Liputan6.com, Jakarta - Berkarier sejak 2004 lewat film laris Mengejar Matahari, Fedi Nuril selalu kebagian pemeran utama. Mayoritas tokoh yang dimainkannya pria baik-baik dan disukai beberapa perempuan.
Belakangan Fedi Nuril berpikir, jumlah penonton film Indonesia setiap tahun bertambah. Artinya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap film lokal meninggi.
Sebagai aktor, Fedi Nuril berupaya menambah kemampuan akting dengan menjajal genre lain. Bintang film Ayat-ayat Cinta itu berkaca pada kiprah para aktor Bollywood.
Baca Juga
Advertisement
“Para aktor Bollywood tidak terbatas harus bisa akting, menyanyi, dan menari. Harus lebih dari itu. Kalau ditanya apalagi yang dicari dari film Indonesia, (saya ingin) tawaran film horor,” beber Fedi Nuril kepada Showbiz Liputan6.com di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Bukan Penakut
Masalahnya, Fedi Nuril bukan penakut. “Kalau di tengah syuting film horor mau ke kamar mandi tapi harus melewati lorong gelap saya enggak takut. Justru karena tidak takut saya khawatir akting saya di film horor enggak total karena tidak terlihat ketakutan,” sambung Fedi Nuril.
Karenanya saat ditawari main film horor, pemeran Pras dalam film Surga Yang Tak Dirindukan enggan menerima. Pernah, Fedi Nuril mengajukan diri sebagai hantunya saja. Mendengar permintaan Fedi Nuril, produser pun mengernyitkan dahi.
Advertisement
Terlalu Tampan
“Kayaknya penawaran saya itu tidak pernah dianggap serius oleh produser. Mereka malah menjawab, ‘Ah, kamu menolak tawaran saya secara halus.’ Padahal saya serius. Saya jadi setan, hantu, kenapa enggak?” beri tahu aktor kelahiran 1 Juli 1982 itu.
Agaknya Fedi Nuril dianggap terlalu tampan untuk menjadi hantu, setan atau arwah penasaran. Menanggapi dugaan ini, Fedi Nuril tersenyum. “Sepertinya mereka belum punya konsep saya menjadi hantu. Terlalu tampan? Wah, saya enggak tahu,” selorohnya.
Fedi Nuril juga membuka peluang untuk tampil di film biografi atau novel berbasis sejarah. Ia menyatakan keinginan ini usai menyaksikan film Bumi Manusia, pekan ini. “(Syutingnya) pasti capek banget. Tapi setelah melihat filmnya, semua unsur tampak sepadan dan para pemainnya tampil habis-habisan. Itulah hasilnya,” pungkasnya. (Wayan Diananto)