Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Jawa Timur (Jatim) pada Januari-Juli 2019 sebesar USD 11,70 miliar. Ekspor ini naik 0,07 persen dibandingkan Januari-Juli 2018 mencapai USD 11,69 miliar.
Nilai ekspor Jawa Timur pada Juli 2019 mencapai USD 1,78 miliar atau naik 17,90 persen dibandingkan Juni 2019. Ekspor tersebut didominasi komoditas nonmigas yang naik sebesar 25,31 persen menjadi USD 1,78 miliar dari sebelumnya USD 1,42 miliar.
Kepala BPS Jawa Timur, Teguh Pramono menuturkan, komoditas nonmigas menyumbang sebesar 99,95 persen dari total ekspor Juli 2019. Sedangkan komoditas migas turun sebesar 99,01 persen dari USD 90,16 juta pada Juni 2019 menjadi USD 0,89 juta pada Juli.
"Ekspor migas Jatim anjloknya cukup besar," ujar Teguh, di Surabaya, seperti dilansir Antara, Jumat (16/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ia menuturkan, ekspor terbesar berasal dari kelompok perhiaan/permata dengan nilai transaksi sebesar USD 327,19 juta yang berkontribusi sebesar 18,35 persen terhadap total ekspor Jatim.
Kelompok berikutnya yang juga memberikan kontribusi cukup besar yaitu kayu, barang dari kayu yang berkontribusi sebesar 6,81 persen terhadap total ekspor Jatim.
Sementara itu, kelompok barang yang nilai ekspornya naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya adalah tembakau, alas kaki, kayu, barang dari kayu.
Untuk tembakau, ia menuturkan, ekspor pada Juli mencapai USD 52,22 juta atau naik 76,31 persen. Ekspor itu umumnya ditujukan ke Singapura. Kemudian alas kaki, nilai ekspornya naik 70,92 persen menjadi USD 60,05 juta. Sasaran negara terbanyak ke Italia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Surabaya Cetak Inflasi 0,11 Persen pada Juli
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Surabaya melaporkan inflasi Juli 2019 sebesar 0,11 persen dari periode Juni 2019 sebesar 0,21 persen.
Mengutip laman BPS, Selasa (6/8/2019), Surabaya mencatat indeks harga konsumen (IHK) sebesar 137,01. Sementara itu, nasional nilai inflasinya mencapai 0,31 persen dan Jawa Timur sebesar 0,16 persen.
Jika dibandingkan dari delapan kota IHSG di Jawa Timur, enam kota alami inflasi dan dua kota alami deflasi. Tercatat Kediri alami inflasi tertinggi yaitu sebesar 0,44 persen. Surabaya dinilai termasuk alami inflasi terendah, sedangkan deflasi tertinggi di Kabupaten Sumenep.
Inflasi di Surabaya terjadi karena enam kelompok pengeluaran alami inflasi dan satu kelompok pengeluaran alami deflasi.
Kelompok pengeluaran yang alami kenaikan harga atau inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,91 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang alami deflasi hanya kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,53 persen.
Lalu apa saja komoditas yang kontribusi terbesar terjadinya inflasi pada Juli 2019?
Komoditas itu antara lain cabai rawit, emas, perhiasan, daging ayam ras, tahu mentah dan udang basah.
Sedangkan komoditas yang dominan dalam menghambat terjadinya inflasi di Surabaya pada Juli 2019 antara lain tarif kereta api, angkutan antar kota, tomat, bawang putih dan kendaraan carter/rental
Lalu inflasi tahun kalender Surabaya sebesar 1,31 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 2,73 persen. Di Jawa Timur, laju inflasi tahun kalender sedikit lebih tinggi sebesar 1,32 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun nilainya lebih rendah sebesar 2,5 persen. Di tingkat nasional, inflasi tahun kalender sebesar 2,36 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 3,32 persen.
Advertisement