Liputan6.com, Bangkok - Mariam, ikan duyung yatim piatu yang terkenal setelah diselamatkan awal tahun ini di Thailand, dikabarkan mati pada Sabtu 17 Agustus.
Hewan dengan nama lain dugong itu mati karena infeksi yang diperburukan oleh temuan banyak potongan plastik di dalam perutnya, kata pejabat terkait, sebagaimana dikutip dari BBC pada Minggu (18/8/2019).
Baca Juga
Advertisement
Mariam menjadi bintang internet karena viralnya foto-foto yang menunjukkan dia mendekap erat pelukan penyelamat, setelah ditemukan terdampar di pesisir Thailand pada April lalu.
Mariam adalah satu dari beberapa ratus ekor ikan duyung yang tersisa di Thailand, di mana kini statusnya adalah sebagai hewan berisiko punah.
Sekitar sepekan lalu, saat Mariam memasuki usia delapan bulan, dia terpaksa dirawat di penangkaran khusus karena menolak makan.
Kondisinya terus memburuk dari hari ke hari, dan ikan duyung tersebut dinyatakan mati pada Sabtu tengah malam, setelah sempat mengalami kejang-kejang.
Upaya untuk menyelamatkannya gagal dilakukan.
Mati Karena Infeksi Darah dan Nanah
Chaiyapruk Werawong, kepala taman laut provinsi Trang, mengatakan kepada kantor berita AFP: "Mariam mati karena infeksi darah dan nanah di perutnya."
Selama otopsi, beberapa potong plastik --termasuk yang berukuran 20 sentimeter-- ditemukan di dalam perutnya, tambah Werawong.
Nantarika Chansue, salah satu dokter hewan yang mengurus Mariam, mengatakan: "Semua orang sedih dengan kehilangannya, tetapi itu menegaskan bahwa kita perlu menyelamatkan lingkungan untuk menyelamatkan populasi hewan langka ini."
Mariam semakin dikenal luas setelah rutin tampil dalam siaran web bersama Jamil, ikan duyung lain yang diselamatkan tak lama setelahnya.
Siaran web itu menunjukkan bagaimana kedua dugong dirawat secara intensif, mulai dari penyembuhan luka hingga pemberian makan rutin setiap harinya.
Banyak orang mengungkapkan kesedihan atas kematian Mariam di media sosial.
Advertisement
Paus Telan 80 Kantong Plastik
Tahun lalu, seekor paus pilot jantan di Thailand mati setelah makan lebih dari 80 kantong plastik.
Hewan itu ditemukan sekarat di sebuah kanal dekat perbatasan dengan Malaysia, kata departemen kelautan setempat via halaman Facebook resminya pada 2 Juni 2018 lalu.
Tim dokter hewan mencoba "membantu menstabilkan kondisinya, tetapi akhirnya paus itu mati", demikian isi postingan status departemen tersebut.
"Dari hasil otopsi, terungkap ada 80 kantong plastik yang beratnya mencapai delapan kilogram di perut makhluk laut itu," tambah departemen itu.
Seorang ahli biologi kelautan dan dosen di Universitas Kasetsart, Thon Thamrongnawasawat mengatakan bahwa kantong plastik itu membuat paus tak bisa memakan makanan bergizi.
"Jika Anda memiliki 80 kantong plastik di perut, maka Anda akan mati," katanya.
Baca Juga