Liputan6.com, Jakarta Perundungan atau bullying merupakan tindakan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Tak hanya dalam bentuk kekerasan verbal, perundungan kerap terjadi dalam bentuk fisik yang banyak terjadi berulang kali dari waktu ke waktu.
Baca Juga
Advertisement
Di Indonesia sendiri kasus perundungan masih sangat tinggi, terlebih bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Hal ini lantas memicu kepedulian Program Studi D III Manajemen Pemasaran bagi Warga Negara Berkebutuhan Khusus Politeknik Negeri Jakarta (Prodi D3 MP-WNBK PNJ) untuk memberikan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan empati.
Empati sendiri merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
"Empati adalah salah satu sisi kemanusiaan yang penting untuk dirawat agar selalu tumbuh krn itu yg membedakan manusia dgn robot." Tika Dwi Aryanti, salah satu staff pengajar di prodi MP-WNBK PNJ.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pelatihan empati pada remaja
Pada kesempatan kali ini, tepatnya Kamis dan Jumat (25-26/7) pelatihan empati dilakukan oleh Prodi D3 MP-WNBK PNJ kepada kelompok usia remaja yang merupakan siswa dan siswi di Yayasan Pendidikan Islam Al-Muhajirin.
Melalui pelatihan tersebut peserta diberikan dua materi yaitu pemaparan mengenai anti-bullying dan empati. Hal ini bertujuan agar mereka lebih memahami bullying baik secara pengertian, jenis, tokoh yang berperan, serta melakukan pencegahannya melalui keterampilan empati.
“Dengan kegiatan ini, remaja diharapkan dapat meningkatkan keterampilan empatinya terutama terhadap siswa yang berkebutuhan khusus agar mereka dapat lebih aktif dalam kegiatan akademik dan sosial,” ujar staf pengajar lain, Iftita Rahmi.
Tujuan pelatihan ini juga untuk mewujudkan masyarakat inklusif, dalam arti seluruh orang dapat terlibat dan berpartisipasi secara efektif untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memulainya sejak dini dengan melibatkan kelompok usia remaja dinilai potensial untuk menjadi agen dalam menciptakan masyarakat yang inklusif di masa depan.
"Pengabdian yang memberi pencerahan/solusi permasalahan masyarakat itu sangat perlu. Solusi permasalahan psikologi sangat diperlukan untuk kesuksesan pembelajaran," tutup Dr. Drs. Nur Hasyim, M. Si., M. Hum. Ketua Program Studi D3 MP-WNBK PNJ.
**Informasi lebih lanjut: Program Studi D III Manajemen Pemasaran bagi Warga Negara Berkebutuhan Khusus Politeknik Negeri Jakarta.
Advertisement