Amerika Latin Jadi Target Baru Ekspor Kopi Indonesia

Beberapa negara Amerika Latin dan Karibia dinilai menjadi negara yang memiliki potensi perluasan ekspor kopi Indonesia

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Agu 2019, 19:50 WIB
Ilustraasi foto Liputan6

Liputan6.com, Jakarta Negara-negara Amerika Latin segera menikmati kopi khas Indonesia. Sebab Brasil, Kolombia, Chili dan Karibia sedang diplotting menjadi target baru ekspor Indonesia. 

Pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyebut selama ini Indonesia kurang melirik wilayah potensial tersebut. Kemenlu pun siap membantu sinergi dan memfasilitasi kemudahan ekspor produk dalam negeri.

"Pasar Amerika Latin dan Karibia merupakan pasar non-tradisional, belum maksimal dioptimalkan pasar Indonesia," ucap Darianto Harsono, Direktur Amerika II, Dirjen Amerika dan Eropa Kemenlu, pada Senin (12/8/2019) di Jakarta.

Negara penghasil kopi di Amerika Latin sebetulnya sudah ada seperti Kolombia dan Brasil, tetapi produk kopi khas Indonesia diyakini bisa menjadi pesaing berkualitas. Faktor kualitas ekspor juga ditekankan ketimbang kuantitas ekspor kopi Indonesia yang notabene sudah memiliki pasar tersendiri.

"Yang namanya specialty cofee itu punya pasar dan segmen tersendiri di Amerika Selatan jadi pasar kopi kita lebih ke exclusive, single origin, dan ini yang bisa dinikmati oleh masyarakat Amerika Latin khususnya kalangan menengah ke atas," jelas Darianto.

Darianto menyebut Kemenlu memiliki 132 perwakilan di seluruh dunia untuk membantu fasilitas ekspor produk Indonesia. 

 


Produk Potensial Lainnya

Ilustrasi Beras (Istimewa)

Produk potensial lainnya adalah beras organik asal Indonesia. Sekali lagi, meski di wilayah Amerika Latin sudah ada pesaing dari Vietnam dan Thailand, tetapi produk beras organik asal Indonesia diprediksi laku karena karakter pasar Amerika Latin yang suka produk sehat.

Ada pula produk-produk buah seperti manggis, nanas, pisang dan salak yang turut menarik pasar Argentina seperti yang diungkap pihak negara tersebut ketika Presiden Mauricio Macri mengunjungi Indonesia pada Juni lalu. Potensi bisnis di Amerika Latin juga ditopang oleh bebasnya tarif masuk Indonesia ke Chili menjadi nol persen.

Pihak Kemenlu juga akan memfasilitasi pertemuan bisnis antar dua wilayah pada sebuah forum internasional yang akan berlangsung pada 14-15 Oktober 2019.

"Pada bulan Oktober kami akan menyelenggarakan Indonesia-Latin America-Carribean Business Forum. Kami jadikan forum usaha kedua wilayah, yaitu Indonesia dan Amerika Selatan-Karibia untuk bertemu melakukan business matching," ujar Darianto.


Ingin Ekspor, Pemerintah Minta Petani Tingkatkan Standar Produk

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kemenko Perekonomian Bambang Adi Winarso, menekankan pentingnya menginformasikan kepada petani akan standar produk komoditas yang bakal dijual. Hal ini penting agar komoditas pertanian benar-benar sesuai dengan kebutuhan pasar, terutama pasar ekspor.

Karena itu, para petugas penyuluh pertanian diharapkan tidak saja mengajak para petani untuk menambah, melainkan juga menginformasikan standar produk. Standar produk sendiri mencakup, pemilihan bibit, cara penanaman, dan cara pemanenan.

"Ini yang paling penting adalah bagaimana memastikan petani bisa menjual itu dengan standar. Nah ini yang tidak pernah dilakukan. Saya nggak tahu penyuluh melakukan itu atau tidak, standar produk," kata dia, kata dia, pada acara Focus Group Discussion (FGD) 'Pengembangan Hortikultura untuk Peningkatan Ekspor dan Ekonomi Daerah' yang dilakukan di Madiun, Senin (12/8/2019).

Sebagai contoh, kata Bambang, menurut sepengetahuan dia, daerah Nganjuk merupakan salah satu penghasil bawang. Namun, pasar di Jakarta justru lebih banyak menyerap bawang merah dari Brebes.

"Nganjuk itu daerah bawang. Saya tanya di Jakarta, pasokan bawang merah dari mana, dari Brebes Pak. Itu di Jawa Timur (Nganjuk) ada. Oh mohon maaf Pak. Itu beda. Jadi kalau orang Jawa Timur mau jual ke sana nggak bisa karena memang bukan itu yang diminta. Problem kita di pertanian lebih banyak seperti itu. Kalau produk industri bisa distandarkan dengan jelas," urai dia.

Karena itu dia kembali menegaskan pentingnya menerapkan standar dalam menanam komoditas pertanian. "Ini bisa diatasi apabila bibitnya bagus, cara menanamnya benar, kapan memanennya benar, maka dia akan menghasilkan barang yang relatif sama. Jadi tidak bisa kita jual Nanas hari ini manis, besok kecut," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya