Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, transformasi ekonomi diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berdaya saing, dan berkualitas.
Dia menyampaikan, bentuk transformasi ekonomi yang digagas pemerintah saat ini bertumpu pada beberapa hal, seperti pembangunan infrastruktur, penggunaan teknologi, pengelolaan usaha masyarakat, hingga mendorong kegiatan ekspor.
"Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah mengurangi ketergantungan terhadap modal asing jangka pendek. Untuk itu, penting mengefektifkan inklusi keuangan dan investasi untuk meningkatkan ekspor," ujar dia dalam sebuah pernyataan tertulis, Sabtu (10/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita memaparkan mengenai strategi mendorong ekspor menuju Indonesia maju. Dia menerangkan, di tengah tantangan eksternal maupun internal yang ada, satu hal yang diperlukan adalah refocus produk ekspor dari produk primer ke produk industri atau olahan, serta diversifikasi produk ekspor.
Enggar pun mencatat, strategi lainnya yakni dengan mengelola impor dengan baik, menggiatkan ekspor jasa, dan memperluas ekspor ke pasar-pasar non-tradisional.
"Tak hanya itu, peningkatan promosi melalui trade expo, business forum, dan business Matching Indonesia juga menjadi strategi ekspor yang tak kalah penting. Kita juga tentunya perlu terus membangun iklim perdagangan yang kondusif," ungkap dia.
Dunia usaha pun turut memberikan pemikiran dalam upaya peningkatan daya saing ekspor. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menjelaskan, fokus dunia usaha saat ini adalah pada persoalan SDM, infrastruktur, investasi dan reformasi birokrasi-regulasi, serta efektivitas kebijakan fiskal.
"Keempat persoalan tersebut adalah persoalan serius bagi kami. Kemudian, salah satu harapan kami dari dunia usaha adalah kita bisa duduk kembali untuk membahas implementasi paket kebijakan ekonomi, khususnya untuk kebijakan yang belum terealisasi," pungkas Hariyadi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekspor Produk Pertanian Meningkat 500 Persen
Program strategis jangka panjang, yaitu Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) merupakan salah satu program transmigrasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Program ini dilakukan dengan menyerahkan berbagai bantuan pertanian seperti benih, bibit serta perluasan lahan.
Program itu pun siap disukseskan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Menteri Amran mengatakan, konsep membangun desa, artinya adalah membangun Indonesia.
"Intinya sama, kami ingin meningkatkan kesejahteraan petani-petani yang ada di daerah transmigrasi," kata Mentan saat menghadiri Rapat Koordinasi Transmigrasi yang diselenggarakan Kemendes PDTT di hotel Sultan, Jakarta pada Kamis (1/8).
Rapat yang dibuka oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla bertujuan untuk merevitalisasi pembangunan kawasan ekonomi 4.0 sebagai upaya mensejahterakan rakyat. Hadir Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo, Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono dan jajaran Eselon I lingkup Kemendes PDTT serta kepala dinas yang membidangi transmigrasi.
Amran menuturkan kerja sama Kementan dengan Kemendes PDTT dalam pembangunan pertanian dan peningkatan kesejahteraan petani sudah berjalan sejak lama, tepatnya sejak empat setengah tahun lalu. Alhasil, kerja sama antar dua kementerian ini meningkatkan produksi, menurunkan inflasi dan menaikan kesejahteraan petani.
"Kemendes dan Kementan sudah lama membangun sinergi. Sejak awal kami sudah melakukan pendekatan dengan banyak program yang sudah dicanangkan. Termasuk membangun embung, kemudian meningkatkan produktivitas dan menyiapkan bibit unggul," tuturnya.
Kerja sama lain yang juga cukup membanggakan, sambung Amran, yakni meningkatnya ekspor pertanian berikut produk pertaniannya hingga 500 persen. Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi di sepanjang sejarah Republik Indonesia.
"Alhamdulillah ekspor kita tertinggi dalam sejarah, ini adalah prestasi dari semua arahan yang diberikan Presiden Jokowi-JK selama empat setengah tahun," katanya.
Di tempat yang sama, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla menekankan pentingnya konsep pemerataan ekonomi melalui program transmigrasi yang sesuai dengan perubahan zaman. Di sisi lain, transmigrasi juga mencakup aspek transfer keterampilan.
"Konsep mentransfer keterampilan ini diharapakan menjadi kunci keberhasilan konsep transmigrasi. Kami tahu bahwa di banyak daerah penerapan saling tukar keterampilan ini membuat ekonominya semakin bagus," terangnya.
Oleh karena itu, Wapres menegaskan transmigrasi pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bagi mereka yang datang.
"Karena itu acara ini harus betul-betul jadi tujuan kita dalam meningkatkan kesejahteraan," tegasnya.
Sementara itu, Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo menekankan pentingnya infrastruktur yang baik guna menunjang daerah-daerah transmigrasi yang perlu mendapat perhatian. Langkah ini juga sekaligus untuk menyumbang pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) secara nasional.
"Jadi daerah-daerah yang masih terekspos dengan high cost economy akan naik tingkat konsumsinya menjadi lebih baik lagi. Nah dalam hal ini, kami banyak dibantu oleh Kementerian lain dalam pengembangan kawasan kawasan transmigrasi tersebut, termasuk dari kementerian pertanian," katanya.
Eko menambahkan, ada 42 kawasan yang menjadi target pembangunan berkala sampai akhir tahun. Dari 42 kawasan itu tersebar di seluruh daerah di Indonesia.
"Kami sedang menyiapkan lahan bersama pemerintah daerah baik yang telah mengirim atau daerah yang menerima seperti dari Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan. Upaya ini dialkukan untuk mencegah adanya kesenjangan," jelasnya.
Advertisement
Ekspor Pertanian Indonesia Meningkat Selama Empat Tahun
Angka ekspor produk pertanian Indonesia pada 2013 tercatat hanya sekitar 33,5 juta ton. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah ekspor tersebut melonjak menjadi 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton.
Lalu pada 2017 dan 2018 catatan ekspor produk pertanian kembali meningkat menjadi 41,3 juta ton dan 42,5 juta ton. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa mengatakan, peningkatan ini tak lepas dari berbagai program dan kebijakan terobosan yang tepat dalam mengimplementasi semua instruksi Presiden Jokowi.
"Kita patut berbangga karena ditengah lesunya ekspor Indonesia, perjalanan ekspor menunjukkan kinerja yang sangat bagus," kata Kariyasa, Senin (29/7).
Kariyasa mengatakan, jika dibandingkan pada 2013, jumlah ekspor produk pertanian di 2018 mencapai sekitar 9 juta ton atau 26,9 persen. Kata dia, selama periode tersebut, total volume ekspor mencapai 195,7 juta ton, ditambah akumulasi tambahan volume ekspor sekitar 28,3 juta ton.
"Akumulasi tambahan ini sekitar 84,5 persen dari jumlah ekspor produk pertanian tahun 2013 yang sebesar 33,5 juta ton," katanya.
Sementara itu, nilai ekspor produk pertanian Indonesia pada 2013 mencapai sebesar Rp320,9 triliun. Angka tersebut jika mengacu pada 2014 dan 2016 jumlahnya terus meningkat menjadi Rp368,4 triliun dan Rp375,5 triliun.
Nilai positif ini berlanjut pada 2017 dan 2018, dimana angkanya masing-masing Rp442,3 Triliun dan Rp415,9 Triliun.
"Jadi selama 2014-2018, total nilai ekspor produk pertanian kita mencapai Rp1.957,5 tirliun, dengan akumulasi tambahan mencapai Rp352,58 triliun. Akumulasi tersebut angkanya juga sangat bagus, yakni mencapai 109,8 persen dari nilai ekspor tahun 2013 yang hanya sebesar Rp320,9 triliun," katanya.
Adapun pada komposisi ekspor produk pertanian Indonesia saat ini masih didominasi oleh komoditas perkebunan, yang mencapai 91,4 persen dari total nilai ekspor produk pertanin Indonesia. Dengan demikian, kinerja ekspor produk pertanian Indonesia sangat ditentukan oleh kinerja produksi perkebunan saat ini.
"Makanya kami sedang meningkatkan peran penting dan strategis sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional dengan menyiapkan program terobosan seperti Bun500 yang di-launching oleh Bapak Mentan," katanya.
Program Bun500 sendiri adalah program penyediaan 500 juta batang benih unggul perkebunan untuk petani di seluruh Indonesia. Bantuan ini diharapkan mampu mengembalikan kejayaan rempah dan perkebunan Indonesia yang dulu pernah dicapai.
"Kami berharap melalui program ini terjadi peningkatan produktivitas perkebunan 2-3 kali dari yang sekarang. Program ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, perbaikan neraca perdagangan dan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Kariyasa menambahkan, kebijakan dan program lainya adalah memacu ekspor produk pertanian dengan mempermudah proses eskpor, perbaikan sistem layanan karantina, membangun kawasan pertanian berbasis keunggulan komparatif dan budaya, peningkatan efisiensi biaya produksi dan daya saing melalui modernisasi pertanian.
"Terakhir kami juga tetus melakukan diplomasi untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan pasar ekspor ke negara-negara baru di belahan dunia," jelasnya.