Kata Bekraf, Ini 3 Kelemahan Startup Indonesia

Ada banyak hal yang menyebabkan ribuan startup di Indonesia tak mampu bertahan lama.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Agu 2019, 07:00 WIB
Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melalui program BEKRAF For Pre-Start Up (BEKUP) 2019 memberikan pendampingan kepada calon pendiri start up di tiga kota terpilih, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Depok. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta Startup atau usaha rintisan seolah menjadi ikonis masyarakat di era Revolusi Industri 4.0. Sayangnya, startup yang jumlahnya ribuan di Indonesia kerap kali sulit bertahan. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melalui program BEKRAF For Pre-Start Up (BEKUP) menguliti persoalan startup di Indonesia dan menawarkan solusinya.

Masalah pertama yang ada start up yang dibuat monoton dan lebih kerap mengikuti start up yang sudah ada dan sukses masuk ke pasar.

"Itu lagi, itu lagi, ada startup layanan transportasi semua bikin sejenis, e commerce juga demikian, semua ikut juga, padahal masalah yang dihadapi banyak dan tidak sebatas masalah transportasi atau jual beli saja," ujar Muhammad Neil El Himam, Direktur Fasilitasi Infrastruktur TIK BEKRAF, seusai membuka BEKRAF For Pre-StartUp di Fisipol UGM, Jumat (16/8/2019).

Melalui kegiatan ini, ia mendorong peserta untuk membuat start up di bidang lain sebagai upaya memecahkan permasalahan yang lebih luas. Ia mencontohkan, masalah kesehatan juga penting, mengingat Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan tenaga kesehatan masih minim.

Kedua, talenta. Menurut Neil, banyak lulusan jurusan IT di Indonesia tidak bisa coding. Artinya, lulusan IT kurang memenuhi persyaratan pasar industri digital.

"Tidak pernah secara tertulis, saya dengar hanya 20 persen yang siap kerja. Itu bisa ditanyakan ke perusahaan besar yang sulit mencari tenaga kerja IT," ucapnya.

Salah satu solusi yang sudah dilakukan untuk meningkatkan jumlah tenaga IT yang berkualitas adalah dengan memberikan beasiswa. Ia menyebutkan Kemnekominfo menyelenggarakan digital talent scholarship beasiswa untuk 25.000 orang pada 2019 dan 100.000 orang pada tahun depan. BEKRAF membantu dalam pencarian peserta potensial yang bisa mengakses beasiswa.

Ketiga, masalah pendanaan. Ia tidak memungkiri pendanaan menjadi masalah dalam perkembangan startup tanah air. Oleh karena itu, BEKRAF mulai mendorong investor untuk mau mendanai. Langkah yang diambil adalah masuk ke asosiasi investor.

 


Indonesia Pasar Potensial

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melalui program BEKRAF For Pre-Start Up (BEKUP) 2019 memberikan pendampingan kepada calon pendiri start up di tiga kota terpilih, yakni Bandung, Yogyakarta, dan Depok. (Liputan6.com/ Switzy Sabandar)

Neil mengungkapkan, Indonesia merupakan pasar potensial karena terdapat 150 juta pengguna internet. Namun, hanya 10 persen produk lokal platform di e commerce.

Ia menilai untuk mendirikan start up perlu ekosistem digital yang mumpuni, meliputi peningkatan  modal manusia, pendanaan yang berbeda dengan model bisnis konvensional, menginisiasi teknologi infrastruktur dalam negeri, dukungan media, pemerintah, akademisi, dan komunitas, serta menguasai big data.

Sejak diselenggarakan pertama kalipada 2017, BEKUP berhasil memberikan pendampingan kepada calon pendiri start up digital di 18 kota terpilih. BEKUP 2019 gelombang kedua ini akan berlangsung selama dua bulan dan memiliki lima rangkaian program, yakni bootcamp, team consultation, mid evaluation, routine review journey, dan final evaluation.

"Untuk gelombang 2 ini ada 110 peserta," ujar Menhariq Noor, Kepala Sub Direktorat Perancangan TIK BEKRAF.

Ia juga tidak menargetkan mereka menjadi unicorn, karena yang terpenting start up bisa berkelanjutan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya