Tekan Bunga Kredit, Jumlah Bank Nasional Harus Dipangkas

Ekonom Indef menyatakan Bhima Yudhistira keberadaan bank yang beroperasi di Indonesia idealnya tak lebih dari 90 perusahaan saja.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Agu 2019, 19:00 WIB
ILustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pemerintah ingin agar Indonesia memiliki bunga kredit yang hanya 7 persen atau sejajar dengan Thailand. Menurutnya, bunga kredit di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, yakni mencapai 10-11 persen.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, salah satu faktor yang membuat bunga kredit saat ini masih tinggi adalah jumlah bank yang terlalu banyak.

"Untuk tekan bunga kredit, kuncinya di pengendalian inflasi dan persaingan antar bank dalam perebutan dana juga harus ditekan. Jumlah bank yang terlalu banyak membuat bunga masih mahal," ungkap dia kepada Liputan6.com, Minggu (11/8/2019).

Bhima menyatakan, keberadaan bank yang beroperasi idealnya tak lebih dari 90 perusahaan saja. "Dari 115 bank idealnya ditekan dibawah 90," sambung dia.

Lebih lanjut, ia juga menyoroti permintaan JK terhadap Bank Indonesia (BI) untuk kembali menurunkan suku bunga acuan. Menurut JK, jika suku bunga rendah maka aliran dana akan beralih ke investasi.

Dalam hal ini, Bhima menyebutkan, rendahnya suku bunga acuan juga akan membuat biaya pinjaman jauh lebih murah dan berujung pada peningkatan investasi serta pertumbuhan ekonomi. Dengan syarat, suku bunga acuan BI bisa kembali dipangkas sebanyak 50 basis poin (bps).

"Memang prinsip ekonominya bunga yang rendah artinya biaya pinjaman jauh lebih murah. Pelaku usaha bisa beli mesin untuk naikan kapasitas produksi pabrik, perluas usaha, dan lain-lain," jelas Bhima.

"Ujungnya, nilai investasi meningkat dan pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen. Tapi syaratnya, pemangkasan bunga acuan sebaiknya 50 bps lagi biar terasa signifikan," dia menandaskan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Produk Indonesia Harus Kompetitif di Tengah Tren Penurunan Suku Bunga

Mendag Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto tercatat pernah memegang jabatan antara lain Ketum Real Estate Indonesia (REI), periode 1992-1995. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan sejumlah negara di dunia telah menurunkan suku bunga acuan. Penurunan tersebut merespons ketidakpastian ekonomi global.

"Bagaimana kondisi dunia dan perang dagang. Tiga negara sudah turunkan suku bunga itu ada New Zealand, Thailand, dan India," tuturnya di Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Enggartiasto menjelaskan, dengan fenomena pemangkasan suku bunga serempak tersebut, tantangan Indonesia ialah membuat produk-produk domestik menjadi kompetitif dan unggul.

"Tantanganya apakah produk-produk kita bisa komeptitif atau tidak karena saat ini produk kita tidak kompetitif dari segi harga," ujarnya.

Selain itu, Enggartiasto juga menyoroti tren penurunan ekspor RI terhadap sejumlah mitra dagang Indonesia. Sebab itu, RI perlu menciptakan akses pasar dari situasi global yang kini dihadapi berbagai negara besar di dunia.

"Kita kejar ketinggalan dengan market access, karena kita sudah lost market dengan Turki dan India. Di sisi lain, kecenderungan beberapa negara sudah semakin kuat proteksionism," paparnya.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya