Liputan6.com, Jakarta Tanara yang terletak di Banten dinilai sangat cocok untuk mengembangkan wisata religi karena berdampak positif bagi masyarakat. Hal itu disambut antusias dalam Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Wisata Perdesaan dan Perkotaan di Tanara, Banten, Rabu (14/8)
Sambutan hangat terhadap konsep pengembangan wisata religi disampaikan Pengelola Pondok Pesantren An Nawawi Tanara, Kholid. Bahkan, Kholid mengaku tidak sabar menunggu implementasi dari pengembangan tersebut.
Advertisement
"Pesantren jelas sangat mendukung pengembangan wisata religi di Tanara. Kami sudah tidak sabar lagi menunggu implementasinya karena perencanaannya sudah jelas dan sudah sangat siap," papar Kholid saat memberikan sambutan.
Menurutnya, impact dari pengembangan konsep tersebut akan dirasakan banyak pihak. Khususnya terhadap peningkatan income masyarakat, komunitas, masyarakat, termasuk juga pemerintah daerah.
"Dan dengan wisata religi, tingkat kebahagiaan juga meningkat. Namun, kami harus mempersiapkan konten yang menarik karena hal ini sangat penting sebagai daya tarik. Tapi kami juga harus menyiapkan manajemen dan aksesibilitas. Lewat FGD inilah kami harapkan ada solusinya," papar Kholid.
Dijelaskannya, Tanara memiliki banyak faktor pendukung yang bisa memperkuat konsep wisata religi. Di antaranya dengan memanfaatkan faktor sejarah yang bisa jadi pelengkap.
"Nantinya Tanara juga bisa mengangkat SDM sekitar atau lokal. Tapi kami juga berharap sejarah Tanara bisa terintegrasi juga terhadap kurikulum, biar lebih mendalam. Biar generasi muda juga tahu dan menjaganya. Kami ingin ada totalitas dukungan untuk wisata religi di Tanara," paparnya.
Sementara Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Perdesaan dan Perkotaan Kementerian Pariwisata Vitria Ariani, menilai Banten sangat cocok mengembangkan konsep desa wisata religi.
"Sangat bisa, apalagi Indonesia adalah Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia 2019 versi GMTI. Banten atau Tanara bisa lihat ke Lombok untuk mempelajari konsepnya. Karena Lombok berhasil mengembangkan wisata halal," katanya.
Dijelaskannya, desa wisata punya keunikan. Itulah yang membuat ada pengembangan desa wisata. Desa wisata juga punya tiga kategori, terdiri dari alam, budaya, kreatif.
"Saya hanya berharap semua yang ada di sini bisa menjadi agen perubahan. Menyampaikan ke publik jika pariwisata tidak merusak. Jika pariwisata itu menghasilkan dan masyarakat mendukung hal ini," katanya.
Sementara Asdep Pengembangan Wisata Budaya Kementerian Pariwisata Oneng Setya Harini mengatakan, FGD menjadi sarana untuk membantu Tanara mengembangkan konsep wisata religi.
"Kementerian Pariwisata selalu mendukung pengembangan desa wisata. Lewat FGD ini, kami memberikan pemahaman. Jika pariwisata adalah cara yang mudah untuk meningkatkan income masyarakat," paparnya.
Hal senada disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Ni Wayan Giri Adnyani.
"Kami berharap FGD yang digelar ini memberikan banyak masukan. Memberikan banyak gambaran kepada stakeholder di Tanara. Mengenai bagaimana seharusnya mengembangkan wisata, termasuk wisata religi,” katanya.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pengembangan sebuah destinasi harus didukung dengan CEO Commitment.
"Komitmen kepala daerah untuk mengembangkan sektor parwisata adalah hal terpenting. Tanpa dukungan itu, susah buat sebuah destinasi yang ingin sustain. Harus diingat, pariwisata bukan hanya penyumbang terbesar buat devisa negara, tetapi juga PAD. Jadi sayang jika tidak dimaksimalkan," katanya.
(*)