Liputan6.com, Jakarta - Perang Dagang antara Amerika Serikat dan China telah menyebabkan dampak negatif bagi perekonomian sejumlah negara, termasuk di Asia Tenggara. Ekonomi tiga negara ASEAN dikabarkan menjadi lesu akibat hal itu. Ketiganya adalah Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Singapura, salah satu anggota ASEAN, baru-baru ini memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional negara itu selama setahun penuh, seperti dilansir dari DW Indonesia, Minggu (18/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi ekonomi global yang terlihat kian memburuk dan adanya data yang telah dikonfirmasi terkait pertumbuhan ekonomi yang paling lamban selama satu dekade. Kekhawatiran akan timbulnya resesi di negara kota ini pun meningkat.
Pemerintah Singapura memangkas kisaran prediksi pertumbuhan ekonomi menjadi 0,0 hingga 1,0 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,5 hingga 2,5 persen. Berdasarkan catatan kantor berita AFP, pertumbuhan ekonomi Singapura pada 2018 mencapai 3,2 persen.
Koreksi atas proyeksi ekonomi Singapura ini pun menambah kekhawatiran global tentang dampak meningkatnya proteksionisme terhadap ekspor dan produksi. Memburuknya prospek global telah mendorong sejumlah bank sentral dari berbagai negara untuk memotong suku bunga dan mempertimbangkan stimulus yang tidak konvensional guna melindungi ekonomi mereka.
"Pertumbuhan PDB di banyak pasar permintaan akhir utama Singapura di paruh kedua 2019 diharapkan melambat atau mirip dengan yang tercatat di paruh pertama," demikian ungkap Kementerian Perdagangan Singapura dalam sebuah pernyataan pada Selasa lalu seperti dikutip dari Reuters.
Kementerian itu juga menandai sejumlah faktor yang dinilai riskan terhadap ekonomi termasuk situasi politik Hong Kong, sengketa perdagangan Jepang-Korea, perang tarif antara China dan AS, perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan Brexit.
"Dengan adanya ketegangan perdagangan antara AS-China yang diperkirakan tidak mereda dalam waktu dekat, kami memprediksi sektor ekspor dan layanan yang terkait perdagangan akan mendorong ekonomi ke dalam resesi teknis di Q3," ujar Sian Fenner, pemimpin ekonom untuk wilayah Asia di Oxford Economics kepada Reuters.
Simak pula video pilihan berikut:
Ekonomi Malaysia Stagnan
Tak hanya Singapura, Malaysia juga terimbas Perang Dagang yang tak kunjung berhenti antara China dan Amerika Serikat.
Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng mengatakan, pertumbuhan ekonomi negara itu diperkirakan mendatar pada posisi 4,5 persen dari Produk Domestik Bruto pada semester kedua 2019. Angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama pada semester pertama tahun ini.
Dikutip oleh DW dari situs berita Free Malaysia Today, Menteri Lim mengatakan bahwa perekonomian Malaysia saat ini lebih ditentukan oleh faktor eksternal dibandingkan faktor domestik.
"Ini adalah kenyataan yang harus kita terima, dan tantangan kita adalah membuat paket (kebijakan) guna melawan dampak perang perdagangan AS-Cina," ujar Lim.
Ia merujuk efek perang dagang AS-Cina yang juga membuat perekonomian Singapura lesu, dan masih merasa optimis jika perekonomian Malaysia tidak akan terkontraksi hingga 3,3 persen.
Lebih lanjut Menteri Lim menegaskan bahwa Malaysia tidak bisa hanya bergantung pada angka-angka PDB saja untuk mengatasi masalah perang dagang ini.
Satu-satunya cara untuk mengatasi keadaan ini adalah menarik lebih banyak investasi asing. Ia pun mengatakan akan memimpin sebuah delegasi ke Shenzhen, Cina, pada minggu depan untuk menarik lebih banyak investasi ke Malaysia.
Bank Negara Malaysia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berkisar antara 4,3 hingga 4,8 persen, didorong oleh pertumbuhan konsumsi dan aktivitas sektor swasta.
Advertisement
Ekspor Thailand Anjlok
Sementara itu, juru Bicara Pemerintah Thailand, Narumon Pinyosinwat, mengungkapkan pada Selasa, Perdana Menteri Thailand dan Menteri Pertahanan Jenderal Prayut Chan-o-cha menyatakan keprihatinannya mengenai dampak situasi global pada perekonomian Thailand.
Chan-o-cha dikatakan telah memerintahkan badan-badan terkait untuk melaporkan data mengenai masalah ekonomi untuk dibahas di pertemuan menteri-menteri ekonomi mendatang, seperti diwartakan thaivisa.com.
Sektor ekspor Thailand ikut melesu akibat perlambatan ekonomi global dan perang dagang sejak awal 2018. Nilai ekspor negara itu selama lima bulan pertama 2019 pun turun sebesar 2,7 persen.
Namun penurunan ini lebih kecil dibandingkan di negara-negara lain seperti Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada periode Januari – Juni 2019 mencapai 80,32 miliar dolar AS atau menurun 8,57 persen dibanding periode yang sama 2018.