Liputan6.com, Jakarta - Sektor pertanian adalah penyumbang terbesar kedua terhadap perekonomian Indonesia, tapi banyak petani lokal belum dapat menikmati hasil yang adil atas jerih payah mereka.
Indonesia adalah negara agraris, tapi tingkat kesejahteraan petani masih rendah karena berbagai permasalahan. Menurut data yang diolah TaniGroup (TaniHub & TaniFund) dari berbagai sumber, mayoritas dari total 35 juta petani di Indonesia adalah smallholder farmers, yaitu petani yang memiliki ukuran lahan tidak lebih dari 0,3 hektar.
Pada umumnya, petani lokal masih menggunakan teknologi sederhana dalam bekerja dan 61 persen dari mereka berusia di atas 45 tahun. Mereka juga seringkesulitan dalam memasarkan hasil pertaniannya, sehingga harus bergantung pada middlemen atau perantara.
Baca Juga
Advertisement
Ketergantungan pada middlemen ini membuat rantai pasok (supply chain) di pertanian sangat panjang, yang mengakibatkan harga yang diterima petani dari penjualan hasil panennya sangat jauh berbeda dengan harga yang dibayar konsumen (end user).
TaniHub melihat berbagai permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan cara menyederhanakan rantai pasok (supply chain) di pertanian melalui inovasi dalam teknologi informasi. Didirikan pada pertengahan 2016, usaha rintisan ini memantapkan konsepnya sebagai e-commerce dan melakukan transaksi untuk pertama kalinya di November pada tahun yang sama.
Mereka kemudian menemukan permasalahan lainnya yang dihadapi oleh para petani Indonesia: akses keuangan. Karena itulah program kekinian TaniFund lahir untuk menjawab kebutuhan petani untuk pendanaan usaha taninya.
"Kami menyadari kesejahteraan hidup petani hanya bisa ditingkatkan jika upaya perubahan dilakukan dari berbagai sisi dan tidak terbatas pada supply chain saja. Jadi kami mendirikan TaniFund; sebuah crowdfunding platform yang menyalurkan pendanaan dari lender kepada para borrower, dalam hal ini adalah petani," terang Ivan Arie Sustiawan, CEO dan CoFounder TaniGroup.
Salah satu mitra TaniFund adalah Egi Gunawan, seorang petani millennial yang berusia 27 tahun dan kerap disapa Kang Egi. Bersama kelompok taninya, Guna Tani, Kang Egi berhasil mengembangkan budidaya tomat TW dan cabai merah keriting lewat pembiayaan peer-to-peer lending dari TaniFund.
Pertanian untuk Semua Orang
Menurut Kang Egi, TaniFund sangat membantu para petani. Dengan akses pembiayaan melalui program budi daya tanaman, ia dan kelompok tani jadi dapat menghitung dan merencanakan dengan rinci. Mulai dari kebutuhan operasional dari sebelum masa tanam, sampai masa panen.
Setelah panen, TaniHub selaku sister company TaniFund menjadi solusi pemasaran secara offline maupun online. Untuk memastikan proyek budidaya berjalan lancar, tim field specialist.
TaniFund juga membimbing petani melalui aplikasi yang mudah diakses, yaitu farmer’s app. Dengan bantuan teknologi tersebut, mitra petani TaniFund dapat lebih tertata dalam mengelola proyeknya.
Sebagai petani muda, Kang Egi berusaha menularkan pengelolaan usaha tani yang modern dan profesional kepada kelompok tani-nya. TaniGroup percaya sudah saatnya petani Indonesia melek teknologi dan inovasi supaya dapat mengelola usaha tani mereka secara lebih profesional dan meningkatkan skala usaha ke level yang lebih layak secara komersial (commercially viable).
Dengan visi 'Agriculture for Everyone' (Pertanian untuk Semua Orang), TaniGroup berupaya menciptakan sebuah ekosistem di mana petani dan masyarakat umum dapat saling mendukung dan berkontribusi untuk membangun sektor pertanian. TaniGroup mengajak para petani Indonesia untuk memaksimalkan hasil panen mereka dan memasarkannya dengan leluasa, baik kepada pembeli individu, modern channel, maupun usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
"Sampai saat ini sudah 25 ribu petani tergabung dengan TaniGroup. Dana yang tersalurkan sudah lebih dari Rp 75 miliar kepada 2.100 petani dalam 83 proyek budidaya melalui TaniFund," jelas Ivan Arie Sustiawan.
"Dengan gudang dan cabang yang tersebar di lima kota; Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya, ke depannya kami sudah membuat sejumlah program untuk menjangkau petani di luar pulau Jawa," pungkasnya.
Advertisement