Begini Pengakuan Anak Magang yang Dipaksa Lembur di Pabrik Foxconn

Seorang anak magang menyebut, sang guru awalnya mengatakan ia hanya akan 8 jam sehari selama 5 hari kerja. Namun, kenyataannya ia bekerja 10 jam sehari (termasuk lembur 2 jam) selama 6 hari seminggu.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 11 Agu 2019, 12:00 WIB
Pabrik Foxconn di Shenzen. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Jakarta - Foxconn lagi-lagi kedapatan memaksa siswa sekolah yang sedang magang di pabrik untuk bekerja lembur, membuat speaker pintar Amazon.

Menurut dokumen yang dibocorkan oleh China Labor Watch, ada sekitar 1.000 anak magang berusia 16 hingga 18 tahun yang bekerja di pabrik Foxconn di kota Hengyang, Tiongkok.

Mereka mengaku dipaksa bekerja lembur untuk membuat speaker pintar. Salah satunya adalah Xiao Fang yang berusia 17 tahun. Mengutip The Guardian, Minggu (11/8/2019), Fang mengaku telah bekerja di pabrik untuk membuat Amazon Echo sejak bulan lalu.

Fang yang belajar ilmu komputer ditugaskan untuk memasangi lapisan pelindung ke 3.000 Echo Dot tiap harinya.

Ia menyebut, sang guru awalnya mengatakan Fang hanya akan bekerja 8 jam sehari selama 5 hari. Namun, kenyataannya ia bekerja 10 jam sehari (termasuk lembur 2 jam) selama 6 hari seminggu.

Parahnya menurut Fang, lampu di pabrik begitu terang sehingga membuat para anak magang kepanasan. Awalnya, dia mengaku kesulitan, namun kini mulai terbiasa meskipun tak dimungkiri sangat melelahkan.

Fang sudah mencoba bicara ke manajer agar dirinya tidak perlu lembur. Namun sang manajer mengadu ke guru. Guru Fang pun menyebut, jika ia tak mau bekerja lembur, ia tak bisa magang dan bakal mempengaruhi kelulusan serta peluang beasiswa.

"Saya tidak memiliki pilihan. Saya hanya bisa menjalaninya," tutur Fang.

Menurut dokumen, para manajer di Foxconn memaksa anak magang yang kebanyakan tinggal di asrama pabrik untuk bekerja lembur, guna memenuhi target produksi. Para anak magang yang menolak lembur, dikeluarkan dari program ini. 


Sulit Rekrut Karyawan Permanen

Foxconn (Bloomberg)

Dokumen juga menyebutkan, pabrik dipenuhi dengan anak sekolah karena perusahaan kesulitan merekrut karyawan permanen.

Menurut dokumen tersebut, pabrik membutuhkan setidaknya 7.000 pekerja untuk menangani produksi April hingga Oktober. Namun, mereka hanya memiliki 30 persen pekerja, dan butuh untuk melakukan perekrutan dari agen tenaga kerja ataupun anak magang.

Masih berdasarkan dokumen, anak magang jumlahnya mencapai 15 persen dari tenaga kerja yang ada.

"Untuk memenuhi kebutuhan dan memperkecil biaya produksi, kami bekerja sama dengan sekolah di sekitar untuk mempekerjakan anak magang," kata dokumen tersebut.


Cuma Dibayar Rp 33 Ribu Per Jam

Foxconn berupaya menggantikan manusia dengan robot untuk produksi iPhone (Sumber: The Verge)

Dokumen juga menyebutkan, Foxconn membayar anak magang dengan upah yang sangat minim, yakni 16,54 yuan atau sekitar Rp 33 ribu per jam, dengan gaji pokok Rp 20 ribu per jam.

Sementara itu, pekerja musiman yang direkrut dari agen dibayar Rp 40,5 ribu per jam.

Hal ini sangat kontras dengan pendapatan Amazon dari speaker pintarnya. Pasalnya, pada Januari 2019, Amazon dilaporkan telah menjual lebih dari 100 juta perangkat Alexa.

Speaker pintar ini dibanderol USD 50 (sekitar Rp 700 ribuan) di Amerika dan Eropa, serta USD 70 (sekitar Rp 1,120 juta) di Australia.

Menurut dokumen persetujuan perusahaan dan sekolah, untuk setiap murid yang dipekerjakan, Foxconn membayar 500 Yuan (Rp 1 jutaan) kepada pihak sekolah. 

Salah satu sekolah menyebut siap menyediakan 900 siswa untuk bekerja di pabrik. Jumlah tersebut bahkan akan ditingkatkan.

(Tin/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya