Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan target produksi minyak dan gas bumi siap jual (lifting migas), dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2020 lebih rendah dari 2019.
Jokowi mengatakan, melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam termasuk minyak dan gas bumi, target lifting migas dalam RAPBN 2020 sebesar 734 ribu barel per hari untuk minyak dan gas sebesar 1,19 juta barel setara minyak per hari.
Advertisement
"Target lifting minyak dan gas bumi di tahun 2020 diasumsikan masing-masing sebesar 734 ribu barel dan 1,19 juta barel setara minyak per hari," kata Jokowi, dalam pidato Sidang DPR RI RAPBN 2020, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019).
Target tersebut lebih rendah dibanding target lifting migas dalam APBN 2019 yang ditetapkan sebesar 2.025.000 barel setara minyak per hari, terdiri dari lifting minyak 775 ribu barel per hari dan gas bumi 1.250.000 barel setara minyak per hari.
Jokowi melanjutkan, dalam asumsi makro eknonomi, harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan sekitar US$ 65 per barel. Hal ini disesuai dengan kondisi pergerakan harga Minyak di pasar global.
"Dengan sensitivitas yang tinggi terhadap berbagai dinamika global, Pemerintah terus memantau pergerakan harga minyak dan komoditi global," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rincian Asumsi Makro Ekonomi Indonesia 2020
Presiden Joko Widodo menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,3 persen. Pertumbuhan itu juga diikuti turunnya pengangguran dan kemiskinan.
"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya," ujar Jokowi dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR pada Jumat (16/8/2019).
Presiden berjanji akan terus menjaga iklim investasi agar Indonesia, salah satunya dengan memangkas regulasi yang tak ramah investasi. Ia pun berharap Indonesia bisa mendapatkan peluang di tengah adanya perang dagang yang menimbulkan ketidakpastian ekonomi global.
Selain menjaga iklim investasi, Jokowi juga berkata akan terus fokus pada kesehatan, infrastruktur, program perlindungan sosial, kemandirian daerah, dan antisipasi ketidakpastian global.
Selengkapnya, berikut asumsi ekonomi makro Jokowi di tahun 2020:
- Pertumbuhan ekonomi: 5,3 persen
- Inflasi: 3,1 persen
- Suku bungan SPN 3 bulan: 5,4 persen
- Penurunan pengangguran: 4,8 persen sampai 5,1 persen
- Tingkat kemiskinan: 8,5 persen sampai 9,0 persen
- Ketimpangan: 0,375 sampai 0,380
- IPM: 75,51
Advertisement
Defisit anggaran
- Dolar AS: Rp 14.400
- Defisit anggaran dari PDB: 1,76 persen (Rp 307,2 triliun)
- Pendapatan Negara dan Hibah: Rp 2.221,5 triliun
- Belanja Negara: Rp 2.528 triliun