Tips Mendaki Gunung Ramah Lingkungan Saat Musim Kemarau

Ada tantangan tersendiri saat mendaki gunung di musim kemarau. Salah langkah, maut mengintai.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 13 Agu 2019, 14:05 WIB
Ilustrasi –Pendakian Gunung Slamet lewat jalur Bambangan, Purbalingga. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Jakarta - Semakin banyak orang yang tertarik mencoba mendaki gunung. Tak hanya gunung-gunung populer, seperti Semeru, gunung yang jarang didengar namanya seperti Gunung Piramida pun jadi buruan.

Jumlah pendaki gunung pun meningkat drastis. Sebagai contoh, data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), kuota pendaki Gunung Semeru yang berjumlah 600 pendaki setiap hari, tak pernah bersisa. Kondisi yang sama juga terjadi di Gunung Ijen yang mengalami peningkatan pendaki setiap harinya pada Juli 2019.

Mendaki gunung tak seperti wisata di perkotaan. Banyak hal yang harus dipersiapkan agar kunjungan pendaki tak berubah jadi petaka, seperti kecelakaan, kebakaran hingga kematian.

Terkait masalah kebakaran di gunung, hal itu tak terlepas dari musim kemarau yang diprediksi BMKG akan berlangsung hingga akhir Agustus ini. Kemarau menjadikan lahan lebih kering dari biasanya. Walau sudah diantisipasi, insiden kebakaran di gunung tetap terjadi, seperti kebakaran di Gunung Ciremai, Jawa Barat, Gunung Sumbing di Magelang, hingga Gunung Batukaru di Bali Barat.

Namun, tak jarang kebakaran dipicu oleh ulah manusia. Maka itu, pendaki penting memiliki bekal pengetahuan naik gunung yang ramah lingkungan di musim kemarau. Liputan6.com merangkum beberapa faktor utama mencegah kebakaran di gunung.

1. Jangan buang puntung rokok sembarangan

Jika Anda adalah seorang perokok, hal ini harus sangat diperhatikan. Ilalang yang kering membuat lingkungan lebih mudah terbakar. Sudah banyak kasus kebakaran lahan akibat puntung rokok, seperti kebakaran di Gunung Bromo dan Gunung Semeru pada 2017.

Buanglah rokok pada asbak atau trashbag yang Anda bawa. Pastikan juga bahwa api dari rokok tersebut sudah mati.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


2. Jangan membuat api unggun

Kepala Suku Waiapi, Akaupotyr membuat api unggun di desa Manilha di negara bagian Amapa, Brasil (14/10). Suku Waiapi harus bertahan melawan perusahaan pertambangan yang mengancam rumah mereka di dalam hutan hujan Amazon. (AFP Photo/Apu Gomes)

Suhu malam hari saat musim kemarau memang lebih dingin dari biasanya, terlebih di gunung. Suhu di gunung bisa mencapai -11 derajat Celcius saat musim kemarau. Hal ini tentunya bisa membuat kita kedinginan dan menggigil.

Namun, saat musim kemarau alangkah lebih baik untuk tidak menyalakan api unggun saat di gunung. Sama seperti puntung rokok, dahan dan ilalang yang kering dapat mempercepat proses pembakaran. Sebagai solusinya, siapkan jaket tebal, beberapa lapis pakaian, kaus kaki, topi rajut, dan sleeping bag agar suhu tubuh tetap hangat.

3. Masak menggunakan cooking set atau kompor portable

Jika Anda sedang naik gunung, memasak akan lebih mudah menggunakan cooking set karena tidak perlu repot-repot mencari kayu bakar dan menyalakan api. Selain lebih praktis, memakai cooking set atau kompor portable ini juga mencegah terjadinya kebakaran saat musim kemarau.

4. Waspada sekeliling

Jika Anda menemukan titik api saat sedang mendaki gunung, langsung laporkan kepada petugas terdekat agar dapat ditangani dengan cepat. Mengingat minim sinyal seluler di kebanyakan gunung, pelaporan disampaikan secara manual dengan mendatangi pos terdekat. (Novi Thedora)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya