Liputan6.com, Jakarta - Melempar jumrah yang dilakukan oleh semua umat muslim dalam rangkaian ibadah haji, ternyata memiliki sejarah. Ada cerita di balik lempar jumrah tersebut.
Menurut buku Rujukan Utama Haji & Umrah untuk Wanita karya Dr 'Ablah Muhammad al-Kahlawi, sejarah lempar jumrah ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail.
Advertisement
"Sang ayah Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelihnya sebagai sesembahan. Sebelum mimpi (wahyu) ini datang, Nabi Ibrahim telah menerima banyak sekali ujian dan cobaan, mulai dari usaha membakar diri hingga harus meninggalkan istri dan sang anak dalam keadaan di tanah yang gersang tanpa air dan tanaman sama sekali," tulis 'Ablah.
Dan sekarang, lanjut dia, Nabi Ibrahim harus dihadapi ujian yang teramat berat, yakni menyembelih putra sematawayang yang sedang beranjak dewasa.
"Setelah Ibrahim menanyakan hal mimpi (wahyu) dengan sang anak, Ismail pun tak ragu dan langsung menjawab 'Wahai Ayahku, lakukanlah perintah yang engkau terima. Atas kehendak-Nya aku akan bersabar.'" ucap 'Ablah
Nabi Ismail sadar bahwa mimpi sang ayah merupakan wahyu dari dari Allah bukan bisikian setan. Saat Nabi Ibrahim siap menjalankan perintah Allah, setan menggodanya untuk merenungkan niatnya.
"Bagaimana mungkin seorang ayah tega menyembelih anak kandungnya sendiri?"
Tetapi Nabi Ibrahim tetap pada pendiriannya, ia mengabaikan segala bisikan. Akhirnya karena tidak sabar, setan menampakkan wujud aslinya dan berdiri di hadapan Nabi Ibrahim.
"Dia melarang Nabi Ibrahim, menyarankan untuk menyurutkan langkahnya dan menumbuhkan emosi kebapakannya. Tidak ada cara lain bagi Nabi Ibrahim kecuali memgambil beberapa batu kecil dan melontarnya ke arah setan (pelemparan ini tepat berada di posisi jumrah ula sekarang)," papar 'Ablah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Setan Terus Berusaha
Melihat usahanya yang tidak mampu meruntuhkan kemantapan Nabi Ibrahim, setan merayu Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim sekaligus ibu Nabi Ismail.
"Setan mulai mencela kemauan suaminya yang sudah tega ingin menyembelih buah hatinya. Tapi, Siti Hajar tidak menghiraukan rayuan ini karena dia sudah berulang kali merasakan pahitnya cobaan dan manisnya balasan yang diterima saat menghadapinya dengan tabah," kata 'Ablah.
Kemudian setan menampakkan wujud aslinya dihadapan Siti hajar, dia langsung melemparinya dengan batu yang berada di gengamannya (pelemparan ini tepat pada posisi jumrah wustha sekarang).
"Tetapi, setan tetap tidak patah semangat dan tidak kehabisan akal untuk mengagalkan kepatuhan ini. Sebagai upaya terakhir, dia menyerang hati Nabi Ismail yang dianggap masih rapuh. Setan menyayangkan sikap ayahnya itu," ucapnya.
Sayangnya, dia tidak tahu bahwa Nabi Ismail telah mendahulukan cintanya kepada Allah SWT. Ia telah menyerahkan jiwa dan raganya kepada Allah SWT semata.
Tidak ada pilihan lain Nabi Ismail. Ia mengambil segengam batu dan melemparkannya ke arah setan (pelemparan ini tepat berada di posisi jumrah 'aqabah sekarang).
Peristiwa agung ini patut diabadikan dalam sejarah sebagai simbol kemenangan anak manusia terhadap setan. Untuk itu, Allah SWT menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu bentuk kegiatan di dalam ibadah haji.
(Desti Gusrina)
Advertisement