Liputan6.com, New York - Miliarder Joseph Tsai (55) dari Alibaba membeli klub basket asal New York, yakni Brooklyn Nets. Total dana yang ia habiskan mencapai USD 2,35 miliar atau Rp 33,5 triliun (USD 1 = Rp 14.256).
Harga Rp 33 triliun disebut harga yang tergolong sangat mahal dalam pembelian franchise olahraga. Transaksi ini terjadi antara Tsai dari miliarder Rusia bernama Mikhail Prokhorov, demikian laporan Business Insider.
Baca Juga
Advertisement
Kini, miliarder itu memiliki 49 persen saham Brooklyn Nets.
Menurut New York Times, Tsai ditaksir akan mengambil alih kontrol Barclays Center yang merupakan kandang Brookly Nets. Barclays Center memiliki 19 ribu bangku dan berlokasi di Downtown Brooklyn.
Sebetulnya dua tahun lalu performa Brookly Nets sempat jatuh pada dua tahun lalu dan mendapat predikat tim NBA terburuk. Namun, pemasukan klub ini diperkirakan naik 10 persen sampai 15 persen setelah membeli pemain muda Kyrie Irving yang sedang naik daun dan Kevin Durant, eks-pemain Golden State Warriors.
Tsai membantu Jack Ma mendirikan Alibaba pada tahun 1999 lalu. Ia menjabat sebagai vice chairman dan merupakan pemegang terbesar kedua di Alibaba setelah Jack Ma sendiri.
Menurut Forbes, kekayaan Tsai adalah sebesar USD 9,5 miliar (Rp 135,3 triliun). Sang miliarder diketahui lahir di Taiwan dan memiliki paspor Kanada.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Orang Kaya di Hong Kong Ramai-Ramai Kehilangan Status Miliarder
Laporan Capgemini menyebut para orang kaya asal Hong Kongkehilangan status orang kaya mereka secara massal pada 2018. Tercatat ada 13 persen orang terkaya Hong Kong yang kekayaannya menurun drastis, padahal rata-rata global hanya tiga persen.
Dilaporkan South China Morning Post, Jumat, 9 Agustus 2019, satu dari 10 orang kaya Hong Kong yang mempunyai status High Net Worth Individual (HNWI) pada awal 2018 tak bisa lagi menyandang status itu pada akhir tahun. Orang yang mendapat predikat HNWI adalah mereka yang punya kekayaan minimal USD 1 juta atau Rp 14,1 miliar (asumsi kurs USD 1 = Rp 14.189).
Wilayah Hong Kong disebut sensitif terhadap pergerakan pasar. Seperti diketahui, ekonomi global sedang melambat akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, sehingga negara yang memiliki ketergantungan pada perdagangan global terkena dampak paling parah. Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pun melambat pada tahun lalu.
"Kapitalisasi pasar turun sekitar 12 persen dan pertumbuhan GDP juga menurun ketimbang naik, dan pasar real estate di Hong Kong sedang cooling-off. Faktor-faktor tersebut bila digabungkan membuat ekuitas di Hong Kong menurun, yang memberi dampak ke miliarder atau jutawan Hong Kong," ujar Chirag Thakral, kepala deputi Global Financial Services Market Intelligence Strategic Analysis Group di Capgemini.
Para orang kaya Hong Kong baru mendapat untung besar ketika pasar dalam keadaan bullish(naik), dan sebaliknya berlaku ketika performa pasar melambat. Namun, Hong Kong tidak sendirian, sebab pada tahun lalu jumlah orang kaya dari China, India, dan Singapura juga menurun.
Capgemini mencatat untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun kekayaan di dunia menurun. Untuk pengecualian, ada satu wilayah yang kekayaannya terus bertumbuh pada tahun lalu, yakni Timur Tengah.
Advertisement
Para Taipan Rugi 265 Triliun Akibat Protes Hong Kong
Sebelumnya juga dilaporkan, situasi ekonomi Hong Kong pada tahun ini pun masih buram karena terdampak gejolak sosial-politik. Sebelumnya dilaporkan, para miliarder rugi akibat protes yang berkepanjangan.
Protes Hong Kong demi melawan pengaruh China membuat para taipan harus bersabar. Protes pro-demokrasi yang sudah berjalan sembilan minggu ini membuat para miliarder rugi USD 18,6 miliar atau Rp 265 triliun (asumsi kurs USD 1 = 14.265).
Menurut laporan Bloomberg, kekayaan 10 taipan terkaya di Hong Kong menurun karena nilai saham perusahaan mereka yang tergerus sejak 23 Juli lalu. Penyebabnya adalah gabungan krisis politik dan perang dagang yang terjadi.
Miliarder dermawan Li Ka-shing mengalami kerugian terbesar, yakni USD 2,7 miliar (Rp 38,5 triliun). Sementara itu CEO Tencent Ma Huateng kehilangan USD 1,6 miliar (Rp 22,8 triliun). Saham Tencent kebetulan didaftarkan di Bursa Efek Hong Kong.
Krisis politik Hong Kong yang belum menemukan jalan terang membuat luntur daya tarik Hong Kong sebagai kota keuangan dan perdagangan dunia. Sektor turisme dan ritel juga sudah kena dampak. Beberapa pendemo pun sampai menduduki bandara hingga mengganggu penerbangan.
Protes awalnya berlangsung damai, tetapi ternyata terus berlanjut dan belakangan sudah mulai melibatkan kekerasan fisik yang melibatkan pendemo, aparat, dan oknum sipil yang melawan pendemo. Para PNS pun sampai ikut turun ke jalan untuk protes.
"Situasi sudah tereskalasi ke wilayah yang tak bisa jelaskan (unknown territory), jadi sekarang para investor mengambil pendekatan wait-and-see. Masih agak sulit melihat ke mana arahnya hal ini," ujar Shaun tan, analis UOB Kay Hian.
Para pendemo pro-demokrasi sebetulnya berhasil menyetop RUU Ekstradisi yang dianggap membahayakan. Kini mereka menuntut agar Kepala Eksekutif Carrie Lam untuk mundur sebagai pemimpin Hong Kong karena dianggap sebagai boneka pemerintahan China.