Liputan6.com, Jakarta - Calon Paskibraka Nasional 2019 dari Kepulauan Riau, Muhammad Pazi adalah pribadi yang supel dan pandai bercerita. Siswa SMA Negeri 1 Kundur ini juga berbakat dalam olahraga voli.
Namun, di balik keceriaannya, Pazi ternyata menyimpan rasa rindu yang pedih untuk sang ibu kandung yang sudah lama tak dijumpai. Tak ada kata yang bisa menggambarkan kerinduannya.
Advertisement
“Dari kelas 1 SD sampai sekarang belum pernah ketemu. Enggak tahu juga Kak, mau bilang apa. Sempat ditanyakan gitu juga kemarin, cuma enggak tahu aku mau jawab apa. Pengen Kak, ketemu ibu,” tutur Pazi kepada Diary Paskibraka Liputan6.com di PP-PON Cibubur, Sabtu 10 Juli 2019.
Sejak kedua orangtuanya berpisah, Pazi tinggal dengan keluarga tantenya. Ayahnya pun telah menikah kembali dan tinggal jauh di Batam. Sedangkan sang ibu kandung tidak diketahui persis keberadaannya.
Pazi hanya bisa berharap ibunya dapat melihatnya tampil sebagai Paskibraka Nasional 2019 di Istana Negara, Jakarta nanti melalui televisi.
“Harapan saya ke ibu sih kalau bisa nanti lihatlah saya di TV atau di mana. Kalau misalnya saya jadi pasukan inti kan, atau jadi danton, pasukan 8. Insyallah, kalau bisa tengoklah saya di TV,” ujarnya lirih.
“Itu pesan untuk mama saya. Saya juga mau Mama ke istana,” lanjutnya.
Saksikan Video Menarik Terkait Paskibraka Nasional
Terakhir Dengar Kabar Ibu Saat Terpilih Jadi Paskibraka 2019
Meski tidak pernah berjumpa lagi sejak kelas 1 SD, Pazi sempat mendengar kabar dari ibunya melalui sang paman. Terakhir dia tahu, ibunya tengah bekerja di Jakarta.
“Cuma enggak tahu di mana. Enggak pernah kontak sama ibu. Kontak sekali itu pas di rumah om, belum lama juga, baru-baru ini,” jelas dia.
“Sempet ngobrol, sempet bilang juga, kalau ada waktu jumpalah di sini kan, Jakarta. Cuma kata mama, `Insyaallah, kalau Mama ada waktu.` Mama juga udah tahu aku Paskibraka. Waktu itu sampe nangis juga,” imbuh Pazi.
Walau kerinduannya tidak kunjung terobati, cowok dengan tinggi badan 180 cm ini tetap terlihat tegar. Terbiasa tinggal jauh dari orangtua membuatnya menjadi lebih mandiri dan tabah.
Selain itu, pesan dari ayahnya untuk rajin mengaji juga selalu dia lakukan agar kuat menghadapi segala cobaan.
“Orangtua sempet bilang, kalau udah jadi Capaska Nasional tuh jangan sombong, selalu rendah hati, jangan lupa salat katanya. Terus kalau bisa, di sana kalau ada waktu senggang, ngaji,” ucapnya.
“Satu lembar juga udah termasuk mengaji juga. Jadi kadang di kamar itu satu lembar, dua lembar,” Pazi menambahkan.
Advertisement
Bertekad Banggakan Keluarga dengan Masuk Akpol
Pazi pun memiliki tekad kuat untuk bisa membanggakan keluarganya. Dukungan dari tante, paman, ayah, dan ibu tirinya juga selalu dia ingat setiap kali menjalani pendidikan dan pelatihan (Diklat) Paskibraka 2019.
“Om saya juga kan polisi, jadi saya ngerasa tuh ingin melanjutkan cita-cita om saya jadi polisi, cuma saya ingin menjadi Akpol. Nah ingin juga menjaga kedamaian rakyat,” ungkapnya.
Selain itu, keadaan lingkungan sekitarnya juga menginspirasi dia untuk masuk Akademi Kepolisian (Akpol).
“Kawan saya ada yang berubah drastis dalam satu hari, dia pernah merokok, coba minuman keras. Jadi saya enggak menyangka aja gitu, kawan saya yang sebaik itu bisa berubah sedrastis itu, jadi terpengaruh sama lingkungan juga,” Pazi menjelaskan.
Namun, Pazi mengaku juga tertarik untuk mendalami olahraga voli seusai menjalani tugas sebagai Paskibraka 2019. Dia sendiri memang kerap menyabet juara saat bermain voli.
“Di SMP ikut ekskul voli langsung terpilih jadi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional. Itu tingkat SMP, baru sampai di kabupaten itu juara dua lah. Abis itu ikut pertandingan antar sekolah lagi, juara 2 juga, sama juara 1,” dia mengakhiri.