Liputan6.com, Ponorogo - Di tengah hiruk pikuk perayaan hari kemerdekaan, ternyata masih ada warga negara yang belum merdeka. Nenek Sarjinah salah satunya, warga Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur itu belum merdeka dari kemiskinan dan penyakit kanker kulit menggerogoti matanya.
Saat Liputan6.com berkunjung, dirinya sedang terbaring di tempat tidur bambu. Nenek kelahiran 1939 itu sehari-hari tinggal di rumah reyot berukuran 4x4. Rumahnya hanya terdiri dari kamar dan ruangan kecil yang digunakan untuk terima tamu. Alas rumah terebut hanya berupa tanah liat, atapnya genteng tanpa plafon. Tidak terlihat ada penerangan lampu.
Advertisement
Dalam kemiskinannya, Nenek Sarjinah juga divonis menderita kanker kulit. Sel kanker sudah habis menggerogoti mata sebelah kanannya. Otomatis, nenek Sarjinah hanya bisa melihat dengan mata sebelah kirinya.
"Monggoh pinarak teng ngajeng (Silahkan duduk di depan)," kata Nenek Sarjinah menyapa, Jumat (16/8/2019).
Dengan susah payah, Nenek Sarjinah bangun lalu menuju ruang tamu. Terlihat mata sebelah kanan nenek Sarjinah diperban.
"Maaf ya, ini mata nenek ditutupi karena memang menderita sakit kanker. Ini mata nenek sudah hampir hilang," katanya.
Nenek Sarjinah menceritakan, penyakit kanker kulit baru diketahuinya saat lima tahun lalu, saat dirinya ingin mandi. Di tengah aktivitas mandi itu tiba-tiba tahi lalat yang ada di sekitar matanya lepas.
Meski demikian, dirinya tidak langsung kedokter, dia takut biaya dokter yang mahal. Apalagi saat itu, dirinya hanya sebagai pedagang kembang. Saat itu suaminya juga tidak ada, sehingga tidak ada yang mengantar ke dokter atau puskesmas.
Saat itu Nenek Sarjinah menganggap tak ada masalah pada matanya itu. Hanya muncul gatal.
"Ya saya garuk saja dengan tangan. Tapi lama-lama juga sakit," jelasnya.
Sangking gatalnya, kata dia, dirinya tidak tahan. Sampai meminta tolong kepada tetangga depan rumahnya untuk mengantarkan ke Puskemas setelah tiga bulan usai kejadian tahi lalatnya copot.
"Karena saya sendirian tidak ada keluarga lain," katanya.
Divonis Kanker Kulit
Saat diperiksa dokter rumah sakit, Nenek Sarjinah divonis menderita kanker kulit. Dan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr Harjono Ponorogo.
"Saya masih takut saat itu. Hanya ingin berobat di puskesmas. Jadi cuma diobati seadanya. Hanya diperban begitu saja oleh dokter di puskesmas," katanya.
Namun, 6 bulan belakangan pengobatan dari puskesmas dirasa tidak mempan. Dirinya pun dibawa ke RSUD dr Harjono. Diperiksa oleh dokter spesialis bedah, dr Heru Iskandar.
"Katanya kanker saya sudah stadium 4. Dan harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya atau di Solo," katanya.
Lagi-lagi, nenek Sarjinah menolak. Dia tidak punya biaya untuk bolak-balik ke Solo. Dan tidak mau merepotkan tetangganya.
"Kalau BPJS saya punya. Tapi kan biaya wira-wiri. Di Solo atau Surabaya tidak mungkin sehari. Pasti bolak-balik," katanya.
Jangankan untuk biaya pengobatan, untuk makan sehari-hari saja, Nenek Sarjinah masih harus menagndalkan para tetangga. Seperti pagi tadi, kata dia, dirinya makan dari yang diantarkan oleh tetangga. Dia mengaku beruntung mempunyai tetangga yang baik.
Apapun masakan tetangganya, Nenek Sarjinah selalu memakannya. Karena tidak ada pilihan lain. "Ya dimakan saja. Pagi, siang, dan malam diantarkan," katanya.
Sulis adalah tetangga yang kerap menolong Nenek Sarjinah mengganti perban di matanya. "Saya beruntung. Tapi saya tidak mau merepotkan lebih banyak lagi," katanya.
Namun demikian, dirinya masih berharap pemerintah mau memperhatikannya. "Pengen sembuh. BPJS sudah punya tapi kan biaya ke Solo tidak ada," harapnya.
Advertisement
Perlu Dirujuk
Dokter spesialis bedah RSUD dr Harjono, dr Heru Iskandar mengakui Nenek Sarjinah memang sudah periksa. Namun, untuk mengobatinya tidak bisa dilakukan di RSUD dr Harjono.
"Kami belum ada alatnya. Memang harus dibawa ke rumah sakit type A seperti Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit dr Mawardi Surakarta," katanya.
Dia mengatakan, Nenek Sarjinah harus menjalani operasi mengangkat kanker yang ada di sekitar matanya. Nantinya, setelah baru dikembalikan dan dilakukan operasi kembali.
"Mungkin jika operasi mengangkat sel kanker kami bisa. Tapi kan harus ada semacam rekonstruksi ulang. Itu yang di rumah sakit sini tidak bisa," katanya menambahkan.
Simak juga video pilihan berikut ini: