Ini Alasan Pemerintah Patok Rupiah Rp 14.400 per Dolar AS di 2020

Penetapan nilai tukar rupiah Rp 14.400 di 2020 seiring dengan masih terdapat risiko volatilitas terutama berasal dari eksternal.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Agu 2019, 17:15 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada 2020 mendatang diperkirakan berada dikisaran Rp 14.400 per USD. Angka tersebut dipatok seiring dengan masih terdapat risiko volatilitas terutama berasal dari eksternal.

"Nilai tukar Rupiah Rp 14.000 per USD Ini tidak terlalu jauh masih line dengan beberapa faktor pendukungnya," kata Menteri Sri Mulyani dalam Konperensi Pers, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020, di Jakarta, Jumat (16/8).

Sri Mulyani menyampaikan, pergerakan nilai tukar Rupiah pada 2020 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah masih adanya risiko ketidakpastian global seperti berlanjutnya perang dagang dan proteksionisme. Kemudian perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat pun turut mempengaruhi.

"Harga komoditas yang relatif stagnan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja ekspor nasional dan neraca transaksi berjalan,"

Di samping itu faktor lain, mendorong nilai tukar Rupiah di 2020 ini juga tidak lepas dari fundamental ekonomi Indonesia yang diikuti aliran modal masuk dan peningkatan presepsi prositif pasar terhadap perekonomian domestik.

"Kebijakan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah melalui fasilitas second line defense dan local currency settlement framework," tandas dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Rincian Asumsi Makro Ekonomi Indonesia 2020

Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri sidang Tahunan MPR Tahun 2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/7/2019). Sidang tersebut beragendakan penyampaian pidato kenegaraan Presiden dalam rangka HUT Ke-74 Republik Indonesia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Presiden Joko Widodo menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,3 persen. Pertumbuhan itu juga diikuti turunnya pengangguran dan kemiskinan.

"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya," ujar Jokowi dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR pada Jumat (16/8/2019).  

Presiden berjanji akan terus menjaga iklim investasi agar Indonesia, salah satunya dengan memangkas regulasi yang tak ramah investasi. Ia pun berharap Indonesia bisa mendapatkan peluang di tengah adanya perang dagang yang menimbulkan ketidakpastian ekonomi global.

Selain menjaga iklim investasi, Jokowi juga berkata akan terus fokus pada kesehatan, infrastruktur, program perlindungan sosial, kemandirian daerah, dan antisipasi ketidakpastian global.

Selengkapnya, berikut asumsi ekonomi makro Jokowi di tahun 2020:

- Pertumbuhan ekonomi: 5,3 persen

- Inflasi: 3,1 persen

- Suku bungan SPN 3 bulan: 5,4 persen

- Penurunan pengangguran: 4,8 persen sampai 5,1 persen

- Tingkat kemiskinan: 8,5 persen sampai 9,0 persen

- Ketimpangan: 0,375 sampai 0,380

- IPM: 75,51

- Dolar AS: Rp 14.400

- Defisit anggaran dari PDB: 1,76 persen (Rp 307,2 triliun)

- Pendapatan Negara dan Hibah: Rp 2.221,5 triliun

- Belanja Negara: Rp 2.528 triliun

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya