Liputan6.com, Washington D.C. - Keluarga Walton menjadi [keluarga terkaya](bisnis "") di dunia versi Bloomberg. Tiap 60 detik atau 1 menit, keluarga Walton mendapatkan uang hampir Rp 1 miliar, atau tepatnya USD 70 ribu yang setara Rp 993 juta (USD 1 = Rp 14.188).
Artinya, setiap sejam mereka mendapatkan USD 4,2 juta atau Rp 59,5 miliar dan setiap hari mereka mampu meraup USD 100,8 juta atau mencapai Rp 1,4 triliun. Kekayaan mereka berasal dari Walmart Inc yang berawal dari perusahaan ritel milik Sam Walton pada 1962. Walmart kini dikendalikan oleh tiga anak Walton: Rob, Jim, dan Alice.
Baca Juga
Advertisement
Kekayaan keluarga Walton bertambah sebesar USD 39 miliar ketimbang tahun lalu. Tiga anak Walton juga kompak hadir di 20 besar orang-orang terkaya dunia versi Bloomberg dan Forbes.
Yang terkaya adalah Rob dengan kekayaan USD 49,3 miliar (Rp 699 triliun) dan masih menjabat di Walmart sebagai direktur. Adiknya perempuannya, Alice, menikmati kekayaan USD 48,2 miliar (Rp 683 triliun) meski ia tidak bekerja.
Walton bukanlah satu-satunya keluarga terkaya yang makin tajir tahun ini, contoh lainnya Keluarga Mars yang berbisnis permen bertambah kaya USD 37 miliar (Rp 524,9 triliun) menjadi USD 126,5 miliar (Rp 1.794 triliun).
Keluarga Koch pemilik Koch Industries juga menambah kekayaan mereka sebesar USD 26 miliar (Rp 368,8 triliun) menjadi USD 124,5 miliar (Rp 1.766 triliun).
Besarnya kekayaan keluarga tersebut memunculkan pertanyaan soal ketimpangan kekayaan yang sedang menjadi isu global. Beberapa miliarder pun menuntut agar pemerintah AS memungut lebih banyak pajak dari mereka sebagai solusi.
"Jika kita tidak melakukan ini, apakah kita hanya menimbun kekayaan di negara yang keadaannya sedang buruk begini? Itu bukanlah Amerika yang kita inginkan," ujar Liesel Pritzker Simmons yang berada pada nomor 17 di daftar keluarga terkaya.
Keluarga terkaya di belahan dunia lain juga merasakan tambahan kekayaan: Kekayaan keluarga orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani, bertambah USD 7 miliar (Rp 99,3 triliun) menjadi USD 50 miliar (Rp 709 triliun).
Secara global, harta 25 keluarga terkaya mengendalikan kekayaan sebesar USD 1,4 triliun (Rp 19.863 triliun). Kekayaan mereka juga bertambah USD 250 miliar (Rp 3.546 triliun) ketimbang tahun sebelumnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tak Semuanya Makin Kaya
Tidak semua keluarga terkaya di dunia bertambah kaya. Salah satunya keluarga pemilik Bayersiche Motoren Werke AG harus terlempar dari daftar ini akibat adanya perang dagang.
Para orang kaya di negara yang memiliki ketergantungan pada perdagangan dunia juga kena dampak. Laporan Capgemini menyebut orang kaya dari Hong Kong ramai-ramai kehilangan status mereka sebagai miliarder.
Kondisi Perang Dagang antara AS dan China juga masih panas-dingin. Presiden Donald Trump kerap menyalahkan China karena tidak menindaklanjuti kesepakatan mereka. Ketegangan perang dagang, Brexit, dan masalah geopolitik Iran menjadi faktor yang membuat ekonomi global melambat.
IMF memperkirakan tahun ini ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen, sementara tahun depan naik sedikit menjadi 3,5 persen.
Advertisement
Orang Kaya di Hong Kong Ramai-Ramai Kehilangan Status Miliarder
Laporan Capgemini menyebut para orang kaya asal Hong Kong kehilangan status orang kaya mereka secara massal pada 2018. Tercatat ada 13 persen orang terkaya Hong Kong yang kekayaannya menurun drastis, padahal rata-rata global hanya tiga persen.
Dilaporkan South China Morning Post, Jumat (9/8/2019), satu dari 10 orang kaya Hong Kong yang mempunyai status High Net Worth Individual (HNWI) pada awal 2018 tak bisa lagi menyandang status itu pada akhir tahun. Orang yang mendapat predikat HNWI adalah mereka yang punya kekayaan minimal USD 1 juta atau Rp 14,1 miliar (USD 1 = Rp 14.189).
Wilayah Hong Kong disebut sensitif terhadap pergerakan pasar. Seperti diketahui, ekonomi global sedang melambat akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, sehingga negara yang memiliki ketergantungan pada perdagangan global terkena dampak paling parah. Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pun melambat pada tahun lalu.
"Kapitalisasi pasar turun sekitar 12 persen dan pertumbuhan GDP juga menurun ketimbang naik, dan pasar real estate di Hong Kong sedang cooling-off. Faktor-faktor tersebut bila digabungkan membuat ekuitas di Hong Kong menurun, yang memberi dampak ke miliarder atau jutawan Hong Kong," ujar Chirag Thakral, kepala deputi Global Financial Services Market Intelligence Strategic Analysis Group di Capgemini.
Para orang kaya Hong Kong baru mendapat untung besar ketika pasar dalam keadaan bullish(naik), dan sebaliknya berlaku ketika performa pasar melambat. Namun, Hong Kong tidak sendirian, sebab pada tahun lalu jumlah orang kaya dari China, India, dan Singapura juga menurun.
Capgemini mencatat untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun kekayaan di dunia menurun. Untuk pengecualian, ada satu wilayah yang kekayaannya terus bertumbuh pada tahun lalu, yakni Timur Tengah.