4 Fakta Liverpool Bisa Menumbangkan Dominasi Manchester City di Liga Inggris

Pelan namun pasti, Liverpool di bawah asuhan Jurgen Klopp menjelma menjadi kekuatan menakutkan di Liga Inggris dan pentas Eropa.

oleh Ario Yosia diperbarui 16 Agu 2019, 13:00 WIB
Winger Liverpool, Sadio Mane, berhasil mencetak dua gol sekaligus membantu timnya menjuarai Piala Super Eropa 2019 di Vodafone Park, Istanbul, Rabu (4/8/2019) malam waktu setempat. (AP Photo)

Liverpool - Tangan dingin Jurgen Klopp mulai memberi dampak positif bagi Liverpool. Satu per satu gelar juara mulai diraih The Reds.

Setelah memenangi gelar Liga Champions 2018-2019, selanjutnya Liverpool meraih gelar UEFA Super Cup. Mohamed Salah dan kolega mengalahkan Chelsea lewat drama adu penalti 5-4 (2-2).

Jurgen Klopp punya peran besar merubah perwajahan Liverpool, dari tim yang terjebak euforia kesuksesan masa lalu menjadi tim superior.

Hal itu dilakukan setelah tiga musim ia singgah di Anfield. Ia pun beruntung, manajemen klub mau bersabar. Tetap menaruh kepercayaan kepadanya, walau The Reds tak kunjung meraih gelar juara di tiga musim awal.

Hebatnya, Klopp membangun soliditas permainan Liverpool hingga sampai ke level ini dengan tidak menghamburkan banyak uang. Virgil van Dijk jadi pemain paling mahal yang didatangkan Liverpool dengan nilai transfer 84,65 juta euro. Sisanya Liverpool mendatangkan pemain dengan harga normal.

Sebelum sulap Jurgen Klopp bekerja, siapa yang mengenal sosok Sadio Mane, Andrew Robertson, atau Georginio Wijnaldum?

Berikut 4 alasan kenapa Liverpool layak diunggulkan bisa menumbangkan dominasi Manchester City di pentas Liga Inggris:

Nikmati Video Piala Super Eropa antara Liverpool Vs Chelsea:


Lini Depan yang Ganas

Penyerang Liverpool, Sadio Mane berselebrasi setelah mencetak gol ke gawang Chelsea pada pertandingan Piala Super Eropa 2019 di Besiktas Park, di Istanbul (15/8/2019). Sane mencetak dua gol di pertandinga ini . (AP Photo/Emrah Gurel)

Saat Liverpool melepas Philippe Coutinho ke Barcelona, banyak pundit menilai Liverpool menderita kerugian besar. Mereka tidak punya lagi sosok penyerang kelas dunia yang bisa diandalkan untuk mengedor pertahanan lawan.

Sebelumnya, Liverpool juga kehilangan striker top, Luis Suarez. Imbas kepergiannya amat terasa di sektor depan sebelum akhirnya Coutinho untuk ketajaman.

Namun, prediksi itu ternyata salah. Sepeninggal Coutinho ketajaman Liverpool tetap terjaga, atau bahkan lebih ganas lagi.

Keputusan Klopp merekrut Mohamed Salah amat tepat. Penyerang asal Mesir itu jadi mesin gol andalan Liverpool. Dua musim terakhir ia mencatatkan diri sebagai top scorer Premier League.

Salah tidak bekerja sendirian di lini depan. Liverpool juga punya Roberto Firmino dan Sadio Mane, yang membuat trisula sektor depan jadi makin trengginas. Produktivitas ketiga pemain merata. Bahkan Mane musim lalu bareng Salah jadi pemain paling tajam di pentas kompetisi dengan torehan 22 gol.

Saat salah satu pemain di atas absen karena cedera atau akumulasi kartu, lini depan Liverpool tetap tajam. Mereka punya pemain-pemain pelapis yang kemampuannya tidak jomplang. Divock Origi, Xherdan Shaqiri, Adam Lallana, selalu siap diandalkan saat dibutuhkan.

Kedalaman sektor depan ini membuat produktivitas Liverpool selalu terjaga. Buat Jurgen Klopp ia lebih mudah melakukan perubahan sistem permainan menyerang karena punya berbagai tipe striker siap pakai.


Lini Belakang yang Kokoh

Pemain Liverpool, Mohamed Salah, merayakan gol yang dicetak Virgil Van Dijk ke gawang Norwich pada laga Premier League di Stadion Anfield, Liverpool, Jumat (9/8). Liverpool menang 4-1 atas Norwich. (AFP/Oli Scarff)

Keputusan Liverpool merekrut Virgil Van Dijk jadi pembeda. Harga beli yang mahal terbayar dengan sepadan. Liverpool punya sosok jenderal lini belakang berkarakter.

Kehadiran bek raksasa asal Belanda itu membuat lini pertahanan Liverpool sulit ditembus lawan. Ia selalu tampil sama bagus saat diduetkan dengan Joel Matip dan Dejan Lovren. Kedua bek ini performanya ikut terkatrol.

Liverpool mendatangkan bek muda Sepp van den Berg sebagai opsi serep di lini belakang. Mereka juga punya pemain serbabisa, Fabinho, yang bisa tampil sama bagus sebagai gelandang jangkar atau stoper.

Di sisi lain Liverpool punya dua fullback yang agresif. Trent Alexander-Arnold, Andrew Robertson, Joe Gomez melengkapi kepingan pertahanan yang solid The Reds.


Kiper Jago yang Sulit Ditaklukkan

Kiper Liverpool, Alisson Becker. (AFP/Oli Scarff)

Di dua musim awal Liverpool selalu diganggu problem stabilitas permainan penjaga gawang. The Reds kalah di final Liga Europa 2016-2017 (Vs Sevilla) dan Liga Champions 2017-2018 (Vs Real Madrid) karena faktor kiper yang melakukan aksi blunder merugikan tim.

Musim lalu, Liverpool mendaratkan Alisson Ramses Becker dari AS Roma dengan banderol 62,5 juta euro. Biaya transfer sebesar itu tak sia-sia.

Kehadiran Alisson Becker mendatangkan kenyamanan di lini belakang. Saat menghadapi laga-laga krusial kiper asal Brasil tersebut bisa diandalkan melakukan aksi-aksi penyelamatan penting.

Menatap musim 2019-2020 ini Liverpool mendatangkan Adrian San Miguel del Castillo dengan status free transfer. Mantan kiper West Ham United tersebut membuktikan ia bisa jadi serep yang baik. Saat Alisson cedera, ia mengawal gawang Liverpool di final Piala Super Eropa melawan Chelsea. Ia jadi pahlawan saat adu penalti.


Lini Tengah yang Kolektif dan Bertenaga

Gelandang Liverpool, James Milner mengangkat Piala Super Eropa 2019 setelah mengalahkan Chelsea pada pertandingan Piala Super Eropa 2019 di Besiktas Park, di Istanbul (15/8/2019). Liverpool menang adu penalti atas Chelsea 5-4 (2-2). (AP Photo/Thanassis Stavrakis)

Lini tengah Liverpool terhitung biasa saja. Kalah mentereng dibanding, Manchester City, Chelsea, Tottenham Hotspur, Manchester United, atau bahkan Arsenal.

Tak ada satu pun gelandang dengan skill individu menonjol. Namun, satu hal yang membuat mereka istimewa: sama-sama pekerjakeras.

Alex Oxlade-Chamberlain, James Milner, Jordan Henderson, Georginio Wijnaldum, Naby Keita, dan Fabinho tipikal gelandang-gelandang bertenaga kuda. Ditunjang fisik yang prima mereka bisa bermain konstan dengan tempo tinggi sepanjang laga.

Sytle permainan yang terus menekan lawan milik Jurgen Klopp tidak membutuhkan gelandang stylist.  Ia butuh pemain-pemain dengan agresivitas tinggi, cepat, dan bertenaga.

Keistimewaan lain dari gelandang-gelandang Liverpool adalah mereka amat kuat dalam hal kolektivitas. Tak ada ego untuk menonjolkan kemampuan individu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya