Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo mengharapkan agar setiap desa di Sidoarjo, memiliki masing-masing tempat pembuangan sampah (TPS). Dengan begitu, masyarakat dapat langsung mengolah sampah tersebut.
Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin menuturkan, ada TPS di setiap desa membuat sampah mentah dari masyarakat dapat langsung dipilah. Kemudian hasil sampah itu dijadikan pupuk. Langkah itu dapat membuat tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi lebih awet. Hal ini karena hanya sedikit sampah yang akan dikirimkan kesana.
Nur Ahmad juga mengapresiasi kegiatan Festival Sampah 2019 yang diadakan di TPST Janti Waru pada Rabu, 14 Agustus 2019. Festival sampah ini merupakan inisiasi Kepala Desa Janti Irsyad dan seluruh masyarakat Desa Janti, Waru. Nur Ahmad mengatakanm kalau kegiatan tersebut juga menjadi motivasi bagi desa lainnya di Sidoarjo.
Baca Juga
Advertisement
"Sekitar 20 stan pameran daur ulang turut serta menampilkan berbagai hasil produk berbahan sampah. Ini merupakan terobosan luar biasa dalam penanggulangan sampah menjadi produk bernilai ekonomi,” ujar dia.
Selain itu, pihaknya mengapresiasi atas terselenggaranya Festival Sampah 2019 yang pertama digelar di Kabupaten Sidoarjo, Desa Janti Waru. Pengelolaan sampah itu dapat langsung dipilah menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis, dan dapat dijadikan pupuk organik.
Kepala Desa Janti, Irsyad menambahkan, masalah sampah membutuh realisasi yang nyata, misalkan dengan menciptakan lingkungan bebas sampah di Desa Janti Waru.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jurus Risma Kurangi Sampah Plastik di Surabaya
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi sampah plastik. Bahkan langkah tersebut dilakukan sebelum Indonesia ramai-ramai disebut menjadi negara penyumbang sampah plastik kedua terbesar di dunia.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) menuturkan, Pemkot Surabaya sudah mengimbau siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah pertama (SMP) untuk membawa botol minuman atau tumbler. Imbauan tersebut sudah dilakukan sekitar dua tahun lalu.
Selain itu, anak sekolah juga membawa piring untuk tempat makanan sehingga tidak memakai bungkusan atau streofoam. Bahkan di pemerintahan kota juga memakai gelas sehingga mengurangi plastik. Risma menilai, langkah tersebut berdampak untuk menekan pemakaian plastik di Surabaya, Jawa Timur
"Sudah lama. Sudah dua tahun. Maka saya juga heran jadi aneh, sudah lakukan lama (larangan memakai botol plastik-red). Presentasi tahun lalu pas Adipura, di luar negeri sudah sampaikan, sudah lakukan itu (membawa botol minuman atau tumbler-red)," ujar Risma saat ditemui di gedung SCTV Tower, Senin, 5 Agustus 2019.
Risma juga menceritakan mengenai pentingnya mengelola sampah. Ia menilai, daerah perkotaan memiliki sejumlah masalah yang menakutkan mulai dari transportasi, sampah dan air bersih. Salah satu masalah paling berat yaitu sampah. Pengelolaan sampah bila tidak dikelola benar berdampak terhadap masalah kesehatan yang menimbulkan penyakit dan banjir.
Selain itu, menurut Risma, bila suatu kota kotor berdampak terhadap psikologi masyarakat. Ia mencontohkan, ketika jalan di suatu jalanan yang tidak bersih, seseorang akan tega membuang sampah sembarangan. Jika ada gedung dan pusat perbelanjaan yang bersih, menurut Risma hal tersebut akan membuat masyarakat enggan untuk membuang sampah sembarangan.
Risma mengatakan, untuk mendorong masyarakat peduli terhadap sampah juga dimulai dari pemerintah yang memberikan contoh kepada masyarakat.
"Pertama kita harus bersih dulu pemerintah. Bagaimana paksakan masyarakat untuk kelola sampah, tugas tidak kami lakukan. Tugas pemerintah, saya tidak mau kotor, masyarakat dan pemerintah sudah lakukan, minimal tidak membuat kotor. Tidak membuang sampah sembarangan," ujar Wali Kota Perempuan pertama di Surabaya ini.
Advertisement