Liputan6.com, Jakarta - Warga Sekardangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, membangun gapura dalam rangka menyambut HUT ke 74 Republik Indonesia menggunakan bahan daur ulang yang ramah lingkungan sebagai bahan utama.
Ketua RT 23 RW07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo, Edi Priyanto, mengatakan gapura yang dibangun tersebut menggunakan asesoris dan ornamen yang berasal dari bahan daur ulang.
"Gapura ini merupakan salah satu peserta Festival Gapura Cinta Negeri yang tepatnya berada di RT.23 RW.07 Kelurahan Sekardangan, Sidoarjo," katanya, Kamis 15 Agustus 2019, dilansir Antara.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengatakan jika, wilayahnya pada tahun ini mengikuti Festival Gapura Cinta Negeri yang didedikasikan untuk 74 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, dengan konsep dibuat menggunakan bahan daur ulang dan ramah lingkungan.
"Ini kali kedua mengikuti festival gapura setelah sebelumnya pada Tahun 2018 kami berhasil menjadi wakil Provinsi Jawa Timur dalam kompetisi Gapura Asian Games hingga tingkat nasional," katanya.
Edi menjelaskan bahwa pengerjaan gapura tersebut tak lepas dari keterlibatan seluruh warga. Hal ini menunjukkan adanya kebersamaan, kepedulian dan dedikasi warga untuk ikut mengapresiasi perjuangan pahlawan yang telah mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia.
"Gapura tersebut mengandung tiga unsur utama, yaitu Lambang Negara 'Garuda Pancasila', Sang saka 'Merah Putih' serta logo 74 tahun Kemerdekaan RI bertemakan SDM Unggul Indonesia Maju yang juga ditunjukkan dengan beberapa asesoris dan ornamen yang menggambarkan upaya pengembangan SDM unggul Indonesia," katanya.
Menurutnya, bahan yang digunakan mayoritas menggunakan bahan ramah lingkungan, seperti, tikar pandan, anyaman bambu, kertas dan kayu, juga pemanfaatan bahan bekas, seperti, botol kosong, koran bekas dan plastik bekas.
"Konten lokal juga ditampilkan, di antaranya lukisan bandeng dan udang yang merupakan khas Kabupaten Sidoarjo, juga adanya topeng malangan, kuda lumping, kenthongan serta batik," katanya.
Ia mengatakan, untuk sumber dana, pihaknya menggunakan dari jimpitan uang receh, budi daya hidroponik dan pengelolaan sampah, seperti penjualan pupuk organik (padat dan cair), penjualan komposter aerob bermotif dan manajemen bank sampah.
"Bahkan saat ini warga sudah tidak lagi membayar iuran dengan uang, namun cukup hanya menyetorkan sampah terpilahnya melalui bank sampah," katanya.