Sempat Bikin Bandara Mandeg Beroperasi, Demonstran Hong Kong Minta Maaf pada Turis

Demonstran Hong Kong meminta maaf kepada publik - khususnya wisawatan pada Rabu.

oleh Siti Khotimah diperbarui 15 Agu 2019, 06:30 WIB
Ribuan pegawai negeri sipil (PNS) mengikuti unjuk rasa menolak RUU Ekstradisi di Hong Kong, Jumat (2/8/2019). Mereka mendukung gerakan demonstran pro demokrasi. (ANTHONY WALLACE/AFP)

Liputan6.com, Hong Kong - Ada yang unik dari aksi protes di Hong Kong. Setelah pengunjuk rasa anti-pemerintah sebelumnya terlibat bentrok dengan aparat dan mengganggu wisatawan asing, mereka meminta maaf kepada publik - khususnya wisawatan pada Rabu.

Setelah bandara mendapat perintah pengadilan untuk bersih-bersih terminal, sebagian pemrotes di Hong Kong tetap berada di sana. Kali ini mereka menyapa pelancong dengan turut meminta maaf atas peristiwa malam sebelumnya.

"Maaf untuk apa yang terjadi kemarin," demikian bunyi salah satu spanduk, ketika bandara itu telah kembali tenang seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (15/8/2019)

"Kami telah putus asa. Mohon berkenan menerima permintaan maaf kami," lanjut spanduk yang sama.

Aksi duduk besar-besaran telah menyebabkan pembatalan penerbangan putaran pertama pada hari Senin. Sekitar 180 penerbangan gagal beroperasi, ketika ribuan demonstran berpakaian hitam memenuhi terminal.

Mereka juga sempat kembali secara massal pada hari Selasa. Memaksa otoritas bandara untuk membatalkan sekitar 400 penerbangan.

Slogan-slogan yang ditujukan kepada pejabat China daratan dan para turis mengatakan "Demokrasi adalah hal yang baik. Kami berada disini untuk menghalangi operasi (bandara), hanya untuk satu tujuan, yaitu karena kami cinta dan peduli akan nasib Hong Kong. Kami harap kalian mengerti."

Menjelang malam, bandara menjadi kacau, dengan polisi menembakkan semprotan merica ke pengunjuk rasa. Setidaknya lima demonstran ditangkap oleh aparat dalam kejadian itu.

Simak pula video pilihan berikut:


Protes Akan Berlanjut?

Perawat dan staf medis mengenakan penutup mata dan masker saat unjuk rasa di sebuah rumah sakit di Hong Kong (13/8/2019). Mereka memprotes kebrutalan polisi yang menurut mereka terjadi selama demonstrasi anti-pemerintah berlangsung pada akhir pekan. (AP Photo/Kin Cheung)

Sementara sekelompok orang datang ke bandara untuk meminta maaf pada hari Rabu, sebagian besar pengunjuk rasa yang lain tetap berkumpul. Mengindikasikan protes akan terus dilakukan.

Sementara itu, peristiwa paling mengejutkan terjadi pada hari Selasa ketika para pemrotes mengepung, memukul, dan mengikat dua pria dari China daratan.

Yang satu dicurigai sebagai petugas keamanan, sementara yang lain ternyata seorang jurnalis untuk Global Times yang didukung Partai Komunis. Kedua laki-laki itu dicurigai sebagai mata-mata untuk pemerintah di Beijing.

Wartawan itu, Fu Guohao, diikat ke troli bandara dengan ritsleting plastik dan ditemukan dengan kaus biru bertuliskan "Saya suka polisi", kaos yang sama yang dikenakan oleh para peserta dalam demonstrasi pro-polisi baru-baru ini. 


Ini Kata PBB

Ilustrasi (iStock)

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB akhirnya angkat bicara terkait rangkaian demonstrasi Hong Kong yang telah berlarut-larut.

Organisasi multilateral dunia itu menyerukan agar demonstran "beraksi secara damai", sementara mendesak pemerintah Hong Kong untuk "mendengarkan Keluhan masyarakat."

Melalui Kantor Komisaris Tinggi HAM (OHCHR), PBB juga menggarisbawahi laporan dugaan brutalitas polisi huru-hara yang telah menggunakan alat pengendali massa "secara berisiko, bahkan berpotensi menimbulkan luka serius hingga kematian" kepada demonstran.

Penggunaannya bahkan terindikasi melanggar "norma dan standar internasional", kata OHCHR.

Oleh karenanya, OHCHR mendesak agar otoritas Hong Kong meninjau kembali regulasi mereka terkait penggunaan alat-alat pengendali massa.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya