Liputan6.com, Oslo - Tersangka pria bersenjata dalam insiden penembakan terhadap sebuah masjid di Norwegia pada Sabtu 10 Agustus, mengaku terinspirasi oleh serangan ekstrimis kulit putih di Selandia Baru dan Amerika Serikat, tulisnya di internet.
Polisi Norwegia belum memberikan tanggapan atas pernyataan tersangka, namun mengatakan serangan di Baerum, sebuah kota berjarak 20 kilometer dari ibu kota Oslo, akan diselidiki dengan kemungkinan sebagai terorisme.
Dalam pesan yang diunggah bersamaan dengan hari penyerangan, Philip Manshaus (21) --disebut oleh media lokal sebagai tersangka utama-- menggambarkan dirinya "dipilih" oleh "Saint (Brenton) Tarrant", pelaku penembakan dua masjid di Selandia Baru yang menewaskan 51 orang, Maret lalu.
Baca Juga
Advertisement
"Waktu saya sudah habis, lagipula saya sudah dipilih oleh Saint Tarrant ... Kami tidak bisa membiarkan ini berlanjut, Anda harus menghadapi ancaman perang ras dalam kehidupan nyata ... itu menyenangkan," tulisnya dalam unggahan terkait, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (12/8/2019).
Dalam sebuah meme yang juga diposting oleh Manshaus, tiga ekstremis sayap kanan yang diduga bertanggung jawab atas serangan penembakan lainnya tahun ini, dipuji sebagai pahlawan gerakan nasionalis kulit putih.
Tarrant digambarkan telah "mengatasi masalah Muslim", sementara Patrick Crusius, yang telah didakwa atas penembakan di El Paso, negara bagian Texas, di mana 22 orang tewas, dipuji karena "berjuang untuk merebut kembali negaranya".
Pelaku penembakan ketiga, yang dicurigai membunuh seorang wanita saat perayaan Paskah di sebuah sinagog di California pada bulan April juga ikut dipuji, bersama dengan unggahan beberapa kalimat pelecehan antisemit.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Dikhawatirkan Memicu Serangan Sayap Kanan
Menurut para pengamat, bukti dari berbagai unggahan yang mendukung tindakan ketiga tersangka yang dipuji oleh Manshaus, dikhawatirkan memicu "serangan sayap kanan" dari para ekstremis yang mengumpulkan dukungan di seluruh dunia.
"Kita sekarang tidak lagi berbicara tentang peristiwa satu kali saja, tetapi rantai serangan sayap kanan yang terkoordinasi, dan kurang terdeteksi, di seluruh dunia, di mana anggota jaringan ini menginspirasi satu sama lain," kata Peter Neumann, profesor studi keamanan di King's College London.
"Motivasi utama ... adalah untuk meluncurkan perang ras. Tujuannya adalah untuk melakukan serangan, mengklaim tanggung jawab, menjelaskan tindakan terkait, dan menginspirasi orang lain untuk mengikuti," lanjutnya prihatin.
Unggahan Manshaus dan pelaku penembakan di El Paso, dibuat di sebuah media berkirim pesa baru berjuluk Endchan, yang mengklaim sebagai medium visual anonim untuk mempromosikan ide-ide tentang identitas.
Situs tersebut merupakan pengembangan lebih lanjut dari medium serupa yang lebih tua, 4chan.
Pengelola 8chan telah menutup akun kedua tersangka penembakan, sesaat setelah masing-masing insiden terjadi.
Papan pesan yang digunakan oleh tersangka di El Paso dan di tempat lain yang disebut 8chan ditutup setelah tragedi itu.
"Mematikan 8chan akan membuat jaringan virtual sayap kanan beralih ke medium lain untuk menggalang dukungan. Memang sulit (mengatasinya) jika berkaitan dengan kebebasan berekspresi di dunia maya," pungkasnya.
Advertisement
Cerita Saksi Mata
Tidak hanya mengunggah manifesto, pelaku penembakan di Norwegia juga berusaha menautkan aksinya secara langsung via Facebook, namun gagal terkoneksi penuh.
Saksi mata mengatakan pelaku mengenakan pelindung tubuh dan dipersenjatai dengan dua "senjata seperti senapan" dan sebuah pistol.
Pelaku berhasil diamankan oleh orang-orang di masjid yang diserang, sebelum beberapa saat kemudian diambil alih oleh polisi. Seorang pria dilaporkan terluka dalam insiden itu.
Sementara itu, Manshaus telah didakwa atas pembunuhan seorang wanita yang ditemukan tidak bernyawa di rumahnya.