4 Sihir Ole Gunnar Solskjaer saat MU Membantai Chelsea

Ole Gunnar Solskjaer membawa MU menang 4-0 atas Chelsea pada laga pekan pertama Liga Inggris 2019-2020.

oleh Ario Yosia diperbarui 13 Agu 2019, 20:30 WIB
Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, memberi arahan kepada Victor Lindelof pada laga Premier League 2019 di Stadion Old Trafford, Minggu (11/8). Manchester United menang 4-0 atas Chelsea. (AP/Dave Thompson)

Manchester - Ole Gunnar Solskjaer menjawab kritikan para pundit yang meragukan Manchester United (MU) dalam persaingan juara Liga Inggris 2019-2020. Pada laga pembuka, MU membantai Chelsea 4-0 di Stadion Old Trafford, Minggu (11/8/2019).

MU mengikuti juara bertahan Manchester City yang terlebih dahulu mengantongi kemenangan telak 5-0 atas West Ham United, dan runner-up musim lalu, Liverpool membungkam Norwich City 4-1.

Buat para fans MU, raihan kemenangan telak ini seperti membawa mereka pada masa-masa kejayaan Setan Merah di era Sir Alex Ferguson. MU bermain atraktif sepanjang laga untuk menggaransi hasil positif melawan The Blues.

Apa yang dilakukan Ole Gunnar Solskjaer sehingga MU bisa tampil trengginas pada laga pembuka kompetisi?

 


Lini Depan yang Dinamis

Marcus Rashford mengantarkan Manchester United unggul atas Chelsea pada laga pekan pertama Premier League 2019-20. (AFP/Oli Scarff)

Trio Marcus Rashford, Jesse Lingard, dan Anthony Martial, jadi momok menakutkan bagi lini pertahanan Chelsea. Bermodal kecepatan dan pergerakan dinamis ketiganya sukses mengocok bek-bek The Blues.

Rashford dan Martial secara bergantian bermain sebagai ujung tombak dan winger. Lingard kerap memberi tekanan lewat akselerasinya.

Mereka amat sabar menanti bek-bek serta gelandang bertahan Chelsea lengah kehilangan bola, untuk kemudian melakukan counter attack cepat yang sulit dihentikan.

Ole Gunnar Solskjaer seperti memberi jawaban bahwa Manchester United tak perlu tambahan striker pengganti Romelu Lukaku yang pergi ke Inter Milan. Stok penyerang Setan Merah sudah cukup.

Di luar trio di atas mereka masih punya serep yang gahar, Daniel James, yang ikut menyumbang gol pada laga itu.


Lini Belakang yang Kukuh

Pemain baru MU, Harry Maguire tampil gemilang di laga lawan Chelsea, Minggu (11/8). (Oli SCARFF / AFP)

Keputusan Manchester United mendatangkan Harry Maguire di pengujung bursa transfer terbukti menjadi sebuah keputusan brilian. Masalah utama klub yang satu ini beberapa musim terakhir terpecahkan.

Maguire langsung nyetel dan bisa diandalkan sebagai jenderal poros belakang. Jose Mourinho mantan pelatih Manchester United yang kini jadi pundit Skysports menyebut sang mantan pemain Leicester City jadi pemain yang menghadirkan perbedaan bagi mantan timnya.

"Seandainya dia datang musim panas lalu," ujar Mourinho sembari tertawa.

Musim lalu nakhoda asal Portugal tersebut meminta manajemen Manchester United mendatangkan bek, namun ditolang. Santer beredar rumor kalau pemain yang diinginkan The Special One adalah Harry Maguire.

Maguire amat kuat dalam duel-duel udara dan satu lawan satu dengan pemain lawan. Di sisi lain, ia jago membaca permainan dan pintar dalam penempatan posisi. Kelebihan-kelebihan itu terlihat saat United berhadapan dengan Chelsea.

Berduet dengan Victor Lindelof, lini pertahanan Manchester United sulit ditembus para pemain The Blues. 


Permainan Duet Fullback Lebih Agresif

Bek baru Manchester United, Aaron Wan-Bissaka (kanan) berusaha melewati pemain Tottenham Anthony Georgiou selama turnamen ICC 2019 di Shanghai (25/7/2019). Bek berusia 21 tahun itu diboyong ke Old Trafford dengan harga 50 juta pound atau sekitar Rp 897 miliar. (AFP Photo/Hector Retamal)

Di era Sir Alex Ferguson, Manchester United dikenal sebagai tim yang kuat di dua sisi sayap. Selain punya gelandang-gelandang serang yang paten, United punya sosok-sosok fullback yang ekselerasinya membantu serangan amat oke.

Garry Neville dan Patrice Evra adalah contoh fullback Setan Merah di masa lalu yang amat kuat menjalankan peran naik ke depan dengan sangat baik. Sepeninggal keduanya, Manchester United tak punya lagi sosok bek sayap dengan karakter kuat.

Jose Mourinho sampai harus merubah posisi Ashley Young dari gelandang sayap menjadi bek sayap untuk menutupi kelemahan ini.

Musim ini, Ole Gunnar Solskjaer mendatangkan fullback Crystal Palace, Aaron Wan-Bissaka. Sang pemain langsung unjuk gigi pada pertandingan perdana United di pentas Premier League 2019-2020.

Wan-Bissaka bermain agresif saat menghadapi Chelsea. Ia jadi kartu truf serangan balik cepat United. Di sisi lain, ia amat disiplin. Catatan statistik menunjukkan tak ada satu pun pemain Chelsea bisa melewatinya.

Agresivitas juga ditunjukkan Luke Shaw di sisi pertahanan kiri. Alhasil permainan cepat yang diinginkan Solskjaer berjalan mulus.

 


Menemukan Bentuk Permainan Terbaik Paul Pogba

Paul Pogba diyakini bertahan di MU, tapi Real Madrid terus menggoda (Roslan RAHMAN / AFP)

Jose Mourinho kesulitan memunculkan permainan terbaik Paul Pogba. Ia ingin sang gelandang membantu pertahanan, tapi Pogba yang tak suka bermain bertahan keberatan dengan peran baru tersebut.

Di era Ole Gunnar Solskjaer, pelan namun pasti Paul Pogba kembali menemukan permainan terbaiknya. Pelatih asal Norwegia tersebut memplot gelandang asal Prancis itu di posisi kesukaannya sebagai gelandang serang.

Ia hanya mendapat mandat membantu serangan, memperbanyak permainan kombinasi dengan para penyerang. Tugas bertahan diserahkan pada Scott McTominay dan Andreas Pereira.

Pogba terlihat lebih enjoy dengan taktik yang diusung Solskjaer. Ia punya lebih banyak kebebasan berkreasi. Dampak positifnya kemampuan terbaik Pogba keluar dengan sendirina, sebagai raja assist serta pemecah kebuntuan saat penyerang macet.

Lihat saja, Pogba menyumbang sebiji gol plus assist saat Manchester United menghajar Chelsea.

Sumber:  Bola.com

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya