Liputan6.com, Shanghai - Korban akibat Topan Lekima di China bertambah menjadi 32 orang tewas dan 16 hilang, ketika badai dan banjir menyapu kota-kota pesisir timur China selama akhir pekan lalu --menurut laporan sejumlah media lokal per-Senin 12 Agustus 2019.
Kemarin, jumlah korban tercatat 28 orang tewas dan 20 lainnya hilang. Peningkatan jumlah korban tewas mungkin terjadi usai temuan empat jasad warga yang sebelumnya dinyatakan hilang.
Otoritas di Provinsi Zhejiang di timur China menambahkan bahwa 5 juta orang terdampak Topan Lekima, dengan satu juta di antaranya terpaksa mengungsi ke lokasi yang jauh lebih aman, demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (12/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Topan Lekima menerjang pada dini hari Sabtu di Wenling, antara Taiwan dan ibukota keuangan Shanghai, membawa angin kencang dan hujan lebat. Kini ia telah bergerak lebih jauh ke utara di pantai timur pada hari Minggu.
Sebagian besar korban tewas terjadi di kota Wenzhou di mana hujan lebat yang dipicu Topan Lekima menyebabkan tanah longsor, kata media pemerintah.
Tanah longsor terjadi setelah sebuah bendungan alami terbentuk, mengumpulkan air dari hujan lebat sebelum memuntahkan isinya ke lokasi warga.
Tim tanggap bencana berjuang untuk menyelamatkan pengendara yang terdampak banjir dan mencari korban selamat di puing-puing bangunan yang rusak.
Simak video pilihan berikut:
Kerugian Capai Rp 29 Triliun
Di provinsi Zhejiang, Lekima merusak lahan dan 34.000 rumah. Kerugian ekonomi langsung diperkirakan mencapai 14,57 miliar yuan (sekitar Rp 29 trilun), kata media pemerintah.
Cuplikan pada hari Minggu dari stasiun televisi pemerintah CCTV menunjukkan pekerja penyelamat di atas kapal di kota Linhai di mana jalan-jalan terendam air.
Topan Lekima kini telah melewati Shanghai dan diperkirakan akan menghantam provinsi Shandong pada hari Minggu.
Shanghai mengungsikan sekitar 250.000 penduduk.
Topan Lekima adalah topan kesembilan yang melanda Tiongkok tahun ini.
Pakar cuaca yang dikutip oleh kantor berita Xinhua mengatakan itu adalah salah satu dari tiga topan terkuat yang pernah melanda Zhejiang.
Awalnya diberi peringatan cuaca tingkat tertinggi atau "merah" di China tetapi kemudian diturunkan ke tingkat "oranye". Peramal cuaca China mengatakan badai, yang membawa angin 187 km/jam ketika mendarat, bergerak ke utara dengan kecepatan 15 km/jam.
China memiliki sistem kode warna empat tingkat untuk cuaca buruk, dengan merah menjadi yang paling serius, diikuti oleh oranye, kuning, dan biru.
Advertisement
Layanan Transportasi Lumpuh Akibat Badai
Lekima memaksa Shanghai untuk menangguhkan layanan di beberapa jalur metro, menurut akun resmi WeChat pemerintah setempat. Beberapa maskapai: Air China, China Eastern Airlines, dan China Southern Airlines adalah di antara mereka yang mengumumkan pembatalan penerbangan.
Sementara itu, layanan kereta api berkecepatan tinggi terpengaruh di beberapa kota, menurut media setempat.
Bandara Shanghai, Beijing, dan Hangzhou memulihkan operasi secara bertahap, menurut data pelacakan penerbangan Ctrip dan pemerintah setempat.
Maskapai penerbangan Taiwan membatalkan sekitar 520 penerbangan internasional dan domestik, menurut otoritas penerbangan setempat.
Unit darurat sedang bekerja untuk memperbaiki jalan, layanan air dan listrik, menurut laporan koran pemerintah berbahasa Inggris, Global Times.