BIN: Tuduhan Radikal terhadap Enzo Allie Harus Objektif

Menurut dia, keterangan terkait Enzo bisa digali melalui pihak keluarga dan orang terdekatnya.

oleh Yopi Makdori diperbarui 10 Agu 2019, 14:43 WIB
Enzo Zens Allie saat ikuti seleksi taruna Akmil (Sumber: Instagram/tni_angkatan_darat)

Liputan6.com, Jakarta - Tudingan radikal terhadap teruna Akmil blasteran Prancis, Enzo Zenz Allie menurut Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan H Purwanto haruslah objektif. Menurut dia, BIN sendiri tidak mau terjerumus dalam sebuah fitnah yang menuding taruna berbakat itu sebagai kelompok ekstremis.

"Karena kita juga tidak ingin terjebak di dalam sebuah asumsi saja, apalagi fitnah. Jadi semua ini harus objektif dan harus juga mendekati (menggali) dari semua pihak," ucap Wawan di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8/2019).

Menurut dia, keterangan terkait Enzo bisa digali melalui pihak keluarga dan orang terdekatnya. Di samping juga komunitas-komunitas yang pernah ia ikuti.

Menurut Wawan, penanganan Enzo akan diserahkan kepada pihak TNI. Baik itu terkait verifikasi akan latar belakang Enzo, maupun pembinaan jika terbukti Enzo terpapar ideologi tertentu.

"Jadi tetap akan dikembalikan kepada pihak yang melakukan seleksi itu, dan semua menunggu. Tetapi secara prinsip tetap dilakukan pembinaan-pembinaan kepada Enzo, karena Enzo masih muda dan punya bakat dan juga spirit, serta mental perjuangan yang tinggi," jelas Wawan.

Namun begitu, menurut dia, BIN selaku komite intelijen pusat pastinya akan memberikan rekomendasi tertentu kepada TNI.

"Pasti di situ memberikan masukan dan dibicarakan. Tapi semuanya itu dikembalikan kepada pihak panitia seleksi itu untuk mengambil langkah-langkah pembinaan," tegas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bendera Warna Hitam

Sebelumnya, seorang taruna Akmil blasteran Prancis, Enzo Zenz Allie dituding berpaham radikal karena dalam media sosialnya ditemuakan sebuah foto ia mengibarakan bendera hitam berlafadz La illaha ilallah. Enzo dituding terafiliasi dengan gerakan transnasional yang menginginkan berdirinya kekhilafahan Hizbut Tahrir.

Hal itu berangkat dari asumsi bahwa Hizbut Tahrir kerap menggunakan panji tersebut dalam setiap kesempatan aksinya.

Asisten Profesor Studi Islam dan Timur Tengah di New York University, Amerika Serikat, Ismail Fajrie Alatas menyampaikan bahwa di kalangan sejarahwan terjadi perdebatan mengenai bendera hitam itu. Memang, kata Ismail, ada riwayat-riwayat pada awal sejarah Islam yang menyatakan bahwa bendera Nabi Muhammad SAW berwarna hitam.

"Bendera nabi pada saat berperang dan pada saat Beliau menaklukkan kota Mekkah itu berwarna hitam. Tapi kalau diteliti lebih lanjut, riwayat-riwayat tersebut dikumpulkan pada imperium Abbasiyah, yang mana khilafah Abbasiyah mengadopsi warna hitam sebagai warna official," tutur Ismail.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya