumah sakit yang ada di Arab Saudi, khususnya wilayah Makkah. Sementara ambulans kecil ditujukan untuk operasional tim visitasi KKHI untuk mengunjungi jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat di sejumlah RS Arab Saudi. Sedangkan 11 ambulans lainnya tersebar di sektor 1 hingga sektor 11 Daker Makkah," papar Janni.
Ia menambahkan, masing-masing ambulans besar disediakan dua pengemudi yang siaga 24 jam dengan rotasi masing-masing 12 jam dan mereka juga selalu didukung 24 jam oleh Tim Gerak Cepat (TGC) di masing-masing sektor dalam setiap pergerakan.
"Setiap ambulan ada proses rujukan dari sektor atau KHHI ke RS Arab saudi, pasien akan didampingi oleh dokter/perawat dan tenaga pendukung kesehatan. Tenaga kesehatan ini berasal dari petugas Kesehatan Haji Indonesia, yaitu Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI)," kata dia.
Menurut Janni, selain sebagai kendaraan rujukan ke rumah sakit, bisa juga sebagai ambulans pendukung bagi sektor yang sewaktu-waktu membutuhkan ambulans. Apabila unit (ambulan sektor) sedang menuju ke rumah sakit tertentu atau unitnya sedang bermasalah atau apapun, prinsipnya sebagi backup.
"Fleksibilitas ambulans juga berlaku di tiap sektor. Sehingga selain untuk melayani sektornya, ambulans di sektor selalu siap sedia digunakan di sektor yang berdekatan. Kalaupun semua sektor yang berdekatan tengah digunakan, maka ambulans KKHI siap dikirimkan ke sektor terkait," tuturnya.
Janni berharap tidak ada sektor yang kekurangan atau mengalami kekosongan ambulans mana kala dibutuhkan.
"Alhamdulillah masih bisa tertangani untuk pelayanan terhadap 231 ribu jemaah haji kita," pungkas Janni.
(Desti Gusrina)
Advertisement