Cerita Penerima Beasiswa Pilot Pemkot Surabaya Saat Bertemu Risma

Adyatma salah satu penerima beasiswa pendidikan pilot dari Pemkot Surabaya, tak menyangka bertemu dengan Wali Kota, Tri Rismaharini dalam penerbangannya.

oleh Liputan Enam diperbarui 15 Agu 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi pilot. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) yang mengikuti kongres V PDI Perjuangan di Bali pada 8-11 Agustus 2019 menjadi cerita tak terlupakan bagi pilot Adyatma Kusuma Wijaya. Adyatma, salah satu pilot yang menerbangkan pesawat ke Bali pada saat itu.

Adyatma Kusuma Wijaya (22), salah satu penerima beasiswa pendidikan pilot kerja sama Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya 2016. Ia tak menyangka bertemu dengan Wali Kota, Tri Rismaharini (Risma) pada Kamis pagi 8 Agustus 2019.

Pertemuan ini terjadi ketika Ady, panggilan akrab Adyatma memang sedang mendapat jadwal terbang Jakarta–Surabaya–Bali–Surabaya. Saat itu,  Risma menjadi penumpang penerbangan Surabaya, Jawa Timur menuju Bali. Dalam wawancara melalui pesan singkat, Ady mengaku mengetahui kabar kehadiran Risma dari petugas darat.

"Dari petugas darat bilang bakal ada VIP, waktu kita tanya siapa ternyata ibu Risma yang naik," ucap Ady saat berbincang dengan Liputan6.com.

Ady pun berkesempatan untuk bertemu dan menyapa wali kota perempuan pertama Surabaya ini di kabin pesawat. Bahkan Risma sempat mengajak untuk foto bersama. Setelah menjadi co-pilot kurang selama lebih 1,5 tahun, penerbangan kali ini membuat Ady terkejut.

"Alhamdullilah senang sekali, dan surprise karena tidak menyangka kalau ibu wali yang saya bawa," tutur dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Sejak Kecil Bercita-cita Jadi Pilot

Adyatma Kusuma Wijaya (Foto: Instagram Dinas Sosial Kota Surabaya)

Setelah lulus dari SMAN 1 Surabaya pada 2016, Adyatma mengikuti program beasiswa pendidikan pilot. Beasiswa ini hasil kerja sama Pemkot Surabaya dengan salah satu maskapai di Indonesia. Ady, seorang anak asisten masak di salah satu restoran Jepang ini sudah sejak kecil bercita-cita menjadi pilot.

Ady menuturkan, program pengentasan bagi orang tidak mampu ini sudah tersebar di banyak tempat, seperti kantor kelurahan, kecamatan, sekolah, koran, dan dinas sosial.

"Surabaya memang memiliki program pengentasan orang tidak mampu, salah satunya beasiswa. Dan infonya sudah tersebar di mana-mana,” ungkapnya.

Setelah melalui berbagai seleksi seperti seleksi administrasi, survei rumah dan dilihat kelengkapan dokumen, Ady baru didaftarkan ke sekolah penerbangan. Bersama dengan empat orang lainnya, akhirnya Ady terpilih untuk mendapatkan beasiswa itu.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengatakan, sempat mendaftar menjadi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jurusan teknik elektro. Namun, Ady hanya melewati masa ospek jurusan yang dilalui selama satu bulan.

Ady mengapresiasi kepada Risma dan Pemkot Surabaya, atas jasa yang telah membuat Ady serta empat kawannya sukses meraih cita-cita.

Ke depan, dalam dua sampai tiga tahun ke depan, Ady berencana mengambil pendidikan lagi di Universitas Terbuka. Dalam akhir wawancara, Ady memberikan pesan bagi anak-anak muda untuk selalu berusaha, berdoa dan bersabar dalam mengejar cita-cita.

“Pesannya kejarlah cita-citamu setinggi langit. Jangan gampang menyerah dengan keadaan, jangan lupa minta doa restu orangtua, tawakal. Usaha, doa & bersabar itu kuncinya,” tutup Ady.

(Kezia Priscilla, mahasiswi UMN)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya