Liputan6.com, Kashmir - Ketegangan kembali terjadi antara India dan Pakistan. Khususnya, melonjak mulai awal pekan ini saat New Delhi mencabut status otonomi khusus yang dimiliki Kashmir yang dikelola Negeri Bollywood.
Keputusan itu mengemuka dari Keppres India, mencabut Pasal 370 konstitusi yang awalnya menjamin hak-hak khusus bagi Kashmir yang mayoritas beragama Islam.
Baca Juga
Advertisement
Akibat ketegangan tersebut, ribuan penduduk desa yang tinggal di sepanjang Garis Kontrol (LoC) telah melarikan diri ke daerah yang lebih aman. Daerah kontrol tersebut sangat termiliterisasi dan merupakan perbatasan Kashmir India dan Pakistan seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (10/8/2019).
Para penduduk desa khawatir akan terjadi baku tembak artileri yang melintasi perbatasan.
Pihak berwenang mengatakan sekitar 20.000 orang meninggalkan rumah mereka selama sepekan terakhir ketika artileri India menyebarkan kepanikan di Lembah Neelum di sisi Pakistan dari LoC.
Awal bulan ini, Pakistan menuduh India telah menggunakan amunisi tandan yang membunuh seorang bocah lelaki dan perempuan berusia empat tahun.
Simak pula video pilihan berikut:
Tak Punya Uang Membangun Bungker
Sementara itu di Chakothi, sebuah kota dekat LoC, masyarakat mengatakan mereka tidak memiliki sumber daya untuk membangun bungker. Hal itu menjadi alasan orang-orang berpindah ke tempat yang lebih aman.
Muhammad Mukhtar, seorang dokter hewan berusia 38 tahun, mengatakan betapa takutnya penduduk karena situasi di Kashmir yang dikelola India.
"Ada ketakutan di daerah itu dan penduduk bersiap untuk meninggalkan rumah mereka jika terjadi baku tembak lintas batas. LoC hanya berjarak tiga kilometer dari tempat kami berada," kata Mukhtar kepada Al Jazeera.
Muhammad Sheraz (30), penduduk Desa Khalana Kalan di LoC mengatakan, warga desa tinggal di dalam rumah karena takut tembak-menembak melintasi LoC.
"Kami tidak punya uang untuk membangun bungker atau memindahkan anak-anak kami di tempat lain," Muhammad Lateef, 45, mengatakan.
Advertisement
Suara Serangan Sering Terdengar
Muhammad Khalid, seorang warga desa Durian, sekitar 90 km utara Muzaffarabad, ibu kota Kashmir yang dikelola Pakistan, mengatakan hampir seperlima dari penduduk di daerah tempat terjadi baku tembak pada 30 Juli lalu telah bergerak.
"Warga menjadi ketakutan ketika mereka mendengar suara senjata api di sekitar LoC," kata Muhammad Shahzad, seorang paramedis berusia 40 tahun yang tinggal di desa Lowat di Lembah Neelum atas.
Konflik Kashmir telah memisahkan keluarga selama bertahun-tahun. Osama bin Javaid seorang reporter Al Jazeera, melaporkan dari sebuah kamp pengungsi di Kashmir yang dikelola Pakistan, mengatakan lebih dari 35.000 orang tinggal di kamp. Hampir setiap orang memiliki kerabat yang melintasi perbatasan dua negara itu.
"Sudah tiga hari sejak kami mendengar kabar (terakhir-red) dari saudara perempuan saya dan keluarganya di seberang perbatasan," kata Bibi Safina, seorang pengungsi Kashmir di sisi LoC Pakistan.
"Kami tidak tahu apa-apa. Bahkan internet sudah dimatikan."