Curhat Paskibraka Nasional 2019 dari Bali Jadi Korban Sistem Zonasi Sekolah

Calon Paskibraka Nasional 2019 dari Bali, Sanggra jadi tidak bisa masuk SMA favoritnya.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 11 Agu 2019, 17:00 WIB
Calon Paskibraka Nasional 2019 dari Bali, I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata.(Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Paskibraka Nasional 2019 dari Bali, I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata atau akrab dipanggil Sanggra mengaku kecewa dengan sistem zonasi SMA yang diberlakukan. Sebab, dia jadi tidak bisa masuk ke SMA favorit incarannya.

Meski orangtua yakin bahwa setiap sekolah sama, Sanggra tidak setuju. Sebab, fasilitas sekolah di daerahnya belum merata seperti yang ada di kota.

“Kalau emang diadakan zonasi, seharusnya kan fasilitas setiap sekolah itu sama, tapi sekolah Sanggra tuh nggak sama. Malah kurang fasilitas sekolah Sanggra,” ujar Sanggra kepada Diary Paskibraka Liputan6.com di PP-PON Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu 10 Juli 2019.

Meski begitu, Paskibraka Nasional 2019 dengan logat yang khas ini mengaku tetap merasa ikhlas. Dia yakin bahwa setiap kejadian memiliki hikmah tersendiri.

Baginya, dia bisa sampai ke nasional sebagai anggota Paskibraka juga karena keadaan yang dialaminya sekarang.

“Setalah lama-lama ngejalanin, dibawa enjoy aja gitu. Mungkin kalau Sanggra sekolah di sekolah favorit, mungkin Sanggra enggak bisa sampai sini. Enggak ada yang tahu, mungkin sudah ini jalannya Sanggra,” katanya dengan bijak.

 

Saksikan Video Menarik Terkait Paskibraka


Kurangnya Fasilitas Belajar di Sekolah

Calon Paskibraka Nasional 2019 dari Bali, I Gusti Agung Bagus Kade Sanggra Wira Adhinata. (Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Sanggra menjelaskan, saat ini sekolahnya, SMA Negeri 1 Mendoyo, masih kekurangan fasilitas pembelajaran, seperti komputer dan laboratorium sekolah yang layak.

Menurutnya, hal tersebut seharusnya diperhatikan agar pembelajaran siswa menjadi lebih efektif dan menyenangkan.

“Karena siswa itu butuh fasilitas untuk belajar, namanya juga sekolah gitu loh. Difasilitasi siswa untuk belajar. Yang kurang yang pasti pertama itu dari komputer kurang, kita enggak pernah masuk ke lab, lab masih kayak kotor gitu,” katanya. 

Selain itu, kurangnya kegiatan ekstrakurikuler juga sangat disayangkannya. Dia pun harus mendaftar jadi Paskibraka atas usahanya sendiri, karena sekolahnya tidak memiliki ekstrakurikuler Paskibra.

“Baru Sanggra dapat Paskibra baru ada Pengembangan Diri Paskibraka. Pertamanya, Sanggra itu ikut lomba gerak jalan dulu, setelah itu TUB (Tata Upacara Bendera), baru pemilihan calon Paskibraka Kabupaten. Bukan dari sekolah,” katanya.

“Ekstrakurikuler kalau Sanggra sih jujur bilang enggak (mendukung). Setiap hari Jumat memang ada kegiatan ekstrakurikuler, tapi hanya untuk beberapa kegiatan saja seperti Pramuka. Enggak menyeluruh ekstrakurikuler, jadinya ada yang diam di kelas,” Sanggra mengakhiri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya